café

63 14 0
                                    

Play da music! Hehe.

—————

Aku memasuki café di pojok jalan dengan langkah ringan.

Rok pendekku bergerak seiring dengan langkahku. Rambutku tertiup ringan saat pintu cokelat itu tertutup. Tanganku mengayun tanpa beban saat berjalan menuju kasir. Novel 'time' karya 'kzine queen' aku pegang erat agar tak terjatuh.

Antrean menjebakku saat aku ingin langsung menyapa sang pelayan. Menunggu dua sampai tiga langkah untuk dapat berdiri di depan. Setelahnya, aku dapat menatap semangat pelayan yang siap menanyakan.

"Pesan apa?"

"Ice americano. Seperti biasa."

Pelayan cantik itu tersenyum paham. Aku meninggalkan tempat pemesanan dan berniat menunggu pesanan.

Aku memandang sekeliling café. Tidak cukup ramai hari ini. Hanya ada beberapa mahasiswa dan pekerja yang kelihatan fokus ke laptop. Dengan tumbuhan hias yang mengisi toko ini. Tempat ini memang menenangkan.

"Chaterine!"

Pelayan itu memanggil namaku. Aku menghampiri kasir. Tak lupa untuk berterima kasih setelah mengambil kopi siangku.

Aku melihat sekeliling lagi untuk mencari tempat. Sepertinya dekat jendela paling tepat. Dengan sinar matahari yang masuk dengan cerahnya. Menenangkan.

Aku suka berada di pojok. Biasanya saat aku kesini, tempat itu tidak terdapat seseorang. Kali ini, aku melihat seorang lelaki.

Dengan headphone bertengger di telinganya ia menatap laptop. Headphone itu juga terhubung ke laptop tersebut. Laptopnya terlihat menayangkan tulisan-tulisan yang sangat banyak. Dengan gelas kopi berada tepat di sebelah laptop itu.

Aku menghampiri kursi kosong di sebelahnya. Menaruh bukuku diatas meja bersamaan dengan kopi americano. Berusaha naik ke kursi tinggi tersebut dan duduk tenang.

Aku membuka buku berusaha untuk mengalihkan perhatian. Gagal. Rasa penasaran terhadap lelaki di sampingku tidak berhenti. Aku tak pernah melihatnya meskipun hampir tiap hari aku berkunjung kesini.

Aku melirik. Ia tampan tentunya itu yang membuat aku penasaran. Siapa wanita yang tak suka pria tampan?

Baju hitam terbalut di badannya, dilapisi jaket denim khas anak jaman sekarang. Jeans hitam yang ia pakai terlihat kontras dengan sepatu putihnya. Mata yang fokus ke laptop itu menarik perhatianku.

Ada yang tidak aku sadari. Dibelakang laptop itu terdapat beberapa tumpuk novel yang tak asing dimataku. Dengan buku paling atas berwarna pink terang yang menarik perhatian. Judul di sampingnya tak terbaca oleh mataku.

Aku perlahan mendekat agar dapat melihat judulnya. Huruf 'C' mulai terlihat. Aku mendekat lagi agar bisa melihat judulnya.

"Clock!"

Aku melirik kearah si pemilik. Ia menatapku bingung. Bagaimanapun orang yang diperhatikan akan sadar. Apalagi saat dia punya perasaan yang kuat.

Aku tersenyum canggung.

Ia terlihat membuka suatu window di laptopnya, lalu menekan tombol 'backspace'. Ia melepas headphone putihnya, dilanjutkan dengan sebuah pertanyaan.

"Apa yang kamu lakukan?"

Aku duduk tegak. Terkejut atas perkataannya. Menunduk malu tak mampu menjawab. Tidak. Rasa penasaranku lebih besar daripada rasa maluku.

"Itu—" tangan kecilku menunjuk tumpukan novel yang menjadi pusat atensiku selama ini, "Kamu suka novel kzine queen?"

Matanya mengikuti arah jariku. Tak lama ia mengangguk. Aku tersenyum senang.

Penggemar kzine queen itu jarang, apalagi seorang lelaki. Aku bersemangat karena akhirnya menemukan seorang fans.

"Aku sangat suka kzine! Hasil karyanya sangat bagus! Kata-katanya ringan dan mudah dipahami." Aku menunjukan senyum sumringah. Semangatku sangat menggebu-gebu.

Tak lama aku tersadar ternyata aku terlalu bersemangat. Bukan tawa atau tatapan jijik saat melihat seseorang yang terlalu bersemangat. Ia terlihat terdiam dan wajahnya memerah.

"Terima kasih." Lirihnya pelan.

Wajah malunya mengalihkan perhatianku. Itu sangat manis. Wajahnya gugup sembari tangan memegang tengkuk. Senyum tipis terihat mengias bibirnya.

"Huh?"

Aku baru tersadar akan pernyataannya.

"Kamu kzine?!"

Wajah malu sudah tak ia tunjukan. Ia tersenyum sembari mengangguk.

Aku menunjukan wajah tak percaya. Tentu saja, siapa yang akan percaya. Jelas-jelas 'queen' tertulis di covernya. Bagaimana seorang lelaki bisa menulis itu.

"Kamu terlihat tak percaya. Bagaimana kalau kamu mendekat dan melihat laptopku?"

Senyum tampannya ia tunjukan. Sifat ramah ia berikan. Seakan memberiku kepercayaan. Tanpa sadar akupun mendekat untuk melihat.

Ia membuka beberapa dokumen. Menunjukan macam-macam judul.

Aku menatap dan membaca dokumen cerita tersebut. Setelah kubaca, ternyata benar itu dia. Aku sangat hafal dengan jenis ketikan kzine. Aku sangat yakin itu sama.

Aku menatapnya. Ia melihatku dengan tawa kecil.

"Sudah percaya?"

Wajah tampan dan suara lembutnya membuat dua kata itu seperti sihir yang membuatku mengangguk.

Aku terkagum. Aku kembali menatapnya sebari bertanya. Tak lupa aku menunjukan wajah sedih terlebih dahulu.

"Boleh kubaca?"

Lagi-lagi ia tertawa lalu mengangguk. Ia meraih mouse dan kembali membuka salah satu folder bertuliskan 'oneshot'. Disana terdapat berbagai macam cerita. Lalu, salah satu dokumen ia tekan dan menampakan cerita yang cukup panjang.

Belum selesai sampai disitu. Ia kembali mengutak ngatik laptopnya. Mengklik sana sini.

"Kata orang, kamu dapat menikmati sebuah cerita saat mendengar lagu yang tepat dengan temanya."

Ia berucap sambil meraih headphone yang bertengger di tengkuknya. Memakaikan headphone itu ke kepalaku. Menaruh dengan benar letak speaker di daun telingaku.

Aku tersenyum malu. Perlakuan manis membuatku semakin mengaguminya.

Baru kali ini, ice americano dan novel bukan menjadi pusat atensiku disini.

—————

Hi, hello!
Mari kita sambut malam ini dengan kemanisan!
Kalau kalian, ada ga nih kejadian yang bikin atensi kalian teralihkan? Semoga ada ya!

Salam manis, 🍀

CharmolypiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang