7. Peperangan.

77.9K 3.4K 73
                                    

Bukan berperang oleh lawan, tapi dengan fikiran.

Bukan berperang menggunakan senjata, tapi dengan logika.

Bukan bertengkar memperebutkan kemenangan, tapi menginginkan ketenangan.

Sesulit itu bertengkar dengan diri sendiri daripada dengan orang lain.

NAY| Story by: sulisftmtuzhh_

--

“Jadi? Anak-anak Baratha mengingkari janji yang sudah 5 tahun dibangun?” tanya Sandy.

Revind yang sedang memainkan rubriknya, hanya mengangguk.

“Gue bakal memancing keributan, gue gak terima mereka melecehkan perempuan,” ujar Revind.

“Sabar Vind, jangan gegabah. Sekarang lebih baik kita panas-panasin aja. Mau liat mereka mengaku kalah atau enggak,” ujar Andra.

“Iya, lagijuga. Kok lo bisa marah banget dan berambisi mau ngeributin mereka? Apa karna yang mereka ganggu itu si Nay?” ceplos Varo.

Revind langsung menoleh dengan wajah ketusnya. “Lo tau kan dari dulu gue gak pernah suka liat cewek di perlakukan seenaknya?” suara Revind berubah dingin.

“I-iya Vind maaf, canda doang..”

“Tapi? Bukan perjanjiannya mereka bakal jadi babu ya kalo mengingkari perjanjiannya?” kata Andra.

“Iya tuh Vind,” sahut Sandy ikut.

“Mereka bakal jadi babu kalo sampai menyakiti selain anggota kita. Dan gue gak akan ngebiarin siapapun tersakiti sama mereka, terutama perempuan,” ucap Revind.

“Ini baru bos gue!” aku Varo.

“Yaudah, gue mau ke ruang guru dulu. Tadi katanya gue dipanggil.” Revind bangkit dari kursinya dan melenggang pergi begitu saja.

***

“Assalamualaikum, ada apa ya Bu manggil saya?” Revind memasuki ruangan guru.

Bu Amor menoleh. “Tumben ngucap salam dulu?” ujarnya.

Nih guru maunya apa si, gue salam salah, ga salam apalagi, batin Revind.

“Bu, kalo boleh tau, ada apa ya saya dipanggil disini?” tanya Revind.

Bu Amor yang tadinya sedang memeriksa data berupa kertas-kertas yang begitu banyak. Langsung meletakkan semua kertas tersebut di meja.

“Jadi begini, bulan depan kita bakal camping di daerah Bogor. Ibu sudah meminta bantuan anak Osis dan PMR untuk ikut bekerja sama..”

Revind mengangguk samar.

“Tapi Ibu ternyata butuh Geng urakan kamu juga buat jaga keamanan. Karna nanti acara bakal berbarengan dengan sekolah depan,” ujar Bu Amor.

Mata Revind membelalak. “Anak-anak Baratha Bu?” tanya Revind, memastikan.

Bu Amor hanya mengangguk.

NAY (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang