27

4.9K 238 9
                                    

Budayakan vote sebelum membaca

Happy Reading
________________________________________

"Dev, abis ini tolong anterin aku pulang ya," pinta Olin yang baru saja menyelesaikan makannya.

Devan menoleh. "Oke."

"Kamu cepet banget sih pulangnya. Mama, kan mau kamu di sini aja dulu," ujar Dyan.

"Hm, kasihan mom di rumah sendiri. Kak Celine sama daddy pasti sibuk, jadi gak ada yang bisa temenin mom," ucap Olin lirih.

Dyan dan Kevin saling pandang lalu tersenyum. Dyan yang berada tepat di seberang Olin memilih untuk bangkit dan menghampirinya.

"Kamu jangan sedih gitu, mommy kamu pasti ngerti kok. Mama tau rasanya jauh dari anak itu gimana. Selalu resah memikirkan anaknya baik-baik saja atau nggak. Karena mommymu tau kalau kamu baik-baik saja, maka dari itu pasti dia gak terlalu cemas," jelas Dyan dengan lembut sembari menangkup wajah Olin untuk melihatnya.

"Udah dong jangan sedih, kamu jelek tau kalau nangis gitu. Senyum dong, biar cantiknya terpancar," Dyan menarik kedua sudut bibir Olin hingga mengulas senyuman.

"Ya udah, kalau gitu kalian siap-siap gih. Setelah itu Devan anterin Olin," suruh Dyan.

"Iya Ma, pasti kok!" sahut Devan yang masih setia dengan sarapannya.

"Papa udah selesai?" tanya Dyan sambil menatapnya.

Kevin mengangguk. "Iya. Ya udah, Papa berangkat dulu ya takut kesiangan."

"Iya Pa, hati-hati," sahut Olin lalu mengambil tangan Kevin untuk menyaliminya.

Kevin tersenyum lalu mengulurkan tangan untuk mengacak rambut Olin. "Gemas Papa jadinya sama kamu,"

"Punya aku lho, Pa!" peringat Devan.

Kevin berdecak. "Punya Papa lah, kan Papa duluan yang netapin Olin."

"Gimana bisa?" sungut Devan.

"Papa netapin jadi mantunya. Udah ah ribut melulu kalian ini," bukan Kevin yang menjawab melainkan Dyan.

Raut wajah Devan mengeruh tanda sedang berada pada suasana hati yang buruk.

"Dah Papa berangkat dulu, assalamualaikum," ujar Kevin lalu berjalan keluar rumah.

"Waalaikumsalam," jawab Olin dan Devan.

Dyan mengantar suaminya hingga ke depan pintu rumah, dan itu sudah menjadi kewajibannya sebagai seorang istri.

"Merengut mulu, udah jelek tambah jelek tuh," ucap Olin yang melihat wajah Devan masih masam.

"Jelek-jelek gini kamu juga suka bukan," sahut Devan.

Alis Olin naik sebelah. "Dih pede sekali ya, Anda."

"Pede nama belakang saya mbak."

Olin memutar bola matanya malas. "Ya up to you."

Olin bangkit dari duduknya lalu pergi meninggalkan ruang makan.

"Eh mau kemana kamu?" tanya Devan ketika melihat Olin pergi meninggalkannya.

"Mau buang hajat. Kenapa? Mau ikut?" sahut Olin tanpa membalikan badan yang membuat Devan terdiam mendengarnya.

"Terus sekarang ngapain? Ah, mandi aja mending," Devan berdiri lalu berjalan menuju kamarnya.

- - - - -

"Lin, udah rapi belum?" tanya Devan dari ujung tangga.

Olin memilih mandi di ruang tamu yang ada di lantai satu, sedangkan Devan mandi di kamarnya sendiri.

PRINCE PILOT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang