4. Desakan Pernikahan

5.7K 536 34
                                    

Marah, kesal, cemas, sedih, kaget dan yang lainnya becampur satu di hati dan pikiran Sakura, membuat suasana hatinya terjun bebas hingga hancur berkeping-keping nyaris tidak tersisa. Sakura kini tidak tau apa yang harus dia lakukan. Citranya sudah buruk di hadapan keluarganya. Sasori bahkan tidak akan memaafkannya kalau-kalau kakaknya itu termakan apa yang ditulis di pesan itu. Hal yang paling menyedihkan adalah Sakura tidak tau siapa orang yang telah mengirim pesan laknat itu pada Kakaknya. Namun lelucon terbaiknya, saat Sasori mengatakan ingin laki-laki yang menghamili Sakura datang padanya untuk betanggung jawab. Jelas laki-laki itu adalah fiksi, Sakura sama sekali tidak hamil, dia masih perawan. Dan itu sangat membuatnya tertekan, apalagi otaknya tidak dapat mengingat di mana hilangnya ponselnya.

Seingatnya terakhir kali dia memainkan ponselnya adalah saat di club, mungkin di Bar menunggu Ino, memainkannya sebentar lalu meletakannya di meja Bar sebelum seseorang datang dan menghancurkan ketenangannya. Itu berarti... Oh good, tidak mungkin di sana. Sakura menggeram tertahan, bagus sekali dia meninggalkan ponselnya di tempat itu, jenis manusia apapun bisa saja menemukan ponselnya dan mengirim pesan itu. Sakura harus mendapatkan ponselnya kembali, tidak. Dia harus menemukan orang yang telah mengirim pesan itu pada Kakaknya, menanyakan apa maksudnya dan menyuruhnya bertanggung jawab.

Maka dari itu Sakura di sini. Berdiri dengan sedikit canggung di depan stand Bar setelah berpamitan dengan Konan yang terus bertanya dia pergi kemana. Dia kembali berkunjung ke club yang suasananya kali ini terlihat sangat sepi lantaran belum beroperasi. Hanya ada beberapa pegawai club yang sedang menyiapkan keperluan untuk nanti malam, termasuk seorang pria berambut klimis pendek yang Sakura duga bartender yang dia lihat kemarin malam saat berkunjung sedang mengelap gelas-gelas.

"Permisi." Sakura berkata, meminta perhatian pria itu. "Aku kehilangan ponselku kemarin malam di club ini. Aku datang untuk mencarinya."

Bartender itu mengangkat alis, melihat Sakura dengan mengerjap beberapa detik. "Dan kau tidak menemukannya?"

Sakura menggeleng sedih. "Aku tidak menemukannya. Tapi aku ingat persis semalam aku meletakan ponselku di sana. Dan sekarang tidak ada. Apa kau melihatnya?" Sakura menunjuk sudut paling pojok meja, tempatnya meletakan ponselnya saat itu namun tidak terlihat apapun di sana.

Bartender itu tampak berpikir, sebelum kemudian mengangguk. "Kurasa iya. Kemarin malam aku melihat ponsel dengan casing hitam tergeletak di sana tapi aku tidak tau siapa pemiliknya."

"Itu ponselku. Apa ada padamu? Apa kau mengambilnya kamarin malam?" Sakura terlihat berseri mengetahui pria itu melihat ponselnya. Dia tersenyum lebar. Tapi tunggu, jika pria itu yang menemukan ponselnya otomatis dia juga yang mengirim pesan itu? Tahan, jangan mengambil kesimpulan terlalu cepat Sakura. Tekan Sakura pada dirinya.

Bartender itu berdeham, mendongak sedikit, tampak berpikir lagi. Seketika Sakura melotot saar pria itu berbicara. "Sebenarnya..."

*****

"Sebenarnya bukan aku yang mengambil ponselmu, tapi seorang pria yang akan sangat berbahaya bagimu jika kau berurusan dengannya."

"Seorang pria? Siapa?"

"Uchiha Sasuke."

Sakura mendesis dingin. Tangannya terkepal seiring dengan langkah kakinya yang berjalan bagaikan seorang prajurit yang tidak takut mati dalam sebuah peperangan. Matanya tidak berkedip, menunjukan kegarangan di sana. Nama yang di sebut bartender itu sungguh mengejutkannya. Faktanya Uchiha Sasuke benar-benar cari mati dengannya, seakan belum cukup dengan ciuman, pria itu bertindak di luar batas. Jangan panggil dia namanya jika dia tidak bisa menggores ego pria itu seujung jari saja.

Relationshit!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang