10. Prahutang

4.7K 419 41
                                    

"Kau mau kukupaskan apel?" Tanya Sakura menawarkan sesuatu.

"Tidak mau." Namun ditolak Sasuke terang-terangan.

"Mau minum?" Tawar Sakura lagi.

Sasuke menggeleng. "Hn, tidak."

Alhasil Sakura menghela napas. "Bagaimana dengan tomat? Biar kubelikan."

"Tidak." Lagi ditolak Sasuke.

"Yang kecil apa yang besar?"

"Apa maksudmu?" Sasuke mendelik, aneh dengan tawaran Sakura kali ini.

"Pisang. Kau mau?" Sakura menyodorkan dua buah pisang berbeda ukuran.

Sasuke memutar bola matanya. "Ck, tidak."

Sakura mengerang keras. Frustasi. Tidak ada satupun yang dia tawarkan Sasuke mau terima. "Tidak semua. Terus kau mau apa?"

"Tidak ada." Jawab Sasuke mengesalkan.

"Kalau begitu mati mau?! Mati?!" Bentak Sakura emosi dengan volume suara yang sama sekali tidak santai. Pasalnya sudah berkali-kali dia menawarkan sesuatu dari semenjak dia masuk ke dalam ruang rawat Sasuke sampai mulutnya mulai berbuih, tapi pria itu masih keras kepala. Bersikap jual mahal.

Asal tau saja. Sakura bersikap baik dengan manawarkan berbagai macam hal pada Sasuke ini bukan tanpa alasan. Dia merasa bersalah. Sangat bahkan. Setelah insiden Sasuke jatuh dari tangga darurat itu, Sakura langsung membawa pria itu ke rumah sakit dengan bantuan dari orang-orang di kantor. Sakura bahkan harus melewatkan masa-masa sulit saat dia harus menjawab berbagai pertanyaan dari pegawai kantor Uchiha Crop mengenai mengapa Sasuke bisa seperti itu keadaannya, dia juga mesti sabar mental dalam berinteraksi beberapa kali dengan dokter yang menangani Sasuke. Butuh kekuatan untuk menghadapi orang-orang berjas putih di rumah sakit ini.

Ada rasa sangat panik di hati Sakura selagi Sasuke ditangani oleh dokter. Dia cemas bukan main akan keadaan Sasuke. Kalau sempat misalnya Sasuke mati, mau jadi apa dirinya nanti? Janda berstatus pembunuh? Atau sebaliknya? Pikiran negatif itu terus berseliweran di benaknya. Andai, andai saja dia tidak ceroboh dengan melakukan kesalahan berulang-ulang. Andai saja tangannya tidak sengaja mendorong Sasuke. Andai istilah andai ini menjadi kenyataan. Mungkin dia tidak berada di posisi menyebalkan seperti ini.

Lihat saja. Begitu dokter mengatakan kondisi Sasuke baik-baik saja, hanya kepalanya yang terbentur sedikit dan tidak ada tulangnya yang patah. Sakura membiarkan pegawai-pegawai kantor untuk masuk dan menjenguk Sasuke yang kabarnya sudah sadar terlebih dulu. Ketika mereka sudah selesai dan izin untuk undur diri, Sakura giliran memasuki ruang rawat Sasuke. Mendapati kepala pria itu berbalut perban dengan wajah pucat paling datar yang pernah Sakura lihat darinya. Awalnya Sakura kasihan melihat kondisi Sasuke, sangat merasa bersalah. Dia mencoba menebus kesalahannya dengan bersikap baik pada pria berambut gelap itu. Menawarkan suatu kebutuhan yang mungkin dia inginkan. Namun kebaikannya mungkin dianggap sampah oleh Sasuke.

Dia terus ditolak sampai rasanya ubun-ubunnya mendidih. Bahkan pria itu bersikap ketus terhadapnya. Menganggapnya sebagai hama yang tidak layak berada di sekitarnya. Lebih dari itu Sasuke sama sekali tidak mengubris ucapan maafnya. Dia memang tau dirinya yang bersalah. Tapi kan Sasuke tidak perlu mendiaminya dengan aurah tidak sedap seperti itu. Keterlaluan sekali memang!

Menghela napas sabar, Sakura menarik kursi di sebelah ranjang Sasuke. Duduk di sana sembari memasang senyum manis yang di buat-buat. "Bagian mana dari kepalamu yang sakit? Boleh aku lihat?" Tanyanya. Mencoba menyentuh kepala Sasuke.

Relationshit!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang