5. Are You Crazy?

6.1K 518 59
                                    

Mabuk.

Di club, sendirian.

Cukup membuat kewarasan Sasuke terbang antah ke mana. Pria itu lebih banyak meracau dari pada dia yang sedang waras, wajahnya berubah merah seiring berapa banyak gelas yang sudah dia habiskan. Dia terseduh, saat berujar, meminta minumannya lagi pada seorang pramusaji yang lewat menenteng botol minuman. Sialan, jika begini terus kepalanya akan terasa di pukul palu saat bangun nanti pagi. Itu semua karena kesalah pahaman yang di artikan salah oleh Kakeknya.

Uzumakhi Naruto mendesak masuk, mengalahkan ketidak percayaannya, saat dia menemukan sahabat karibnya duduk sendiri di sofa saat semua wanita yang biasanya bergelayut manja di sekitar tubuhnya tidak ada yang menemani malam ini. Dia menghampiri Sasuke, duduk dan merangkul pundak sahabatnya sedari kecil. Menyapa Sasuke dengan cengiran khasnya. "Wow, Bung. Kau di sini? Kupikir kau sudah berada di salah satu kamar hotel. Menghisap satu sama lain dengan wanita yang kau pesan. Ada apa denganmu? Kau terlihat mabuk. Yeah, cukup mabuk untuk membedakan yang mana bokong sintal dan bantal."

Sasuke menoleh sebentar, kemudian kembali minum saat dia tau siapa orang yang berani menggangunya. Dia bertanya. "Ah, Naruto. Apa kabar istrimu?"

Naruto mendelik, mengangkat alis bingung. "Apa? Kenapa kau menanyakan tentang dia? Bukannya menanyakan kabarku. Jika kau waras sekarang kau tidak akan berani menanyakan itu padaku. Apa kau punya masalah?" Melepaskan rangkulannya, Naruto menyadari alasan mengapa Sasuke minum sebanyak ini, terlihat dari gelas-gelas kosong yang tergeletak di meja.

Tiba-tiba Sasuke berujar. "Hn. Dobe, kau sahabatku yang paling tau aku seperti apa."

"Tumben kau mengakui aku sahabatmu."

Sasuke mengangkat bahunya sekilas. Dia mendesah sinis, berujar dalam kondisi yang masih sadar untuk tidak teler. "Kau juga harus tahu kalau dia-Kakeknya Tarzan itu memaksaku menikah. Sedangkan aku sendiri tidak mau. Hah, aku seperti perawan saja yang dipaksa menjadi budak napsu pria hidung belang."

Sambil memutar bola matanya, Naruto mendengus spontan. "Dia Kakekmu, brengsek. Tarzan bukan keturunannya. Lagi pula ini bukan pertama kali dia memaksamu menikah bukan? Apa alasanmu untuk tidak menikah? Apa karena kebebasanmu atau yang lain? Kurasa ini bukan karena kau masih mencintainya." Ucapnya yakin pada kalimat yang terakhir.

Sasuke meletakan gelasnya kasar, seketika berteriak marah. "Memangnya kenapa kalau aku masih mencintai istrimu?" Tanyanya yang mana membuat Naruto mendadak menegang.

"Kau jangan mengada-ngada, Teme." Naruto berkata, tidak nyaman dengan ucapan Sasuke barusan.

Sasuke terkekeh, ekspresi wajah Naruto yang tegang menghiburnya. "Aku hanya bercanda, kau tegang sekali." Ujarnya.

Naruto menghela napas. "Leluconmu sama sekali tidak lucu, kau tau?"

"Yeah, itu memang tidak lucu jika dia lebih memilih dirimu dari pada aku. Katakan, apa yang tidak aku miliki yang kau miliki? Aku punya segalanya, Naruto-kau ingat, kau tidak akan mengenalnya jika bukan karena aku. Dan dia-aku bahkan bisa membuatnya puas hanya dengan sekali hujaman, kenapa juga dia harus memilihmu." Suasana berubah panas saat itu juga, ucapan Sasuke itu tanpa sadar membuat Naruto mengepalkan tangannya. "Sial, itu sudah berlalu sejak lama, kau sudah berhasil dengannya dan aku masih menata langkahku, merutuki karma yang menjebakku bersama permainanku sendiri." Sadar atau tidak, Sasuke senang sekali memancing kericuhan antara dia dan orang lain.

"Kau terlalu banyak bicara." Naruto ingin sekali menyumpal mulut Sasuke dengan sepatunya, mendengar sahabatnya mengatakan itu benar-benar menguji kesabarannya.

"Aku tidak akan banyak bicara jika Hinata di sini, memberiku sebuah ciuman yang mampu membuatku lupa akan semuanya." Lagi Sasuke berujar, mengutarakan keinginan terpendamnya.

Relationshit!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang