"KALIAN GAK PERNAH NGERTI APA YANG SAYA DAN STELLA BUTUHKAN! KITA PERLU KASIH SAYANG KALIAN, JANGAN KIRA HARTA KALIAN BISA MENGGANTIKAN KASIH SAYANG YANG KAMI BUTUHKAN!"
"KAMU YANG SOPAN KALAU BICARA! TIDAK USAH BENTAK BENTAK KAYAK GAK PERNAH DIAJARIN SOPAN SANTUN AJA!"
"APAKAH KALIAN ADA WAKTU UNTUK MENGAJARKAN KAMI? KAMI SAJA SELAMA INI DIRAWAT BI SITI KALIAN SIBUK MENCARI UANG, MELEWATKAN KESEMPATAN UNTUK MELIHAT KAMI TUMBUH."
"Udah udah, jangan ribut gini. Mama dan papa minta maaf ya Fanny, Stella. Kita sibuk kerja sampai mengabaikan kalian. Kita kerja gini juga buat kalian juga kok." Kata Axel papa Fanny
BRAKK
Fanny membanting pintu kamarnya dengan keras, gak sanggup lagi buat nahan air mata yang membendung di matanya. Dia membanting badannya, ia biarkan badannya jatuh ke pelukan kasur dan selimutnya. Fanny menangis sekeras kerasnya, ia hancur. Kamarnya seketika berantakan karena Fanny melemparkan semua yang ada di dekatnya. Emosinya sudah tidak terkontrol sampai-sampai ia menonjok dinding kamarnya hingga tangannya berdarah. Fanny sudah tidak perduli jika dirinya terluka, ia sudah cukup tersiksa dengan semuanya.
•••
06.30
*nitnitnit
"Gila jam segini gue baru bangun, mampus bisa telat gue."
Jam alarm Fanny berbunyi membuatnya harus bangun, dan pada saat ia melihat sudah jam setengah tujuh. Ia bergegas mandi hanya 5 menit, tidak sarapan dan langsung menuju sekolah menggunakan mobilnya. Fanny kesiangan karena peristiwa tadi malam yang mengakibatkan matanya sembab, tangannya luka dan lebam.
Sesampainya disekolah ia langsung mengucap syukur karena dewi fortuna kali ini berpihak padanya dan gerbang sekolah belum ditutup. Tangannya pun ia biarkan tidak ia obati karena ia pikir akan sembuh dengan sendirinya. Tapi, keberuntungan itu berubah menjadi mimpi buruk seketika.
"Thanks god." Ucap Fanny sambil menetralkan detak jantungnya
Tok tok tok
"Mati gue ada Kenzo, jangan jangan dia ngeliat gue tadi ngebut lagi hadu."
"Fan, buka kacanya lu turun sekarang!"
Mau tidak mau Fanny turun dari mobilnya yang sudah ia parkirkan sebelum turun dari mobil. Kenzo menatap Fanny dengan tatapan yang tidak bersahabat, ia tidak suka jika gadisnya membawa kendaraan dengan kecepatan diatas rata-rata. Lagian siapa sih yang suka ngeliat cewenya ngebut-ngebutan gitu ga karuan lagi cuma gara gara takut telat. Logikanya, mending harus dengerin ocehan guru BK daripada kehilangan nyawa.
"Lu kenapa?" Tanya Kenzo
"Udah mau telat jadi gue ngebut." Jawab Fanny dengan pandangan ke bawah, ia tidak berani menatap Kenzo karena dia yakin Kenzo akan bertanya banyak hal kepadanya. Tentang kenapa matanya sembab lah, kenapa tangannya berdarah lah, kenapa harus ngebut lah dan ini lah itu lah yang lainnya.
"Ga baik, takut telat ga gitu juga. Gue juga kesiangan tapi gue ga ngebut Fan, ga boleh ngebahayain diri sendiri. Apalagi lu bawa kendaraan sendiri, kalo ada apa apa sama lu yang khawatir tuh gue yang bakal ngerasa bersalah ga bisa jagain lu juga gue. Jangan diulangi lagi ya." Nasihat dari Kenzo memang membuat Fanny semakin malas bertemunya, bukan karena ia bosan dengan Kenzo hanya saja Fanny tidak ingin mendengar ocehan Kenzo pagi pagi.
"Iya maaf." Fanny menjawab sambil menanggukan kepala setelah itu Kenzo menggandeng tangan Fanny. Tapi ada yang aneh seperti jari jemari Fanny itu sangat kaku untuk digerakkan. Fanny pun meringis kesakitan saat Kenzo ingin menggenggam tangannya, ia tersadar luka tonjokkan kemarin iya biarkan saja sehingga sekarang jemarinya susah untuk digerakkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who am i to you?
Teen Fiction"GUE BERHARAP LEBIH SAMA DIA? IDIH YA KALI." Senjata makan tuan, itulah pribahasa yang tepat untuk menggambarkan sosok Stefanny Julia. Cewe ketus, cerewet, pintar, baik, sopan dan si gadis pemilik sejuta mimpi bertemu dengan Alvian Kenzo sosok mos...