CERITA 5

25 2 0
                                    

Sudah dua hari saja berada di sini, katamu. Malam ini, kau membuka lagi note milik ibumu. Sebuah catatan hati. Kau tak ingin menceritakan apa pun yang kau lakukan selama seharian ini. Kau hanya berharap, semoga waktu segera mempertemukanmu dengan malam, agar kau lekas berdua saja dengan note itu.

...malam kedua

1 Juli 2012

Alhamdulillah. Setelah satu bulan aku tidak menulis. Akhirnya aku menulis lagi. Terima kasih, Ya Allah. Anak ketigaku, Wisnu telah lahir. Sudah satu bulan sejak tanggal 1 Juni Wisnu lahir. Ya Allah, senang sekali. Rasanya aku punya dunia baru.

Aku berharap, Wisnu dan Wina menjadi adik kakak yang baik. Yang selalu menjaga satu sama lain. Yang penuh kasih sayang. Aku juga berharap, aku dan suamiku bisa merawat mereka sampai besar. Menemani mereka tumbuh menjalani hiruk-pikuk dunia. Menguatkan mereka untuk terus berjalan apa pun yang terjadi.

Ibu sayang kalian.

2 Agustus 2012

Alhamdulillah, seharian ini Wisnu tidak rewel lagi. Badannya juga tidak deman. Setiap kali Wisnu demam, aku jadi ingat dengan ingatan bertahun-tahun silam, saat Mbaknya, Winda, meninggal. Ah, semoga kamu sehat selalu, Wisnu. Ibu tidak mau kehilangan anak ibu lagi. Ibu janji akan jaga kamu baik-baik, sama seperti ibu menjaga kedua kakakmu ketika mereka kecil.

Ibu sayang kalian,
Winda, Wina, dan Wisnu.

Hmmmmmmmmm. Kau menarik napas dalam-dalam. Mengamati sejenak wajah ibumu yang sedang tertidur dengan NGT di hidung. Kau tahu, ibumu benar-benar sangat menyayangimu dan adik. Ibumu begitu perhatian dan tak ingin kalian kenapa-kenapa.

Namun meski begitu, kadang kau lupa bahwa ibumu juga sangat perasa. Ibumu memiliki jiwa puitis dan lihai menulis. Itu yang tidak pernah kau tahu. Meskipun kau seorang penulis, yang sudah melahirkan banyak buku, entah mengapa membaca tulisan demi tulisan milik ibu seolah jauh lebih mendalam. Ibumu tidak memerhatikan frasa apa yang digunakan, majas mana yang dipilih, atau bingung memilih diksi, dan lain sebagainya. Tulisan ibumu terkesan sangat sederhana sekali. Tapi maknanya dalam sekali.

Malam kedua kau membaca tulisan ibumu, berakhir dengan senyum di wajah. Kau menyimpan buku itu dalam tas navy yang kau punya. Lalu setelahnya, kau larut dan mulai mengukir imajinasi.

MENULISLAH KEMBALITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang