CERITA 4

43 4 0
                                    

10 Maret 2012

Saat anak ketigaku akan lahir ditahun ini, alhamdulillah kerjaan suamiku lancar. Rezeki datang silih berganti. Semoga saja ini pertanda baik untuk anakku ini. Ohiya, anak keduaku, Wina sebentar lagi memasuki SMP. Entah Wina akan melanjutkan kemana. Aku sebagai Ibu mendukung saja. Ya Allah, semoga Engkau lancarkan semua yang keluargaku lakukan. Semoga apa pun yang diusahakan oleh suami dan anak-anakku bisa mendapatkan hasil terbaik. Aamiin.

25 Mei 2012

Alhamdulillah. Terima kasih, Ya Allah. Engkau mempertemukan kami di tanggal ini. Tanggal lahir anakku. Sebenarnya aku cukup sedih, karena aku tidak bisa memberikannya kado ulang tahun. Tetapi memang sejak kecil, anakku tak pernah kurayakan dengan kado. Aku tak mau hari indah seperti ini harus dinodai dengan kalimat, "Bu, kadonya mana?"

Wina mungkin bisa menerimanya. Ia anak yang pengertian. Doa untuk anakku hari ini adalah semoga kamu jadi anak saleh, Win. Semoga sehat selalu, dilindungi oleh Allah, dijagakan dari musibah, dikabulkan apa yang menjadi cita-citamu. Yang terpenting, Ibu selalu menyayangimu. Jangan sampai kamu melupakan Ibu. Ibu tidak mau kamu sibuk dengan duniamu hingga meninggalkan dunia kecil yang sudah kita bangun sejak kamu masih kecil.

Sebenarnya, ketika melewati 25 Mei, selalu ada kebahagiaan dan ketakutan yang muncul. Ketakutan di sini mengenai apa saja hal yang akan terjadi di depan sana. Bagaimana jika Ibu tidak ada saat kamu bermasalah? Apakah kamu akan bisa mengatasi? Apakah kamu akan menemukan orang-orang baik dalam lingkunganmu sehari-hari. Itu yang Ibu takutkan, Win. Ah, Win. Semoga saja Allah selalu menjagamu.

29 Mei 2012

Semakin hari, perutku semakin membesar. Rupaya tinggal beberapa hari lagi buah hatiku akan lahir. Sebenarnya aku masih trauma dengan kejadian beberapa tahun silam. Ketika aku harus kehilangan anak perempuanku, Winda. Winda lahir begitu cantik dan menggemaskan. Sayang, Allah menakdirkan ia dipelukanku hanya satu tahun.
Setelah sekitar enam tahun, barulah aku mengandung lagi dan lahirlah Wina, anak keduaku. Masa mengandung Wina sangat kuhati-hati sekali. Selama 9 bulan aku selalu rajin berolahraga dan aktivitasku sehari-hari yang tak ada hentinya. Apalagi saat aku mengandung Wina sekitar 4 bulan, suamiku membongkar kandang kambing hingga membuatku sedikit kelelahan karena membantunya.
Selepas Wina lahir, aku merasakan perasaan yang sama seperti 6 tahun lalu bahkan lebih besar lagi. Perasaan senang dan bersyukur. Seolah Winda terlahir kembali. Tetapi setelah kuamati betul-betul Wina mirip sekali denganku. Kalau Winda mirip suamiku. Winda wajahnya putih, matanya besar dan bibirnya merah dan tipis. Sedangkan Wina sedikit hitam, matanya biasa dan bibirnya tebal.

Setelah Wina lahir, perekonomian keluargaku semakin membaik. Suamiku diangkat jadi Pak RT disela-sela jadi mandor agen singkong milik Pak Wanto. Saat umur Wina menginjak tiga tahun, aku ikut bekerja bersama suami di agen singkong. Keseharian Wina ikut aku meski pakaianya tercampur tanah dan kulit singkong. Aku tidak tega sebenarnya melihat Wina seperti ini. Tetap mau bagaimana lagi? Mbak Anik dan Rohma, saudara kandungku juga kerja di tempat yang sama. Kalau kutitipkan ke bapak dan ibu malah takut merepoti.

Waktu berjalan sangat cepat hingga ternyata Wina sudah umur 4 tahun. Saatnya ia masuk TK A. Saat Wina masuk di TK, aku dan suami semakin semangat mencari biaya demi anak perempuanku ini. Dan tidak menyangka, Wina sekarang sudah mau masuk SMP. Aku bahagia sekali. Setelah ini, adiknya Wina akan lahir. Wina tidak akan kesepian lagi. Rumah akan kembali terisi dengan tangisan mungil seorang bayi, ruang kamar akan harum dengan aroma bedak dan minyak kayu putih. Hmmmm. Aku tidak sabar lagi menimang anak ketigaku ini. Semoga kamu selamat ya, Nak. Kak Wina, ayah, dan ibu menunggu kamu.

Pagi
Di kamar setelah memasak

"Hmmm nn.. nduk.." Suara lemah itu kau dengar setelah kau membaca ketiga tulisan milik Ibumu. Kau segera menutup Note itu dan menyembunyikannya di bawah kasur yang ditempati Ibumu.

"Iya, Bu? Apa ada?" Tanyamu pelan.

"Ibu mau minum."

"Siap, Bu. Wina ambilin ya, Bu."
Air putih ada di atas rak depanmu. Kamu melangkah mengitari ranjang Ibu. Mengambil minum dan menuangkannya.

"Makasih, Nduk."

"Tidak perlu berterima kasih, Bu. Aku yang harusnya minta maaf karena belum bisa jadi Wina kebanggaan Ibu."

"Jangan begitu. Kamu sudah jadi anak yang baik kok." Kata Ibumu sambil tersenyum.

"Kamu segera tidur. Sudah jam satu. Besok kamu kan sekolah." Kamu mencium kening Ibu, memersilahkan Ibu istirahat kembali seraya berkata, "setelah ini aku tidur, Bu. Masih mau menata buku dulu."

Note milik ibu sudah kau baca lima lembar. Tentu saja, kau membayangkan bagaimana masa kecilmu. Bagaimana hidup si Wina ketika masih kecil. Tiba-tiba saja. Kau rindu masa kecilmu. Rindu segalanya tentang Ibu. Dan semakin malam, kau semakin menyesal. Mengapa aku baru tahu ketika ibuku dalam keadaan yang seperti ini? Kenapa aku baru tahu sekarang? Katamu.

Beberapa menit setelah itu, kamu mengembalikan note ke dalam tas. Menyimpannya baik-baik.  Berharap, waktu segera malam. Supaya kamu bisa segera membacanya lagi.

Kamu berjanji, akan membacanya lagi setiap malam, menjelang tidur.

...

Tadaaaaa...
Gimana nih komen kalian mengenai cerita ini? Hmmmm tulis gih di kolom komentar kira-kira lanjutannya gimana yaaaa wqwqwq. Ditunggu🌻🌻

MENULISLAH KEMBALITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang