Kembali menyambung harapan. Begitulah tiga kata mujarab yang beberapa hari ini selalu terngiang di kepalamu. Pagi ini, kau mengawali harimu dengan menata kamar Anyelir setelah selesai sholat Subuh. Sedang ayah dan tantemu sedang sholat bergantian.
Ibumu masih tidur, jadi kau sangat berhati-hati saat membersihkan kamar. Kau tidak mau, ibumu kehilangan tidur nyenyaknya. Setelah merapikan semuanya, kau kembali duduk di samping ibumu. Mengambil note itu dan membacanya lagi. Kau ingin sekali segera menamatkan semua yang ibumu tulis di note itu. Sebab kau sangat ingin tahu, apa saja yang ibumu tulis selama ini.
Kau pun larut dan tenggelam cukup lama.
6 Agustus 2012
Sejak dari tadi pagi entah mengapa hujan tidak henti-henti turun. Banyak cucian yang belum kering. Hehe. Tetapi, aku bersyukur, karena siang ini aku bisa bersama-sama dengan anak-anakku di kamar. Setelah pulang sekolah, Wina tidak beranjak sedikit pun dari kamar. Ia menemani adiknya tidur. Namun, seperti biasa, sebelum tidur, dia selalu menceritakan pengalamannya hari. Wina menceritakan diskusinya bersama teman-temannya mau melanjutkan SMP kemana. Dia bilang dia mau ke SMP Negeri aja. Enak, bisa pramukaan. Kamu tahu gak Dek? SMP Negeri itu pramukanya jos gandos loh. Yel-yelnya banyak dan bagus, seragamnya keren, ada hitam-hitamnya gituuu. Begitulah kalimat Wina yang aku tangkap sampai menancap di kepalaku siang ini.
Ketika dia selesai bercerita, dia tiba-tiba sudah tertidur saja. Heheheh. Dasar tukang tidur. Kalau Mas San datang aku ingin menceritakan tentang keinginan Wina masuk SMP Negeri ini. Pumpung masih kurang satu tahun lagi.
16 Agustus 2012
Bismillah, bismillah, bismillah, Ya Allah.
Hari ini Wina pulang agak sore, katanya dia masih ada latihan gladi bersih sebelum besok melaksanakan upacara Hari Kemerdekaan sesungguhnya. Alhamdulillah, tahun ini tahun terakhir dia gabung dalam paduan suara saat Hari Kemerdekaan. Aku turut senang sekali atas pencapaian anakku ini. Meski aku belum bisa melihat penampilannya besok, tetapi aku yakin dia pasti bisa melaluinya dengan baik.
17 Agustus 2012
Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah. Barusan pas aku menggendong Wisnu di teras supaya bisa tidur siang, Mbak Fat menghampiriku dengan wajah sumringah.
"Tadi aku lihat Wina nyanyi di depan sendiri, Mbak Ya." Katanya dengan memcium Wisnu.
"Ohiya? Alhamdulillah. Dia sekarang dimana, Mbak?" Kataku berbalik bertanya.
Mbak Fat lalu bilang kalau Wina masih foto-foto. Aku tersenyum senang pas tahu kalau kamu menyanyi di bagian depan. Setelah Mbak Fat pergi, aku buru-buru ke kamar. Menggendong Wisnu sambil menulis kebahagiaanku siang ini.
Ibu dan ayah selalu berdoa, semoga kamu dan Wisnu jadi adik-kakak yang kelak bisa sama-sama memperjuangkan. Sama-sama sukses dan selalu bahagia. Kalau kelak kamu sukses, ibu berharap kamu tidak melupakan adikmu. Tidak melupakan ibu, tidak melupakan ayah.
Entah kenapa tulisan ini membuat ibu menangis, Win. Ibu malah teringat dua tahun lalu, ketika kamu masih kelas 4 SD. Kamu hampir saja menjuarai perlombaan pidato cilik di kecamatan, tapi kamu gagal masuk karena salah satu peserta adalah anak salah satu dewan juri. Kamu pun menangis sampai tidak mau makan. Kamu marah karena tidak juara.
Satu tahun setelahnya, kamu ikut lomba yang sama. Persiapanmu benar-benar lama dan kamu sudah siap ketika hari-H. Entah mengapa, lagi-lagi kamu belum jadi juaranya.
Saat itu ibu sedang memotong kuku di teras, sekalian mengeringkan rambut karena habis mandi. Setelah ayahmu mematikan mesin motornya, kamu langsung menangis bukan main dan memeluk ibu sampai ibu jatuh. Ibu bingung saat itu. Kamu ibu tanyai tapi tidak menjawab sama sekali. Sampai lama sekali, sampai setengah jam kamu menangis di pangkuan ibu. Dan, barulah kamu membuka suara.
"Aku marah, Bu. Aku marahhhh. Aku mangkel, aku pegel sama aku sendiri. Aku kalah lagi lomba pidatonya! Aku marahhhh, Buu. Kenapa aku kalah terus? Kenapa aku tidak menang? Aku kepingin menang, Buuu. Aku gamau kalah terus." Pengalaman gagal itulah, seolah menjadi awal pelecut kerja keras dan perjuanganmu. Kadang ibu bingung, apakah kamu masih punya dendam dengan masa lalu, Win? Apakah sampai saat ini, kata kalah tak pernah ingin kau dapatkan?
Wina anakku sayang...
Ibu yakin, ini hanyalah awal, Win. Setelah ini, kamu pasti punya jalan baru. Ibu percaya itu.Menyesakkan. Dua bulir air mata mengawali pagimu ini. Kau benar-benar mengagumi ibumu. Kau benar-benar bersyukur bisa membaca note ini. Kembali ke masa lalu. Dengan ucapan syukur dan hati yang terus mengenang masa lalu.

KAMU SEDANG MEMBACA
MENULISLAH KEMBALI
Teen FictionPermisi, Mbak, Mas, ada panggilan dari Tatib untuk Kak Wina, ini suratnya. Surat itu dipegang oleh Mira, temanmu yang duduk di sebelah pintu. Kawan-kawanmu yang lain sibuk membercandaimu. "Halah, Wina. Pasti itu rapat lagi. HUT lagi. OSIS lagi," beg...