CERITA 3

37 3 0
                                    

Note itu adalah awal kau mengetahui siapa sebenarnya ibumu.

...

Hampir seharian kamu menunggu ibu yang sedang terbaring di kamar Tulip nomor 5. Ayah, dan keluarga besarmu yang lain sudah tidur semua. Termasuk ibumu. Pikiranmu mengatakan kau harus tidur. Tetapi hati nuranimu melarang. Kau harus menjaga ibu. Takut kalau ibu butuh apa-apa tapi tak ada yang bangun.

Sambil memandangi wajah ibu yang semakin menua, kau ingat sesuatu yang tadi kau bawa namun tidak tahu apa isinya. Note itu kau ambil dan kembali duduk di samping ibu.
Note itu rupanya terisi tulisan. Terlihat kertasnya sedikit tebal.

Kamu mulai membuka lembar pertama. Hanya ada kata: Deluxe. Lalu membukanya lagi hingga berhenti di bagian itu. Kau membaca baris atas.

Ya Allah..
Wina anakku hampir tidak naik ke kelas 2 SD. Dia belum bisa membaca dan kata gurunya dia tertinggal jauh dengan teman-temannya. Aku malu, Ya Allah. Bukan malu karena tadi dipanggil ke ruang guru setelah rapat, bukan malu karena nilai rapot anakku dihina sama tetangga. Aku malu, aku malu karena aku merasa gagal mendidik anakku. Aku terlalu sibuk bekerja bersama suami. Hingga aku lupa kalau anakku tidak ada waktu untuk belajar. Aku malu karena aku tidak tahu selama ini kekurangan apa yang ada di Wina.

Wina, maafkan ibu, Win. Ibu janji setelah ini ibu akan punya waktu untuk menemanimu belajar. Ibu tidak mau kamu dihina sama orang, Win. Kamu itu anak ibu. Darah daging ibu.

Perlahan rintik hujan menyeruak dalam wajahmu. Ingatanmu di bawah ke masa 11 tahun lalu. Masa kau benar-benar tidak bisa membaca seperti anak SD pada umumnya.

Argh!
Ibuuuuuu.

MENULISLAH KEMBALITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang