Part 1

384 27 10
                                    

Seorang gadis kini tidurnya telah terusik oleh cahaya matahari yang menerobos masuk melalui jendela kamarnya. Bersamaan dengan itu, terdengar lah suara teriakan yang menyerukan namanya. Dan mau tidak mau Seohyun harus segera bangkit, meninggalkan kasur kesayangannya. Padahal ia ingin menghabiskan waktu libur dengan kasurnya, kalau bisa, sampai pagi menjemput kembali. Ya, itu adalah salah satu hal buruk yang tidak bisa Seohyun lepaskan dari dirinya. Itu sudah melekat seperti DNA. Jika orang bertanya apa hobi gadis ini, tentu ia akan menjawab 'tidur'.

Sebelum itu, seohyun pergi kekamar mandi untuk sikat gigi dan membasuh wajahnya. Namun satu hal yang membuat seohyun kesal dipagi ini, seseorang sedang menggedor pintunya bertubi-tubi. Seohyun paling tidak suka jika ia tengah diusik.

"Woi ngapain sih lo?" Orang itu masih setia menggedor pintu kamar mandi seohyun. Tidak ada respon dari seohyun, itu artinya emosi cewek ini telah memuncak. Jika seohyun udah kesel setengah mati ia lebih memilih diam. Karena jika marah-marah pun percuma, hanya buang-buang waktu dan tenaga.

Tidak lama, sohyun keluar setelah ritualnya selesai. Kemudian menatap tajam cowok yang masih setia didepan pintu kamar mandinya.

"Apa?" Tanya seohyun ketus.

"Ohh lo gitu sama gue?" Seohyun agak tersentak. Kemudian ia mengubah ekspresi juteknya menjadi ramah dengan sedikit lengkungan tipis dibibirnya.

Oke oke, ga seharusnya gue begitu. Cukup sadar diri hyun, sadar diri.

"Ada apa?" Tanya Seohyun dengan nada lembut.

"Gue mau mandi"

"Ya terus? minta mandiin gitu?" Jimin menyentil dahi Seohyun gemas.

"Otak lo"

"Ya lo sih, mau mandi aja laporan, pake gedor-gedor pintu gue segala lagi"

"Siapin baju gue, baju santai aja" Ujar Jimin sebelum ia meninggalkan kamar Seohyun.

Seo-hyun POV

Aku segera kekamar Jimin dan menyiapkan pakaiannya sebelum ia selesai mandi. Karena kalau sampai aku belum menyiapkannya dan dia sudah selesai mandi, habislah ia marah-marah 2 hari 2 malam. Ngomong-ngomong, Jimin sekarang jadi pemarah dan suka ngatur-ngatur, beda banget sama dia yang dulu, murah senyum dan lembut. Apa ini karena faktor aku tinggal bersamanya?

Sejujurnya juga ini bukan kemauan ku, Jimin sendirilah yang menyuruhku dan kedua orang tuanya. Tapi kenapa dia seperti tidak menginginkan keberadaan ku?

flashback

Seohyun merenung dengan airmata yang tidak henti-henti nya untuk keluar. Ia memeluk lututnya sendiri didepan sebuah kuburan, sesekali ia juga menghapus air matanya dengan kasar. Kuburan itu milik ayah dan ibunya. Baru beberapa hari sebelumnya, orang tua seohyun meninggal diduga akibat aksi pembunuhan saat mereka sedang berdinas keluar kota. Ia tidak tahu pasti bagaimana kronologi nya, ia hanya mendapat kabar dari polisi. Padahal gadis yang masih berusia 16 tahun itu sangat menanti-nanti kepulangan orang tuanya setelah ditinggal beberapa minggu. Namun tidak ini yang Seohyun inginkan, mereka pulang dengan keadaan tidak bernyawa. Padahal sudah banyak cerita yang ia simpan untuk diceritakan pada orangtuanya saat pulang nanti. Namun, itulah takdir. Datang tanpa kita duga.

Disaat itu juga Seohyun sangat terpukul. Ditambah lagi ia memang tidak memiliki siapa-siapa. Ia anak tunggal, ia juga tinggal jauh dari saudara-saudaranya.

Tiba-tiba ada sebuah tangan yang merangkul bahu Seohyun. Kemudian menarik tubuh mungil itu ke pelukannya, membiarkan Seohyun menumpahkan seluruh air matanya. Tidak masalah jika bajunya basah. Ia juga mengusap-ngusap puncak kepala Seohyun lembut.

"Gue denger orang tua lo meninggal, dan maaf baru sempet nengokin sekarang" Tangisan Seohyun semakin pecah, dengan begitu Jimin pun semakin mengeratkan pelukannya, memberikan kenyamanan pada Seohyun.

"Udah 7 hari, dan lo masih gini? Ga capek?" Jimin dapat merasakan bahwa Seohyun menjawab pertanyaannya dengan sebuah gelengan.

"Masalahnya dirumah itu sepi Jim, lo taukan gue itu takut gelap sama tempat-tempat sepi? Mana semua asisten rumah tangga ngundurin diri lagi, takut ga digaji katanya" Ucap Seohyun masih diposisi yang sama.

Jimin diam. Ia merasa prihatin dengan sahabatnya ini. Baru kali ini Jimin melihat titik rapuhnya Seohyun. Biasanya gadis itu selalu menebar senyuman ramah saat pergi kemana-mana. Bahkan baru beberapa hari setelah kepergian orang tuanya, Jimin dapat melihat Seohyun seperti biasa-biasa saja, seperti tidak ada masalah atau apapun itu. Ternyata semua itu hanya topeng Seohyun saja. Jimin sempat berpikir Seohyun itu adalah gadis yang kuat, ternyata tidak juga.

"Yaudah, kamu tinggal aja sama Jimin di apartnya, kebetulan Jimin juga sendirian disana" Seohyun mendongak, ternyata Jimin tidak datang seorang diri. Ia bersama kedua orang tuanya. Dan Seohyun baru tersadar.

"Iya, kalau dirumah om sama tante kan sama aja kamu bakal kesepian, belakangan ini om tante juga banyakan lembur" Ujar Tuan Park, ayah Jimin.

"Eh? Ga..ga usah om, tante, ga perlu repot repot" Tolak Seohyun tidak enak. Walaupun Seohyun telah dianggap seperti anak kandung oleh orang tuanya Jimin, namun tetap saja ia merasa tidak enak. Seohyun sudah sering kerumah Jimin, jadi orang tua Jimin pun mengenalnya sangat dekat.

"Jimin ga keberatan kan sayang?" Tanya ibu Jimin sambil menatap anaknya.

"Iya, gapapa hyunie"

Seohyun tampak kesulitan mengambil keputusan. Bingung harus menjawab apa. Disatu sisi ia takut bila sendirian dirumah besar itu, tapi disisi lain ia juga tidak mau merepotkan keluarga Park, terutama Jimin. Ia sudah sering kali menyusahkan Jimin dengan segala kelakuannya.

"Sepertinya kamu bingung ya? Yaudah kamu tinggal aja dirumah kamu dulu. Kalo memang udah ga tahan, hubungi om, tante, atau Jimin ya?"
Ucap ayah Jimin dengan ramah. Ia juga mengusap puncak kepala Seohyun dengan lembut. Sekarang Seohyun tau dari mana sifat lembut dan ramahnya Jimin. Ternyata ia dan ayahnya tidak beda jauh.

"Sepertinya itu lebih bagus" Seohyun menghapus sisa sisa air matanya yang masih menempel dipipi dengan tisu yang baru saja Jimin berikan padanya.

"Yakin?" Tanya Jimin dengan raut khawatir.

"Iya Jim, aku bakal berusaha betah dirumah"

"Kok gitu?"

"Aku ga mau nyusahin kamu dan keluarga kamu"

"Semoga Seohyun ga betah ya Tuhan" gumam Jimin namun masih terdengar jelas oleh Seohyun. Sehingga Jimin mendapat toyoran gratis di kepalanya. Dan Jimin hanya nyengir.

flashback off

Aku kangen sifat Jimin yang dulu.










TBC...

Hancur bener dah tulisanku (╥ω╥), sampe ragu mau dilanjutin apa enggak.

Btw, minta pendapat dong, gimana cerita ini? Jujur aja, mau itu komentar pro ataupun kontra aku terima kok, sekalian untuk memperbaiki diri ya kan..

Oke.

Jangan lupa vote dan komen ya..

Promise ; PJMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang