🌿

1.1K 133 29
                                    

Saya terkejut sudah 5K readers...
Ya Tuhan..... Terimakasih banyak buat para readers dan yang sudah vote juga 😭😭😭













 Terimakasih banyak buat para readers dan yang sudah vote juga 😭😭😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Menikah? Otakmu taruh dimana Mark? Kau fikir gampang menikah gitu kayak masak mie instan???" Jinyoung menggelengkan kepalanya

"Kan memang mudah Jie,,, kita tinggal mengucapkan janji didepan pastur, setelah itu resmi kita..."

"Ya Tuhan.. Aku gak tau harus ngomong apa sama kamu Mark... Segampang itu mikirmu tentang menikah ya? Kamu gak mikirin habis nikah itu bakalan beda jalanin hidupnya, bakalan ada komitmen yang lebih dari pada sekarang ini. Mikir gak sih Mark... Percuma juga kalau misal kamu bilang cinta dan cinta tapi gak ada komitmen nantinya, Mungkin saja tiga tahun nantinya kau akan menceraikanku dengan alasan cinta juga."

Mark terhenyak mendengarnya, mimik wajahnya berubah mengeras. Seburuk itu pemikiran Jinyoung tentangnya

Kedua tangan Mark memegang bahu Jinyoung cukup erat

Manik hitamnya menatap tajam ke arah Jinyoung

"Lalu aku harus apa Jie? Aku harus melakukan apalagi???? Tidak cukupkah kau terus menolakku dan mengecap diriku sebagai pendosa karena masa lalu?????"

"Dan kita memanglah pendosa bukan? Aku pun menjadi pendosa karena telah membunuh anakku sendiri, kau tidak tau rasanya setiap malam dihantui rasa bersalah karena hal itu! Anakku!!!!! Dia harus nya sekarang sudah bisa berjalan, lalu apa yang terjadi dia tidak ada, bahkan aku tidak tau jenis kelaminnya apa! Kau tau itu yang menjadikan aku ragu untuk memilihmu! Perhatian dan kelakuanmu membuatku terkadang muak Mark!"

Jika kalian berfikir Jinyoung menangis saat ini. Tidak! Jinyoung sudah berjanji dia tidak akan menangis lagi dan lagi.

Yang dilakukan Jinyoung adalah membalas tatapan tajam dari sang dominan Mark Tuan.

"Aku sudah mengikhlaskanmu dengan yang lainnya Mark, silahkan... Jangan dengan pendosa dan lelaki yang menjijikan sepertiku ini...." nada bicara Jinyoung melemah,

Rasa bersalah yang menghantui Jinyoung selama ini membuatnya tidak ingin menjalin kisah asmara dengan siapapun. Dia merasa tidak pantas, Jinyoung adalah pembunuh, manusia tidak beradab, Harusnya Jinyoung ikut mati bersama calon anaknya, bukan tetap hidup enak seperti ini.

Mark melepaskan pegangan tangannya di bahu Jinyoung, tubuhnya bergerak turun, bersujud didepan Jinyoung


"Jangan bicara seperti itu kumohon, pukul aku, pukul aku jika itu akan membuatmu merasa sedikit lega Jinyoung... Aku mencintaimu sungguh, tidak peduli apapun itu aku mencintaimu... Aku ingin memperbaikinya lagi."



Mark bersimpuh didepan Jinyoung.


Sebenarnya Jinyoung tak tega..

Jinyoung menatap sekilas Mark yang tengah menunduk bersimpuh dihadapannya, dia melangkahkan kakinya melewatinya begitu saja

"Minta maaflah pada yang tepat. Perbaiki dirimu sendiri. Jika Tuhan mengatakan kita berjodoh, maka aku akan kembali padamu, jika tidak maka harus relakan kepergiannya...."




Suara pintu kamar tertutup.

Tangan Mark mengeras, untuk pertama kalinya harga dirinya benar-benar jatuh dihadapan seseorang.

Ting!

Sebuah notifikasi pesan masuk

Kau sudah bisa menaklukannya? Aku liat dia bersama Wonpil, hati-hati saja.
Aahhhh sepertinya ada yang tidak akan mendapatkan warisan apapun hahahhaa....

Mark menggeram marah melihat isi pesan itu

Kau adik yang bodoh, ttidak membantu malah memperkeruh saja!

Aku tidak bodoh... Hanya ingin membuatmu merasakan apa yng dirasakan oleh kak Jie, dia depresi 2th, sedang kau bisa enak2 saja...

Aku akan membunuhmu! Kau tega kakakmu akan menjadi gelandangan hny karena lelaki yng berstatus skretarismu???

Bahkan jika iya terjadi aku rela... Aku adalah Yugyeom, orang pertama yng ingin Mark Tuan merasakan depresi karena karmanya.

Adik Bangsat!





Mark melempar handphonenya hingga terlihat retak-retak di layarnya. Jinyoung sudah bukan yang dulu saat mereka bersama kuliah yang sedikit polos jika tentang cinta.

"Tidak ada cara lain. Aku sudah memintanya dengan baik-baik, tapi dia tetap menolaknya. Mau tidak mau aku harus melakukannya... Yah apalagi!" monolog Mark


Dia terbangun dari simpuhnya, mengambil kembali handphonnenya yang terjatuh, melangkahkan kakinya menuju kamar pribadinya, tak lupa seringai senyum yang tampak ganjil diwajahnya.

"Sorry not sorry Jinyoung... But I have to do this...."
















































Tbc










Warning next chap yah~



Bakalan aku beri warning kok tenang hehehe



Kyuuuuteeeeeeeeeeee liatnya ih gemes



Contoh keluarga sakinah mawadah tapi belum warohmah



Into Deep (MarkJin) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang