Pada suatu hari Sita melapor kepada Rama, bahwa ia sudah hamil. Rama sangat senang mendengar berita tersebut...
Lalu Rama pun berkata,
“Kanda sangat bahagia mendengar kabar tersebut. Sekarang katakan kepada kanda apa yang adinda inginkan.”Dengan tersenyum Sita menjawab, “Aku hanya ingin pergi ke tepian sungai Gangga dan menghaturkan persembahan kepada para pertapa disana, serta tinggal disana untuk beberapa malam, merasakan cara hidup sebagai pertapa, dengan hanya makan umbi-umbian dan buah-buahan saja.”
Rama lalu menjawab lagi,
“Terjadilah seperti yang dinda inginkan. Karena hari ini kanda masih akan menghadiri sidang, maka besoklah kanda akan mengantarkan dinda kesana.”Dalam sidang hari itu Rama menanyakan kepada para peserta sidang apa yang menjadi pembicaraan orang kota dan orang desa pada saat ini. Terhadap pertanyaan tersebut, para peserta sidang melaporkan yang baik-baik saja.
Rama merasa, ada yang disembunyikan oleh para pelapor. Oleh karena itu, ia berkata,
“Bicaralah terus terang apa yang sebenarnya yang menjadi pembicaraan orang-orang saat ini agar aku bisa memperbaiki diri.”Mendengar pertanyaan tersebut, para peserta sidang saling toleh menoleh antara yang satu dengan yang lainnya.
Akhirnya, seorang menteri bernama Badra menjawab secara jujur,
“Di jalan-jalan, di pasar, di tempat umum, orang-orang banyak membicarakan bahwa Rama telah melakukan hal-hal yang hebat. Beliau berhasil membuat jembatan yang tiada taranya, berhasil mengalahkan Rahwana, dan menjadi raja yang bijaksana yang memimpin berdasarkan Dharma. Tetapi Rama juga telah melakukan tindakan yang keliru yang merendahkan derajatnya, karena ia mau menerima Sita yang telah begitu lama berada dalam tahanan Rahwana. Siapa bisa yakin, kalau Sita tidak pernah dinodai oleh Rahwana? Tuanku, itulah kata-kata orang di kota dan di desa.”Rama pun terkejut, lalu berpaling kepada yang lain.
“Katakan terus terang, apakah kalian juga mendengar seperti itu?”Mereka semua bersujud, membenarkan laporan tersebut. Laporan tersebut menjadikan pemikiran yang serius bagi Rama. Tetapi ia tetap tenang dan melanjutkan acara-acara sidang. Setelah semua acara dibahas dan diputuskan maka sidang pun dibubarkan. Tapi Rama minta agar adik-adiknya, Laksamana, Satrugna dan Bharata tetap tinggal.
Setelah semua peserta sidang keluar, Rama lalu berkata kepada adik-adiknya. “Adik-adikku, demi untuk menghilangkan isu-isu negatif terhadapku maka Sita harus disingkirkan. Kebetulan tadi Sita berkata kepadaku bahwa ia ingin tinggal di tempat pertapa di tepi sungai Gangga. Maka sekarang aku perintahkan kepada Laksamana untuk mengantarkan Sita ke tepi sungai Gangga dekat pertapaan Rshi Walmiki, dan tinggalkan disana.”
Sesuai dengan perintah Rama, keesokan harinya Laksamana menemui Sita dan mengatakan dirinya diutus oleh Rama untuk mengantarkan dirinya ke pesraman para pertapa. Maka Sita pun berkemas-kemas. Setelah siap maka berangkatlah Sita diantar oleh Laksamana menuju tepi sungai Gangga.
Setelah sampai di seberang sungai Gangga, Laksamana tidak dapat menahan kesedihannya, sehingga ia menangis tersedu-sedu. Sita pun terheran-heran, lalu menanyakan kenapa ia menangis. Maka Laksamana pun berterus terang tentang pesan Rama yang sebenarnya. Setelah itu, dengan perasaan yang sangat sedih, Laksamana pun meninggalkan Sita seorang diri.
Sita menjadi sangat sedih, hingga ia menangis tak tertahankan lagi. Ada seorang siswa pesraman Rshi Walmiki melihat keadaan Sita. Ia lalu melapor kepada Rshi Walmiki tentang wanita yang dilihatnya. Dengan kekuatan tapanya Rshi Walmiki langsung bisa mengetahui apa yang terjadi. Diiringi oleh siswanya ia lalu bergegas menemui Sita. Sita lalu dibawa ke pesramannya, yang khusus untuk siswa putri. Kepada para siswa putri tersebut, diperkenalkan siapa Sita itu, dan mengapa ada disini. Selanjutnya para siswa tersebut diperintahkan untuk melayani Sita dengan sebaik-baiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kitab Ramayana (Terjemahan)
Historical FictionRāmâyaṇa (dalam Bahasa Sanskerta) berasal dari kata Rāma dan Ayaṇa yang berarti "Perjalanan Rama") Sebuah cerita/kisah kepahlawanan dari India yang digubah oleh Walmiki (Valmiki) atau Balmiki dari cerita Dewi Sita.