Klarifikasi

34 2 0
                                    

Seperginya Gavin dari rumah, Jen bergegas pergi menuju kediaman Dhika, mamanya Reva. Tentu dia panik mendengar permintaan Gavin yang terlihat sangat serius itu. Masa iya sudah H-4 lalu pernikahan yang sudah dipersiapkan matang dibatalkan begitu saja. Tidak mungkin.

Setelah mengetuk pintu dan dipersilahkan masuk oleh salah satu ART rumah Dhika, Jen pun masuk dan sekarang duduk menunggu di ruang tamu.

"Gak biasanya kesini pagi-pagi, Jen. Ada apa?" tanya Dhika. Dia pun mengambil posisi duduk disamping Jen.

"Dhik, Gavin sama Reva ada masalah ya?" sama seperti Gavin, Jen bukan orang yang suka berbasa-basi untuk hal penting seperti ini.

"kayaknya gak ada sih" jawab Dhika dengan jujur. Karena tadi pagi yang ia lihat, Gavin dan Reva masih seperti biasa.

"tadi sebelum gue kesini, Gavin kerumah. Tiba-tiba ngomong minta pernikahan dibatalin. Dia bilang Reva sebenarnya sangat terpaksa nerima. Kaget dong gue, dia bilang gitu. Padahal dari yang gue liat progress hubungan mereka makin kesini makin bagus. Makanya gue nanya ke lo sekarang"

Dhika berpikir. Mengingat-ingat apa yang sebelumnya terjadi. Sampai dia ingat kejadian tadi malam yang Reva menangis karena Jhony. Tapi dia tidak bisa menyimpulkan begitu saja. Karena dia sendiri tidak tahu apa yang terjadi saat Gavin dan Reva di perjalanan.

"Kayaknya gue mesti nanya atau ngobrol dulu deh sama Reva. Siapa tahu cuma kesalahpahaman antara mereka aja kan?" Dhika berusaha tenang. Berbeda dengan Jen yang cukup panik saat ini.

"Udah, lo jangan panik gitu dong. Selagi masalahnya belum jelas, kita harus tetap tenang"

"trus kita harus apa?" lagi-lagi Jen kebingungan sendiri.

"ya tunggu Reva pulang kuliah"

***

Reva dan teman-temannya, sekarang berada di salah satu kafe di dekat kampus mereka. Memang tidak biasanya mereka makan disini. Mereka berempat tipe orang mager yang memilih tempat terdekat untuk makan atau memilih menyuruh orang untuk membelikan. Tapi dengan jurus seribu paksaan dari Reva dan jurus sejuta kekuatan tarik menarik, akhirnya mereka makan siang di kafe ini.

Dengan Ragu, Reva menyerahkan kotak berisi undangan pernikahannya kepada Julie, Tata dan Raffi satu persatu.

Melihat kotak yang diberikan Reva sangat menarik, Raffi langsung mengambil dan membukanya. "perhatian banget lo, sama kita kita. Jarang-jarang. Abis kena angin topan apa puting beliung?" celoteh Raffi.

Lain halnya dengan Raffi, kedua temannya yang lain yaitu Julie dan Tata memilih membuka kotak dengan tenang.

Saat membuka kotak itu, yang mereka lihat adalah sampul buku yang tidak mereka perhatikan karena sudah sangat penasaran dengan isinya.

Halaman pertama, menyatakan itu adalah undangan pernikahan.

Halaman kedua,

Halaman ini yang membuat mereka terperangah. Disitu tertulis lengkap tanggal, tempat, dan waktu pelaksanaan acara dan tertulis jelas nama dua orang calon suami istri.

"Gue gak mimpi kan, Jul?" tanya Tata.

"Astaga, Ta. Harusnya juga gue yang nanya gitu" timpal Julie.

"Curang lo Rev! Ngeduluin kita kita" sahut Raffi.

Reva hanya bisa tersenyum melihat respon teman-temannya.

"Intinya sekarang, lo hutang penjelasan sama kita bertiga!" tegas Tata sambil menunjuk dirinya, Julie, dan Gavin. Kemudian disetujui oleh Julie.

"Dan harus bayar hutang lo itu sekarang!" sahut Raffi dengan nada memaksa. Dan disetujui lagi oleh Julie.

Why Should I Get Married?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang