Cinco-Carnelian

54 3 0
                                    

"Mamiii.. Come on wake up." Ucap seorang bocah laki laki berusia 3 tahun 9 bulan mencoba untuk membangunkanku.

"Kalau mami gak bangun, nanti Beryl ngambek sama mami, gak mau ngomong sama mami." Ancam bocah yang begitu pintar dan fasih berbicara bernama Beryl itu padaku.

"Isshhhh mami cantik bangun." Gerutunya sambil menciumi wajahku.
"Good Morning Beryl gantengnya mami." Ucapku yang akhirnya membuka mataku sambil menyapa dan menciumnya balik.

"Good Morning too mami cantik Beryl." Sapanya sambil duduk dipangkuanku dengan memeluk leherku dan menciumi wajahku berulang kali.

"Wahh anak mami tumben bangun pagi nih. Biasanya jam segini masih tidur di pulau bantal." Godaku padanya seraya terkekeh geli melihatnya cemberut

"Ihh mami beryl gak eleran seperti yang lain. Beryl kan seperti mami kalau tidur gak ileran dan tetap cantik."

"Berarti Beryl itu cantik dong ya, bukan ganteng."
"Ehhh.... Maksud Beryl ganteng."

"Okey.. Beryl anak mami ini yang paling ganteng dehh." Ucapku akhirnya. Kemudian aku dan Beryl pergi kekamar mandi untuk mandi bersama.

Setelah mandi aku pun menyiapkan seluruh keperluannya untuknya pergi ke sekolah.

"Mami nanti temani Beryl ya disekolah. Gak usah pergi kerja." Pinta Beryl padaku saat dia melihatku memakai pakaian kerjaku.

"Lohh kenapa sayang?. Mami kan harus kerja." Bingungku sambil menatapnya.

"Teman teman Beryl semua maminya nunggui disekolah sampai pulangan. Masa mami gak?" Harapnya yang menginginkanku untuk menemaninya disekolah.

"Kan ada oma yang nanti temani Beryl di sekolah." Bujukku sambil menciumi wajahnya.

"Tapi Beryl maunya sama mami." Kesalnya yang kemudian keluar dari kamarku dan pergi kebawah menemui keluargaku yang lain.

"Maafin mami Beryl sayang." Lirihku sambil manatap sendu kearah pintu.

Setelah itu aku segera menyusul Beryl kebawah. Ketika aku kebawah, aku terdiam sedih. Melihat anakku yang menangis dipelukan papaku sambil terus menyebut namaku.

"Beryl sayang.. Anak kesayangan mami kenapa nangis nak?." Tanyaku sambil memeluknya

"Beryl.. Hiks.. Mau mami.. Hiks.. Hiks.. Temani.. Hiks.. Disekolah." Katanya yang membuatku sedih dan menyakitkan.

"Sudah lah Nel.. Kamu turuti aja keinginan anakmu." Suruh mama padaku sambil menyiapkan sarapan kami

"Tapi kan Arnel harus kerja ma." Bantahku kerana aku tidak bisa meninggalkan rapat pentingku dikantor

"Hari ini kamu datang siang aja. Biar papa yang akan menggantikanmu di rapat pagi nanti." Bujuk papa sambil memakan sarapannya

"Tapi pa..."
"Sudahlah gak ada tapi tapian." Putus mama yang tidak ingin di debat lagi

"Baiklah terserah mama dan papa saja." Kataku yang akhirnya mengalah demi anakku Beryl.

Kemudian kami semua pun sarapan bersama diiringi dengan celotehan anakku dan anak dari kakak kakakku.

Setelah selesai sarapan aku pun mengantar dan menemani Beryl anakku disekolah.

Mi MedicinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang