Siete-Carnelian

86 7 2
                                    

Setelah pulang dari cafe, aku segera menidur siangkan Beryl. Setelah itu aku segera pergi ke kantor untuk menyelesaikan pekerjaanku.

"Maaf bu,setengah jam lagi ibu ada meeting diluar." Tegur Shinta sekretarisku mengingatkan untuk meeting padaku ketika aku baru datang kekantor.

"Sudah kamu siapkan semua bahan untuk meeting?."
"Iya sudah bu."

"Yasudah, kita berangkat sekarang." Kataku setelah itu aku berangkat ke lokasi meeting dengan team. Sesampainya disana kami segera menemui klien kami.

"Selamat siang pak."
"Selamat siang bu."
"Baiklah bisa kita mulai meetingnya?."

"Maaf bu tapi CEO kami belum datang.tapi sebentar lagi beliau akan sampai.".
"Bagaimana__"

"Maaf saya terlambat. Arnel?!." Kata seorang pria yang memotong ucapanku dan menyebut namaku dengan kagetnya.
"Lo masih hidup?"

"Arnel, i'm so sorry."
"Why you do this to me?."
"Arnel. Aku akan jelaskan padamu, tapi nanti dan gak disini."

"Okey kalian bisa mulai meetingnya. Saya pergi dulu dan keputusan saya serahkan pada sekretaris saya." Kata ku yang kemudian meninggalkan tempat itu untuk menghindari orang yang telah membuatku terluka.

"Arnel tunggu!." Katanya yang ternyata menyusulku dengan menahan tanganku.

"Gue gak percaya ini. Ternyata lo masih hidup dan ngebiarin gue_" Kataku yang terputus oleh tangis.

"Maaf sayang. Aku melakukannya untuk melindungimu. Aku juga terluka saat harus meninggalkanmu. I'm still in love with you." Jawabnya sambil memelukku dengan eratnya, seakan takut kehilanganku.

"Melindungi dari apa?."
"Ikut denganku dan aku akan menjelaskannya padamu." Katanya yang kemudian membawaku ke sebuah rumah yang aku yakin itu adalah rumahnya.

"Jadi bisa kamu jelaskan sekarang." Pintaku padanya, kemudian dia pun menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi padanya sampai dia meninggalkanku dan memalsukan kematiannya.

"Percayalah kalau aku masih mencintaimu."
"Everything has changed."
"Apa yang berubah?."

"Aku sudah memiliki anak tanpa suami." Tegasku dengan memandangnya sedih.
"Apa maksudmu?." Sentaknya terkejut dengan pernyataanku.

"Anak yang kulahirkan hampir 4 tahun yang lalu bernama Beryl , dia adalah anak yang pintar dan tampan dan aku sangat menyayanginya melebihi diriku sendiri." Jelasku sambil tersenyum bahagia membayangkan Beryl anakku.

"Bisakah aku yang jadi ayah untuknya dan suami untukmu?." Pintanya dengan tegas dan yakin.
"Galaksi?."
"Bawa aku bertemu dengannya.".

"Baiklah." Kataku yang akhirnya menyetujuinya. Setelah itu aku membawa Galaksi kerumahku untuk bertemu dengan keluarga dan anakku.

•••••

Sesampainya dirumah, banyak yang terkejut karena aku bersama dengan Galaksi yang mereka kira sudah meninggal.

"Astaga Arnel.. Galaksi kamu masih hidup?!." Kaget mama begitu melihat aku bersama Galaksi saat membukakan pintu untukku.

"Hello tante cantik. ini calon mantu paling cogannya tante." Goda Galaksi pada mamaku sambil memeluknya.

"Astaga Galaksi, tante kangen sama kamu."
"Udahan dong ma pelukannya jangan lama lama, ntar papa cemburu. Btw, Beryl dimana ma." Kataku yang kemudian mencari Beryl.

"I'm here mami." Jawab Beryl yang kemudian mendatangiku.
"Beryl kenalin ini om Galaksi." Ucapku mengenalkan Beryl dengan Galaksi.

"Hello boy."
"Hello too om."
"Beryl mau gak kalau om jadi ayahnya Beryl?."
"Galaksi?."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 06, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mi MedicinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang