07 - The Most Wanted Boy

89 2 0
                                    

Shei menguap, menandakan dirinya sudah mengantuk. Karna sekarang sudah pukul 9 malam, ia segera bangkit dari duduk nya dan merebahkan dirinya di kasur.

Shei masih memikirkan pembicaraan nya tadi bersama Erika. Tapi apa daya, kantuknya lebih besar dari egonya yang terus berontak ingin terus terjaga.

"Ish, udah lah. Kenapa gue mikirin itu terus sih, besok kan juga sekolah mending gue tidur" Cercanya yang tak mau ambil pusing. Dalam hitungan menit Shei pun sudah berkutat dengan dunia bawah alam sadarnya.

***

Pagi pun datang dan sinar matahari juga sudah memasuki celah jendela yang membuat Shei terbangun. Shei segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan bersiap siap. Setelah mandi ia memakai seragam sekolah yang sudah disiapkan oleh sang mamah. Menata rambutnya dan memakai sepatunya.

Kini, sudah dua Minggu ia masuk menjadi siswi SMA Pelita harapan. Shei pun sudah mulai terbiasa dengan aktivitas di sekolah.

"Shei!" Teriak Meysun dari lantai bawah.

"Iya mah.."

Shei pun segera mengemblok tasnya dan turun kebawah.

"Pagi mah, kak, Rev..." Sapa Shei pada semuanya kecuali sang ayah.

"Pagi" jawab ketiganya serentak.

"Loh, papah gak di sapa nih?"
Tanya papahnya sambil memakan roti nya.

"Papah tumben sarapan di rumah, gak ada klien lagi" Ucap Shei sedikit menyindir dan mengabaikan pertanyaan sang papah.

"Shei, kamu-"

"Sayang.. "Henti Meysun untuk menenangkan Fredy, karna ia tak mau nantinya terjadi keributan.

Shei pun merasa seolah olah tak peduli. Ia melanjut kan makannya dengan tenang. Sedang kan Al dan Revan hanya diam karna bingung mengatakan apa.

Mereka pun sarapan tanpa ada perbincangan yang membuat suasana menjadi canggung. Al pun membuka pembicaraan.

"Shei Kaka anter kamu ya?"

"Nggak usah kak, Shei sama pak Bian aja tuh yang tiap hari bareng! Shei"
Tolak Shei yang sengaja menekan kan kata 'bareng'.

Semuanya pun memandang Shei, terutama Fredy, ia berfikir ada yang salah dengan sikap Shei. Biasanya ia sangat periang dan selalu sopan dalam berbicara.

"Ah, udah ya Shei berangkat duluan."
Ucapnya lalu langsung pergi meninggalkan meja makan. Tapi saat baru berjalan langkahnya terhenti karna tangannya di cekal oleh seseorang.

"Kak Al anter"

"G-"

"Gak nerima penolakan"

Shei hanya pasrah. Ia sangat tau jika kakak nya sudah seperti ini, berarti Al benar benar serius dan tidak bisa dibantah.

Hanya dengan 15 menit, kini Shei sudah sampai di sekolah nya.
Tapi perjalanan nya sangat berbeda dari biasanya. Karna sedari tadi, dalam perjalanan suasana di mobil benar benar canggung. Tak ada satupun yang membuka pembicaraan.

Shei pun langsung membuka pintu mobil, ia ingin segera turun. Karna dia tidak terbiasa merasakan suasana seperti itu dengan kakaknya.

Setelah turun, mobil pun langsung melesat pergi dari hadapan Shei. Shei hanya menatap mobil milik kakaknya itu dengan lesu. Ia pun tak mengerti , mengapa harinya akhir akhir ini kacau.

Shei berjalan di koridor sekolah dengan lesu tetapi tetap memperlihat kan senyum riangnya karna beberapa siswa yang juga menyapanya.

Sesampainya di kelas ia langsung duduk dengan bersikap biasa saja. Hari ini, ia ingin mencoba menjadi periang kembali seperti hari hari biasanya.

SHEILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang