Tepat pukul 10 malam, Shei menyelesaikan tugas sekolahnya. Ia segera merebahkan dirinya di kasur dan memejamkan matanya. Saat ingin terlelap, ketukan pintu sedikit mengusik ketenangannya. Ia mengerutkan keningnya, siapa yang datang ke kamar nya malam malam begini. Karna malas untuk membuka pintu Shei hanya membuka matanya masih dengan posisi tidurnya.
"Siapa?"
"Ini Papa"
Seketika Shei langsung duduk dari tidurnya. Ia menyenderkan badannya pada senderan kasur. Ia pun berdeham untuk menetralkan suaranya dan berusaha bersikap normal.
"Masuk,"
Seorang lelaki paruh baya pun memutar knop dan membuka pintunya. Ia masih berdiri di ambang pintu sambil memperhatikan putrinya tersebut. Shei hanya mengalihkan pandangan nya kearah lain, ia masih sedikit kesal dengan sikap papanya dua Minggu belakangan ini.
Fredy pun berjalan mendekati kasur tempat Shei berada. Ia duduk dipinggiran kasur tepat di samping Shei.
"Ada apa?" Tanya Shei sedikit ketus masih tidak menatap Papanya.
"Papa mau bicara," Jawab Fredy dengan menatap Shei dengan tatapan Sendu.
Shei melirik sekilas. Sebenarnya ia tidak tega bersikap seperti itu pada papanya. Ia pun hanya mengangguk karna takut semakin melukai hati papanya jika ia menolak.
"Kamu ada masalah apa? Kamu bisa bilang sama papa"
Shei hanya diam ia masih tidak berani menatap Papanya. Fredy pun menghembuskan nafasnya berat, lalu ia tersenyum ke arah anaknya sambil mengelus kepala Shei lembut.
"Papa nggak tau kenapa sikap Shei akhir akhir ini ketus ke Papa." Ucap Fredy lembut masih dengan mengelus kepala Shei.
"Heheh.. Maafin Papa ya, orang nya nggak peka. Namanya juga cowok, mau tua mau muda pasti sikap nggak pekanya masih ada. Dan papa baru peka sekarang, kalo princess nya papa ternyata sedih karna papanya sibuk dan saking sibuknya nggak ada waktu buat dia" Lanjutnya sambil tertawa kecil entah menghibur dirinya atau pun Shei dan dengan nada yang sedikit lirih.
Shei yang mendengar nya benar benar terluka. Baru kali ini Shei mendengar lirihan papanya walau ia tau itu hanya sedikit. Apalagi dengan tatapan sendu yang terus menatap Shei, membuat Shei luluh dan benar benar tidak tega.
Shei pun menatap papanya dengan mata yang berkaca-kaca. Ya, Shei sedang menahan tangisannya. Andai Shei tidak menahannya mungkin sudah sedari tadi cairan bening yang masih didalam tempatnya itu sudah keluar deras. Shei langsung memeluk papanya erat, ia pun langsung pecah dengan tangisan yang ia tahan sedari tadi.
"Huaaaaa!!Hiks.. Papa jahat!.. hiks.. Shei udah maafin papa, tapi papa jahat!.. "Pecah sudah tangisan Shei. Ia tak peduli jika ia cengeng di depan papanya, lagi pula memang ini sifat Shei yang melekat pada dirinya dari dulu, dan semua anggota keluarga nya pun juga sudah hatam dengan sikap manja Shei. Shei sekarang benar benar menangis deras, padahal ini hanyalah hal kecil.
Fredy pun hanya tersenyum simpul. Ia senang jika anaknya sudah bersikap seperti biasanya. Ia masih mengelus rambut coklat panjang milik anaknya itu dengan lembut.
"Sshhtt.. udah udah.. sekarang kamu tidur ya, udah malem. Maafin papa, karna papa terlalu sibuk dengan kerjaan papa"
Shei pun merenggangkan pelukannya. Ia hanya mengangguk bak anak kecil masih dengan sesenggukan. Fredy yang melihatnya lagi lagi tersenyum simpul dan segera menghapus air mata Shei.
Shei segera menidurkan dirinya. Lalu Fredy menarik selimut dan menyelimuti Shei. Setelah selesai Fredy pun bangkit dari duduknya. Ia mencium kening putri satu-satunya itu dengan penuh kasih sayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHEILA
Random"Lo tuh terlalu ceroboh buat suka sama gue, apalagi dengan sikap childish lo"~Arion Delvino Aksa "Heh! Bodo amat. Walaupun lo mau bilang apa aja, gue nggak peduli!. Dan kalo lo sedingin apapun sama gue, gue bakalan tetep berusaha. Pokonya Jangan pe...