Prolog

5.1K 385 59
                                    

"Dek?"


Lelaki itu berbalik dan tersenyum ketika mendapati sang kakak sudah pulang. Kedua tangannya ia rentangkan, bermaksud untuk memeluk lelaki itu. Pasangan kakak dan adik itu saling berpelukan untuk melepas rindu. Padahal baru satu malam mereka terpisah dan rasanya sudah serindu ini. Maklum saja, sejak kecil mereka memang tidak pernah terpisah.


"Kakak gak apa-apa kan?" Pertanyaan yang selalu sang adik lontarkan setiap sang kakak tiba di rumah.

"Aman kok. Nih lihat, gak ada yang lecet kan."

Seongwoo, memperhatikan tubuh Kai saat kakaknya itu memutar tubuhnya. Benar, tidak ada lecet sama sekali, "Syukur deh kak..."

"Kemana tuh bocah bertiga? Kok kamu sendirian aja?"

"Ada di dapur kak. Katanya pengen masak. Gak tahu bener apa gak."

Kai melepas jaket kulit yang ia kenakan lalu meletakkannya di atas sofa, "Kakak mau ke dapur. Mau ngecek mereka."

"Aku ikut kak."


Seongwoo mematikan televisi yang sedari tadi ia tonton lalu mengekori Kai menuju dapur. Ia sedikit terbatuk saat hendak melewati pintu dapur. Keningnya berkerut saat mendapati dapur rumahnya dipenuhi oleh asap- ah bukan. Partikel-partikel kecil itu terlihat seperti... tepung?

Sontak ia pun langsung menoleh pada sang kakak yang sudah memijat pangkal hidungnya. Kai mengembuskan napas dengan kasar lalu melangkah masuk. 2 lelaki yang sedang berperang dengan itupun langsung diam mematung saat melihat kedatangan Kai dan Seongwoo. Sedang seorang lelaki lainnya hanya duduk anteng seraya memperhatikan kedua temannya.


"Eh kak Kai. U-udah pulang kak?"

"Pagi kak hehe..."

"Jin, Jae, sini deketan." Woojin dan Sungjae saling menyikut, seakan saling menyalahkan. "Buru sini."


Mau tak mau keduanya mendekat ke arah Kai. Kai tersenyum melihat pakaian dan tubuh keduanya yang diliputi dengan tepung. Kedua tangannya terangkat lalu menjewer telinga sahabat adiknya itu. Sudah pasti mereka mengerang kesakitan. Tapi baik Seongwoo maupun Daniel -lelaki yang sedang duduk itu- tidak ada yang berniat untuk membela Woojin dan Sungjae.


"Udah berapa kali gue bilang jangan hancurin rumah gue. Nih telinga dipake buat apaan hah? Denger desahan bokep?"

"Akh! Iya-iya maaf kak. Ini semua tuh gara-gara si Woojin."


Lelaki bergigi gingsul itu langsung menoleh ke arah Sungjae. Apa katanya? Semua ini karena ulahnya? Enak saja. Bukannya tadi dia yang lebih dulu merecokinya saat sedang memasak? Jadi jangan salahkan Woojin jika membalas perbuatan Sungjae dengan cara melemparinya tepung.


"Enteng banget mulut lo. Eh kadal oasis! Gue gak bakal nyerang kalau lo gak ngerecokin gue duluan!" Balasnya, tak mau kalah.

"Tuh denger sendiri kan kak? Dia udah ngaku tuh."

"Bener-bener ya lo Jae."

"Woo, tolongin kita dong."


Seongwoo mengangkat kedua tangannya sembari menggeleng cepat, pertanda bahwa ia tidak ingin terlibat dalam kekacauan itu. Sembari tertawa kecil, ia berjalan mendekati Daniel lalu duduk di sampingnya. Daniel yang melihat kedatangannya langsung menyodorkan sebuah piring yang berisi makanan ringan yang tadi ia buat.


"Waffle?"

"Tadi gue sempet buat. Sebelum Woojin sama Sungjae ngancurin dapur kakak lo." Ucapnya sembari tertawa. "Cobain gih."


Best Friend or Boyfriend - Ongniel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang