6. Sebuah Lagu

1K 158 13
                                    

Pukul 9 lewat 15 menit, Seongwoo tiba di rumahnya. Setelah meletakkan sepatu di rak, ia langsung berjalan menuju kamar dengan senyum yang tak pernah luntur. Ia bahkan tak menyapa Kai yang berdiri di samping tangga. Ia ingin cepat-cepat menghubungi Daniel dan menceritakan apa yang baru saja terjadi.

Tanpa mengganti pakaiannya, ia langsung meraih ponsel dari dalam tas dan segera menghubungi nomor Daniel.


“Nieeeel!” Pekik Seongwoo yang tak bisa menahan rasa bahagianya.

Terdengar Daniel tertawa kecil di seberang sana, “Kenapa Woo? Seneng banget kayaknya sampe nelpon malem-malem gini.”

“Hehe malem ini aku lagi seneeeeng banget. Makanya aku langsung nelpon kamu.”

Segitu senengnya ya sampe ngomongnya semangat banget?

“Hehe suara ku kegedean ya?”

Daniel kembali tertawa, membayangkan betapa lucunya ekspresi Seongwoo saat ini. “Gak kok. Ada apa emangnya sampai lo kesenangan gitu?

“Aku sama kak Chanyeol baru aja pacaran hehe.”


Bak petir di siang bolong. Daniel benar-benar terkejut mendengar apa yang baru saja Seongwoo ucapkan. Ia tak tahu harus bereaksi seperti apa. Sekadar untuk menjawab saja Daniel tidak bisa. Pikirannya kosong dan lidahnya kelu. Seongwoo… benar-benar sudah menjadi milik orang lain.

Seharusnya Daniel tidak merasa sesakit ini. Toh dari awal ia tak terlalu memaksakan kehendak untuk memiliki Seongwoo sebagai seorang kekasih. Cukup menjadi sahabat yang selalu bisa berdekatan dengan lelaki itu.

Tapi mengapa sekarang ini Daniel merasa kecewa? Bukan kepada Seongwoo, tetapi kepada dirinya sendiri. Kecewa karena baru menyadari bahwa selama ini ia juga menginginkan Seongwoo sebagai seorang kekasih. Kecewa karena selama ini ia tidak berusaha dan hanya berdiam diri di tempatnya seperti seorang yang bodoh.


“Halo Niel? Kok diem aja? Kamu udah ngantuk ya?” Ucap Seongwoo karena Daniel tak kunjung bersuara.

G-gak kok Woo. Congrats ya. Gue gak nyangka, lo udah gede sekarang. Udah bisa pacaran bahkan sama kakak kelas.” Daniel mengakhiri ucapannya dengan tawa yang terdengar dipaksakan.

“Hehe makasih ya… Besok aku bakal ceritain ini ke Woojin sama Sungjae juga.”

Telponnya gue tutup ya Woo. Ada urusan mendadak soalnya.

“Oh oke. Dadah Niel.”


Daniel langsung memutuskan panggilan itu. Ia menghempaskan ponselnya ke tempat tidur lalu mengacak-acak rambutnya. Daniel tidak tahu apakah ia harus marah pada dirinya sendiri atau tidak. Ia benar-benar bingung akan dirinya sendiri.

Dulu ia mengatakan bahwa tidak masalah jika tetap menjadi sahabat Seongwoo. Namun setelah mengetahui Seongwoo dan Chanyeol telah resmi berpacaran, ia malah merasa kecewa dan tidak terima.


Lo bego banget Dan!’ Umpatnya dalam hati.








Pagi ini, ada yang sedikit berbeda dengan Daniel. Biasanya lelaki itu akan bersenda gurau dengan anak-anak Bifend. Bahkan sering kali mereka menertawakan sesuatu yang tidak lucu bagi sebagian orang. Tapi sekarang, entah kemana perginya semangat itu. Daniel terlihat tidak bersemangat dan hanya berdiam diri di tempat duduknya.

Saat jam istirahat tiba, Daniel menolak ajakan Sungjae dan Woojin untuk makan bersama di kantin. Ia belum siap untuk melihat adegan mesra antara Seongwoo dan Chanyeol. Ya, tadi Chanyeol menghampiri Seongwoo dan mengajaknya makan bersama. Awalnya Seongwoo menolak karena tidak enak dengan ketiga temannya, tetapi Daniel mengatakan bahwa hal itu tidak akan menjadi masalah untuk mereka.

Best Friend or Boyfriend - Ongniel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang