Enam Belas

316K 14.3K 505
                                    

Selamat membaca, semoga suka❤

Jangan lupa tinggalkan jejak 😉

"Gi." Gigi menggeliat, dia mulai terganggu dengan sentuhan-sentuhan di wajah. "Gigi."

Mengerutkan kening, Gigi mengubah posisi tidurnya. "Gigi bangun, sudah pagi."

Bisikan di samping telinga membuat Gigi berjengit. Dia membuka mata, dan melotot melihat Haga ada di atasnya.

"Pak," kata Gigi langsung mendorong wajah Haga menjauh ke belakang. Dia bangkit dan cepat-cepat melepaskan wajah Haga saat di lihatnya lelaki itu memberi tatapan tajam. "Maaf, Pak. Saya terkejut."

Haga mendengkus, dia ikut duduk di samping Gigi. Menopang dagu, menatap gadis di hadapan.

"Kenapa Bapak ada di sini?" tanya Gigi. Karena dia ingat betul, semalam setelah mereka pulang dari acara jalan-jalan mendadak yang membuat tensi darahnya naik. Gigi sudah mengunci pintu kamarnya dan Haga juga sudah memasuki kamar lelaki tersebut.

Akan tetapi, kenapa sekarang Haga ada di sini? Di atas ranjang bersama dirinya.

"Membangunkanmu." Haga tidak merubah posisi, dia masih menatap Gigi. Lalu lelaki itu tersenyum, saat melihat Gigi meremas-remas tangannya gugup. "Kamu tidak lupa kan, jika Ibu saya dan Hara mengajakmu pergi."

Gigi mengangguk. "Terima kasih sudah membangunkan saya." Gigi menunduk, dia menggigiti bibir gelisah. "Bisakah Bapak keluar, saya harus mandi."

Menggeleng, Haga kembali membanting diri ke ranjang. Dia berbaring dengan berbantal kan tangan, menatap Gigi dengan senyum senang.

"Pak," kata Gigi mengerutkan kening melihat tingkah Haga.

"Kamu bisa membawa pakaianmu ke kamar mandi," kata Haga memejamkan mata. "Saya ingin tidur."

Gigi melongo, dia tidak mengerti sama sekali dengan tingkah ajaib Haga. "Bapak kan punya kamar sendiri."

Tidak ada jawaban, Gigi mendengkus keras-keras. Sengaja biar Haga tahu jika dia sedang kesal. Akan tetapi tidak ada perubahan apa pun, lelaki itu masih memejamkan mata, pura-pura tidur.

"Cepatlah sebelum Mam atau Hara memanggilmu."

Gigi menggerutu, dengan kesal dia turun dari ranjang. Ingin sekali rasanya Gigi menggulingkan Haga dari pembaringannya. Namun, ditahan dia memilih melangkah ke lemari, mengambil pakaian miliknya dan masuk ke kamar mandi.

Kurang lebih sepuluh menit dan dia sudah keluar dari kamar mandi. Gigi tidak nyaman berlama-lama. Apalagi ada Haga di kamarnya.

"Kamu tidak mandi ya? Kenapa cepat sekali."

Gigi meremas handuk di tangan sembari menatap Haga tajam, tapi yang ditatap malah asyik memainkan ponsel. Mengembuskan napas panjang, Gigi menjemur handuk dan menyiapkan diri di depan kaca
Dia tidak mau peduli dengan apa yang dilakukan Haga di sana.

"Sudah selesai, ayo pergi," ajak Haga berdiri di samping Gigi. Dia menyentuh kursi yang di duduki Gigi, menatap bayangannya dari kaca.

"Bukannya Bapak ingin tidur?"

"Tidak lagi." Haga menyentuh sejumput rambut Gigi, dia menimang, menghirup aromanya, mengangguk puas dan kembali melepaskan. "Dan Gigi, berapa kali harus saya katakan, berhenti panggil saya Bapak. Karena di sini saya bukan Bos kamu apalagi Bapak kamu."

Gigi mengangguk patuh, dia masih kesulitan bernapas menyaksikan aksi Haga tadi.

"Bagus, saya harap kamu tidak lupa." Haga mengulurkan tangan. "Ayo kita pergi."

Haga & Gigi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang