Delapan Belas

251K 13.4K 668
                                    

Haga benar-benar melakukannya. Dia menempelkan bibirnya ke bibir Gigi, menyesap pelan dan menarik teman dansanya semakin merapat. Melihat tak ada penolakan dari Gigi, Haga mulai bergerak. Dia melumat bibir gadis itu semakin dalam.

Tersenyum, Haga melepaskan pagutannya. Dia mengusap bibir Gigi, sebelum kembali melabuhkan ciuman di sana.

"Tidak buruk bukan?" kata Haga setelah benar-benar melepaskan ciuman mereka.

Gigi tidak menjawab, dia menundukkan kepala dan membiarkan Haga menarik kepalanya dalam pelukan lelaki itu. Mereka kembali bergerak, mengikuti music yang di main kan.

Selesai acara dansa, Haga membawa Gigi ke sudut lain. Ke tempat ibu dan ayahnya berkumpul. Ada Hara juga di sana sedang mengobrol dengan Hana.

"Kalian keren sekali tadi," kata Hara begitu Gigi berdiri di sampingnya. "Berkat kamu Mam mendapat banyak keuntungan." Gigi tersenyum, dia tahu apa maksud Hara.

Untuk beberapa menit mereka terus mengobrol, membahas banyak hal. Sudah pukul sembilan malam saat Gigi menyentuh perutnya. Dia mulai merasa lapar.

Mengedarkan pandangan, Gigi izin pada Hara. Dia akan mencari makan sendiri, sedangkan Haga entah menghilang ke mana.

"Kurasa yang itu bukan pilihan bagus."

Suara dari samping membuat Gigi menoleh, dia tersenyum melihat Rion.

"Ke mana Haga?"

Gigi mengangkat bahu. "Aku tidak tahu, tadi dia izin sebentar, tapi sampai sekarang belum kembali juga."

Rion mengangguk. "Cobalah ini." Rion meletakan sesuatu di piring saji Gigi, dia tersenyum meyakinkan.

"Terima kasih. Ini enak," kata Gigi setelah melahap cake yang diletakan Rion.

"Yang ini juga." Lagi-lagi Rion meletakan makanan penutup ke piringnya. Gigi tersenyum, dia mengucapkan banyak terima kasih. "Santai saja." Rion menatap Gigi dengan senyum memikat. "Boleh aku minta nomormu."

Gerakan Gigi terhenti, dia menatap Rion dengan kening berkerut. "A-"

"Halo sayang, ternyata kamu di sini. Aku sudah berkeliling dan menghabiskan waktu berjam-jam untuk mencarimu."

Gigi menoleh, dia melotot melihat Haga merangkul dan mencium sudut bibirnya.

"Kenapa tidak menungguku, hem?"

Gigi meringis, dia meletakan piring ke atas meja. Takut benda itu terjatuh karena tangannya yang bergetar. "Aku hanya bosan di sana," kata Gigi tersenyum.

Memberi kecupan di pipi Gigi, Haga kembali menatap ke depan. "Kau datang sendiri?" Dia tersenyum pada Rion yang memasang wajah masam.

"Bersama Hana. Aku akan mencarinya ke sana." Rion juga meletakan piringnya ke atas meja.

"Apa ada yang mengganggumu selama aku pergi?" Gigi menggeleng. "Syukurlah aku takut sekali kamu di culik moster jelek yang berpura-pura menjadi pangeran yang jelek juga." Haga terkekeh, dia merangkul Gigi semakin merapat.

"Karena kalau itu terjadi aku tidak akan segan memberi pelajaran pada orang itu." Haga mengatakannya sambil lalu, dia memainkan rambut Gigi dan tersenyum saat Rion mendengkus dan berlalu dari hadapan mereka. "Apa yang diinginkannya?"

"Apa?" Gigi mengerutkan kening, dia mengangkat tangan Haga dan menyingkirkan dari bahunya.

"Orion, apa yang dia inginkan?"

"Nomor pribadiku," kata Gigi. "Kenapa?"

"Kamu memberinya?"

Menggeleng, Gigi berkata, "Tidak belum sempat. Kamu keburu datang."

Haga & Gigi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang