Mikael Gila

1.7K 86 3
                                    

Sumpah demi apapun, Tsabiya benar-benar penasaran siapa Mikael sebenarnya. Karena informasi dari Fatima, sang sahabat yang pernah mengatakan sesuatu padanya di hari duka ayahnya. Tsabiya menemui Pak Aryo. Siapa tau, laki-laki itu tau karena selalu ikut pengajian bersama ayahnya semasa hidup.

Semangat 45 ketika berangkat dari rumah ke masjid malah pulang dengan langkah gontai tanpa membawa pulang informasi apa-apa. Pak Aryo bilang tidak tahu menahu. Mikael datang ke desa itu dan bertemu Ardaad lantas jadi teman. Itu saja informasinya. Tapi apa mungkin, pertemanan yang terkesan begitu tertutup itu hanya sesederhana itu awal mulanya? Tsabiya tidak percaya. Tidak mungkin ayahnya menyembunyikan sesuatu tanpa alasan.

Semua orang yang ditanyai di masjid juga tidak mengatakan apa-apa. Kebanyakan dari mereka hanya tau Mikael orang kaya kota yang mau berbaur dengan penduduk desa mereka. Sangat menyenangkan, ketika orang kelas menengah dan bawah bisa duduk sepantaran bahu dengan Mikael yang katanya memiliki harta berlimpah. Pemimpin sebuah perusahaan seperti yang tertera di kartu namanya.

"Lagian ngapain aku mikirin dia, nggak usah jawab dan kabarin juga nanti dia ngira aku nggak mau. Urusannya selesai."

Tsabiya menarik selimutnya sampai dada, lalu memejam mata ingin tidur. Tapi tiba-tiba, bunyi berisik dari belakang rumahnya membuatnya terbangun. Ia curiga. Suara apa itu?

Langkahnya ia pelankan, sesaat ketakutan menyergapnya. Tsabiya takut karena ia sendiri.

Tsabiya menuju dapurnya, lalu menghidupkan lampu agar terang.

"Siapa kamu?" Tsabiya panik dan terkejut melibat seorang laki-laki bertopeng melompat dari jendela ke dalam rumahnya.

"Sttttttt," Laki-laki itu mengisyaratkan diam.

Tsabiya mundur karena laki-laki itu ke arahnya.

"Jangan bergerak atau aku perkosa kamu."

"Kamu siapa?"

"Diam dan jangan menahanku. Di mana harta benda kamu?" Tangannya dicekal. Laki-laki yang bukan muhrimnya malah menyentunya.

"Nggak-nggak-nggak ada apa-apa di rumah ini. Jangan rampok rumah saya."

"Tunjukkan di mana kamu menyimpan harta berharga kamu?"

"Tidak ada, saya tidak punya apa-apa."

"Bohong!" Tsabiya jatuh terjembab karena didorong begitu kuat.

"Kamu sia----hmmmphhh." Tangan Tsabiya diikat dan mulutnya dilakban.

"Hmmpphhhh." Tsabiya tidak bisa berkutik ketika pencuri itu menggeledah rumahnya. Berkelana ke seluruh kamar yang ada. Tsabiya khawatir, perhiasan peninggalan ibunya akan ditemukan maling itu.

"Hmmmphh." Tsabiya berusaha menahan pencuri yang membawa keluar sesuatu dari kamar ayahnya tapi pencuri itu tidak menggubris, pencuri itu segera keluar tanpa bisa ditahan.

"Hmphhh."

"Ada maling, ada maling! Tolong!"
Suara teriakan itu terdengar dari luar rumah. Tsabiya mencoba melepaskankan diri namun tetap tidak bisa.

"Tolong! Maling! Maling!"

"Maling! Maling!" Seketika riuh teriakan terdengar disekitar rumah Tsabiya. Orang-orang mengejar maling yang diteriaki Fatima tengah malam.

"Tsa?" Panggilan itu tidak bisa dijawab Tsabiya. Bahkan gedoran pintu tidak bisa di jawab Faradisya.

"Pak tolong saya cari Tsabiya! Jangan jangan dia diapa-apain sama maling tadi!" Warga beramai-ramai mendatangi rumah tsabiya.

"Tsa? Kamu di dalam? Buka pintunya!"

"Tsa!" Semua jendela sudah digedor Fatima dan warga namun tak ada jawaban. Perempuan itu mengitari rumah sampai pintu belakang.

TsabiyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang