8|Jodoh Mungkin

15 2 0
                                    

Selamat membaca wahai manusia;b
Semoga suka!

______________

"Kenapa lo?! Natap gue kayak gitu?" Chelsi berjalan melewati gerbang sekolah. Ia menatap balik Erga yang sedang menatapnya juga. "Gak seneng kalo gue datang pagi?!"

"Otak lo lagi bener ya hari ini?" Erga tersenyum. Melihat Chelsi yang datang sekolah lebih awal.

"Enak aja! Otak gue udah bener dari dulu." Chelsi masih kesal dengan Erga sejak kemarin Erga datang ke toko bunganya tante Erika.

Hari ini Chelsi bangun pagi karena terpaksa. Tadi pagi tante Erika udah ribut bangunin orang, padahal masih subuh. Eh, ternyata Chelsi disuruh bantuin bikin kue pesenan orang yang harus jadi hari ini.

"Kenapa lo masih natap gue?!" Chelsi melotot. "Heran gue, datang telat-datang pagi, masih aja di ketemuin lo!"

"Jodoh mungkin!"

Chelsi dan Erga kompak menoleh ke arah suara orang yang baru saja ikut menyahut.

Bara meringis, ditatap kedua orang di depannya ini. Yang satu kayak singa yang siap menerkam mangsanya, yang satunya lagi kayak balon yang mau meletus.

"Amit-amit jabang bayi." Chelsi mengusap-usap perutnya yang rata.

"Astaghfirullah." ujar Erga membalas sahutan Bara.

Bara tergelak, melihat kelakuan dua orang absurd didepannya ini. "Biasa aja kali. Gue cuma bercanda."

Chelsi mendengus. "Nggak lucu kali!" ingin rasanya ia pergi dari sini, ia malas bertatap muka dengan Erga. "Oh ya, kalo sekali lagi gue ketemu lo, lo harus beliin gue batagor pak Ratno!" ucap Chelsi pada Erga.

Erga mengernyit. Enggak tahu arah pembicaraan Chelsi.

Chelsi mendengus, Erga masih belum paham dengan ucapannya. "Kalo kita dipertemukan lagi. Lo harus janji ke gue buat beliin batagor pak Ratno!"

"Enak aja! Emang gue mau dipertemukan sama lo! Enggak kali. HA HA. Dasar manusia kepedean!" ujar Erga.

"Nggak! Pokoknya gue anggap lo setuju! Nggak! Gue bukan manusia yang kepedean. Fakta kali! Lo itu selalu ada di tempat mana pun. Atau jangan-jangan lo ngikutin gue ya?! Hih, dasar stalker! Kalo suka ngomong dong!" ucap Chelsi tak mau kalah.

Erga melotot. "Maksa banget. Lo juga yang ada di mana-mana, nggak ada di toko bunga, nggak ada di sekolah, selalu muncul terus. Enak aja! Gue gak edan kali, buat nyetalkerin lo!"

Bara merasa dirinya seperti orang tolol, menyaksikan kedua orang yang tidak mau mengalah, saling salah-menyalahkan. Ia semakin mencak-mencak kedua orang di depannya yang nggak berhenti-berhenti adu mulut. "Udah dong, udah!" ia berusaha menengahi. Tetapi seakan dia di abaikan, taukan rasanya diabaikan?!

"Nggak usah bohong! Gue tahu, mulut sama hati lo beda pendapat kan?!" ujar Chelsi.

Erga melotot. "Tahu apa lo tentang mulut sama hati gue?!"

"Cowok emang begitu! Gue tahu cowok nggak mau ngalah sama ego kan?!" Chelsi tersenyum miring, melihat Erga bungkam.

"WOI KAPAN KALIAN BERHENTI SALING SALAH-MENYALAHKAN?! UDAH TOH UDAH!" Bara akhirnya menyuarakan suaranya yang sejak tadi tertahan, ia menatap Chelsi dan Erga bergantian, lalu menatap Erga lagi. "Lo Ga! Jaga image lo! Lo itu ketua osis." ia beralih menatap Chelsi. "Lo Chel! Satu hari aja nggak berulah bisa nggak?!"

Chelsi dan Erga akhirnya menatap Bara.

Bara menghembuskan napas lelah. "Udah ya! Jangan adu bacot terus. Lelah gue nonton kalian gitu. Gue cabut dulu." Bara langsung ngacir pergi.

Chelsi dan Erga saling tatap, nggak ngerti apa yang dilakuin Bara barusan.

_______


"Bangsat! Jadi, lo yang suka nyoretin bangku gue selama ini?!" Chelsi naik pitam ketika melihat seseorang sedang mencoreti bangkunya.

Chelsi menatap ketiga cewek di depannya ini. Thea, Rena dan Salma-cewek satu geng yang membenci Chelsi setengah mati.

"Apalo?! Nggak terima?! HA?!" bentak Thea pada Chelsi.

Chelsi melotot. "Edan lo ya?! Ya jelas lah, gue gak suka!"

"Makannya kalo nggak mau di giniin, nggak usah cari muka lagi!" Thea menatap remeh kearah Chelsi.

"Lo kali, yang suka cari muka! HA HA! Lo takut kalah saing sama gue?!" Chelsi menyeringai.

Thea melotot lagi. Kehilangan kesabaran, ia menjambak rambut Chelsi. "CABE LO!"

Chelsi berusaha melepaskan tangan Thea yang menjambak rambutnya.

Dua teman Thea ikut berusaha melepaskan. "Udah The!"

"LO JUGA CABE!" Ujar Chelsi masih berusaha melepaskan tangan Thea dari rambutnya.

Setelah tangan Thea lepas. Chelsi segera menjaga jarak.

"Lo cemburu, gue sama Gheo kan?!" Chelsi menyeringai lagi. "Gheo nggak level kali sama lo! HA HA!"

Thea melotot. "Gheo cinta sama gue! Lo juga nggak sederajat sama Gheo! Ngaca! Dasar cabe!"

Chelsi mendengus. "Bullshit! Gheo nggak mungkin cinta sama cabe yang kayak mak lampir!" ia menarik napas. "Derajat mah bisa belakangan! Dasar cabe otak cetek!"

Kelas Chelsi masih kosong, karena masih terlalu pagi. Tapi ada satu-dua orang yang tak sengaja lewat malah berhenti berjalan dan menyaksikan pertunjukan panas pagi ini. Jarang-jarang ada perkelahian antar cabe. Cabe singa dengan cabe mak lampir.

Thea melotot. "Bangsat lo Chelsi!" ia beralih menatap kedua temannya yang sedang menahan lengannya, agar tidak menyerang Chelsi secara tiba-tiba. "Lo juga! Katanya mau bantuin?!"

"Udah The, udah! Nanti pak Indra lihat." Salma berusaha menenangkan Thea.

Thea emang suka gitu. Cari ribut kalo ada yang deketin pacarnya atau gebetannya. Sering berulah juga. Sebelas-duabelas sama Chelsi, tetapi mereka tidak pernah akur, walau punya sifat yang sama.

Thea juga pernah pacaran sama Gheo, kalian tahulah Gheo playboy kelas kakap, gombal sana-gombal sini. Nggak ada yang di seriusin.

"Heh Thea! Mending lo nggak usah deket-deket lagi sama Gheo, kalo nggak pengen sakit hati." ujar Chelsi prihatin pada Thea yang baper setengah mati pada Gheo.

"Halah bacot! Nggak usah banyak saran deh lo! Gue nggak butuh saran lo juga!" Thea mendengus kesal.

"Siapa tahu, saran gue bakal lo dengerin!" Chelsi tersenyum meremehkan Thea. "Udah sana pergi! Jangan ke kelas gue lagi! Kelas gue jadi nggak suci! Dan jangan nyoretin bangku gue lagi!"

Thea kemudian pergi tanpa sepatah katapun, ia masih menahan geram, karena Chelsi jago memojokkannya dengan kata-kata.

Siapa lagi jika bukan Chelsi. Chelsi pakarnya pakar adu bacot. Percaya deh! Kalo kalian adu bacot ngejak Chelsi harus menyiapkan kata-kata yang tidak bisa disudutkan.

"Dasar anak jaman sekarang! Bucin semua! Heran gue." Chelsi mengusap wajahnya frustasi. Nggak enak ya hidup di jaman perbucinan.

_________

An:

Update gengs;)
Masih ada yang mau nunggu Erga-lak ngga?
Jangan lupa semangatin doi, kalo ngga berani, semangatin aku aja;b

Ada salam buat Erga? Chelsi? Gheo? Nanti aku salamin kok;)

Seeya!

Stairs The HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang