Euforia

79 22 2
                                    

Untuk ketiga kalinya aku menjatuhkan hati pada seseorang yang sama. Tidak ada kata sia-sia untuk setia. Jika tidak karena kesetiaan, detik ini juga sosok Bintang tidak akan menjadi pendamping hidupku.

Sejauh apa aku telah menggantungkan harapan? Selama apa aku berusaha melupakan namun tidak bisa? Kalian tahu itu bukanlah perjalanan yang sederhana, namun perjalanan panjang yang melelahkan. Hingga akhirnya kini aku tiba dititik paling akhir, bersamamu.

Dalam tidur panjangku, tidak ada yang namanya mimpi indah. Sebuah kecelakaan menewaskan Bintang. Tubuh yang berlumuran darah itu amat menakutkan bagiku. Dengan suara yang tak jelas didengar, dia mengatakan mencintai seseorang. Bukan aku.

Mimpi berikutnya, Bintang akan segera melangsungkan pesta pernikahan dengan seorang gadis yang tak pernah muncul dalam mimpiku. Bagaimana akhir dari adanya kedua mempelai itu aku tidak mengerti. Jadi tidaknya mereka menikah tidak ada dalam mimpi itu. Saat gegar otak, mungkin hal inilah yang menjadi sebab kenapa seringkali aku melontarkan pertanyaan, Apakah Bintang jadi menikah? Aku dihantui rasa penasaran yang mendalam.

Tidak ada yang aku ingat selain nama Bintang. Siapa pemilik nama itupun aku tidak mengetahuinya.

Setelah cukup lama tak ingat apa-apa, hari ini Tuhan berbaik hati padaku. Tepat dihari pernikahanku dengan Bintang. Awalnya aku pikir, aku benar-benar tidak akan pernah mengetahui siapa Bintang dalam mimpiku itu, nyatanya keliru. Bintang dalam mimpi adalah orang yang sama dengan Bintang yang akan menikahiku hari ini.

Jatuh hatiku ternyata tetap pada orang yang sama yaitu pemilik langit malam, Bintang.
Siapa yang menduga hari ini akan terjadi? Segala ingatan itu kembali menyapa saat aku duduk tepat disebelah Bintang. Dengan setelan jas berwarna hitam lelaki disebelahku ini sangat tampan. Rambut yang setiap harinya berantakan, hari ini rapi sekali.

Tanpa ada yang mengetahui, satu persatu ku amati dan ku kenali. Ada Ayah yang duduk didahapan Bintang, seorang penghulu duduk dihadapanku. Kak Vina cantik dengan terusan yang dia kenakan. Frisilia dengan anggunnya duduk disebelah Frey yang tak kalah manis. Aku melihat Niki, juga Kiki yang asik dengan obrolan mereka. Ibu Bintang memberikan senyuman menawan padaku. Banyak kerabat kerjaku yang datang hari ini. Sudah berapa bulan aku tidak mengenali mereka, dan menganggap mereka sebagai orang-orang baru? Aku benar-benar rindu.

Tanah lapang yang biasanya gelap, malam ini berubah menjadi tempat yang begitu menakjubkan. Negeri dongeng mendadak terlihat didepan mata.
Hening seketika.

"Surya Bintang Tama, aku nikahkan engkau dengan anak kandungku yang bernama Viona Atmaja binti Atmadiharja dengan mas kawin 24,12 gram emas di bayar tunai." ucap Ayah dengan tegas dan seketika dijawab oleh Bintang,

"Saya terima nikahnya Viona Atmaja putri sulung bapak dengan mas kawin 24,12 gram dibayar tunai."

Kedua suara itu menggema dari sudut-sudut tanah lapang. Angin yang berhembus membuat merinding sekujur tubuh. Dari pelupuknya setetes air mata berhasil membasahi pipi.

Aku berharap ini bukan mimpi, meskipun iya, aku berdoa agar tidak terbangun. Hari ini sangat indah, segala kebahagiaan tumpah ruah di tanah lapang. Dibawah langit malam yang sedang cantik-cantiknya, disaksikan oleh banyak pasang mata, Bintang mencium puncak kepalaku. Ini adalah kali pertama.

"Bintang." ucapku lirih. Mata itu menatapku dalam jarak yang tak pernah terbayangkan.
Lelaki dengan alis tebal ini justru tersenyum tanpa membalas ucapanku.

Cerita Tentang Langit Malam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang