'Tak perlu berusaha keras memahami pikiran manusia. Itu terlalu rumit. Maka, jangan pula mencoba memahamiku.'
Sebuah kanvas dan seorang wanita sedang disirami cahaya bulan. Cuaca yang bagus membuatnya begitu santai beraktivitas didepan teras rumah dibawah langit yang baru menggelap. Ia menengadah sesekali disertai tangan yang menari – nari di atas kanvas.
"Oke," ucapnya puas.
Matanya menilik hasil karyanya sendiri. Lukisan pria berbalut setelan jas yang berdiri menatap langit malam. Ah, mungkin kalimat itu bisa menjadi penyempurna, pikirnya. Ia pun menuliskan kalimat terakhir di sudut kanan atasnya. 'Don't trust me!'
"Jangan percaya padanya? Dengan segala hal yang sudah ia lakukan untukku?" gumamnya setelah menyelesaikan lukisannya.
Sementara itu sepasang mata memperhatikan sang gadis dari balik jendela. Banyak hal yang tersangkut dalam pikirannya. Min Yoongi sesungguhnya ingin menyampaikan sesuatu pada Jang Mi. Sayangnya ia harus segera ke Seoul untuk mengurus pembelian saham.
Benar, selama ini dirinya memutuskan untuk turun tangan sesuai dengan caranya sendiri. Lelaki itu sengaja membawa Jang Mi pada beberapa pertemuan dengan koleganya yang memiliki saham di perusahaan Jang Mi. Negosiasinya membuahkan hasil yang mana para investor tersebut akhirnya menyerahkan sahamnya pada Yoongi untuk kemudian dialihkan atas nama istrinya. Itulah sebabnya ia melibatkan gadis itu. Terlebih hal itu berguna supaya mereka mengenal siapa pemilik perusahaan asli.
Seharusnya hal ini disampaikannya sepulang dari perayaan panen. Namun dirinya yang cemas akan ulah sang asisten yang hampir membeberkan gynophobia-nya, membuat mulutnya berkata lain.
"Jangan percaya padaku yang bahkan tidak mampu membedakan benci dan cinta," dikenangnya kalimat konyol yang terucap kemarin.
"Ssh, nampaknya aku harus segera menemui dokter Jung," ujarnya sebelum berlalu meninggalkan rumah.
...
"BODOH! Kau masih belum menemukan si jalang?!"
Wanita dengan gaun merah dan riasan mencolok itu melemparkan guci berukuran besar. Menimbulkan suara yang lebih memekakan telinga dari teriakannya barusan.
"Ahn Young Jae! Kau dan anakmu sama saja sialannya!"
Makiannya menggema keseluruh ruangan. Sementara pria dibelakangnya menundukkan kepala ketakutan. Terlebih lagi sang wanita sudah membalikkan badan kearahnya dengan raut murka.
"Tidak becus!"
Pria tersebut menjawab, "maafkan saya, nyonya besar."
Wanita yang dipanggil nyonya besar itu melangkah mendekati sang pria dan berujar, "cari ketempat terakhir!" Kemudian melemparkan sebuah dokumen ke wajah pria itu.
"Apapun caranya tangkap dia hidup – hidup! Aku tak peduli jika tulangnya remuk atau babak belur. BAWA DIA KEHADAPANKU!" perintahnya untuk terakhir kali sebelum berlalu meninggalkan ruangan yang kacau itu.
...
"Hyung, kau belum membuat janji dengan psikiatermu?"
Pria diseberang telepon terdengar sedikit merajuk mengingat orang ini sudah terlalu keras kepala. "Belum," balasnya.
"Jungkook, kuperngatkan jangan coba mengatakan soal phobiaku pada gadis itu tanpa sepengetahuanku," ucapnya dingin kemudian menutup sambungan teleponnya.
Yoongi mengendarai mobilnya hendak meninggalkan pelabuhan. Penglihatannya menangkap sesosok wanita yang ia kenal sedang menuju rumah kakek Kim.
"Jang Mi? Kenapa ia keluar tengah malam begini?" ujarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mi Casa, Min Yoongi
FanficAku tahu benar bagaimana kita bermula. Terikat janji suci bukan atas dasar hati yang suci. Bisakah selamanya kau jadi Mi Casa? Tempatku berpulang didalam keadaan apapun. You are my home, the place that i should be - BTS Mi Casa *mi Casa = my home