Happpy reading!
~~~
Tak lama Hifza keluar, bel pun berbunyi. Masuklah Bu Firda yang menjabat sebagai wali kelasnya, sedang membawa tumpukan kertas, yang sepertinya kertas ujian kemarin untuk menentukan perwakilan antar kelas nantinya.
"Jam pelajaran ibu bukan sekarang kali." sahut Denis melihat Bu Firda saat ingin masuk.
"Ibu belum ngomong, kamu udah motong aja!" ucap Bu firda "oke gak usah basa basi karena ibu gak suka basa basi."
"Bodoamat anjir gw ga denger."
"Padahal itu udah basa basi anjir."
"Gak ngerti lagi ama nih guru."
"Diam kalian! Suka suka ibu dong mulut mulut ibu kok kalian yang sewot?"
"Guru emang selalu bener, ntar gw jadi guru ajalah gw salahin tuh murid murid gw." ucap Denis.
"Ngomong apa kamu Denis? Mau ibu robek kertas kamu?" ujar Bu Firda mendekati meja Denis.
"Mm bu, pelajarannya Pak Vero bentar lagi mau dimulai." kali ini Aquila yang memotongnya.
"Kalau saja Aquila tidak mengingatkan saya, udah saya robek kertas kamu Denis!" tegasnya "untung juga kamu yang berhak dapet pin silver bareng Aquila."
Di sekolahnya itu memang tergolong unik, pin silver dan emas hanya didapat oleh peraih nilai tertinggi. Pin silver hanya untuk ujian tengah semester dan ujian untuk event. Jika emas hanya untuk ujian kenaikan kelas dan ujian kelulusan tentunya. Kegunaannya juga membuat mereka untung. Pin silver, bisa jajan gratis di kantin. Pin emas, jalan jalan gratis ke tempat wisata tertentu.
"Asiqquee, yuk la kita ke depan." ujar Denis menghampiri Aquila dan menarik tangannya agar maju ke depan bersamanya untuk mengambil pin silver yang akan diberikan bu Firda.
"Otak mah pinter tapi kelakuan gak pinter pinter," ujar Bu Firda sambil memberikan pin keduanya "Selamat ya, kalian terpilih untuk jadi perwakilan kelas di event pekan nanti!"
"Makasih bu."
"Makasih ibu cantik."
Setelah Bu Firda keluar, beberapa menit kemudian Pak Vero datang dan mulai mengajar bahasa inggris hingga bel istirahat berbunyi.
Sebelum Aquila bangun dari tempatnya ada yang menarik tangannya untuk segera bangun, saat ia melihat samping sudah tidak ada Gea. Ia pikir tangan yang menariknya adalah Gea, tapi begitu ia mendongak pemikirannya salah.
"Ayo La ke kantin, gw yang teraktir." ucap si pemilik tangan
Aquila langsung menarik tangannya "Gw bisa sendiri Den."
Lalu ia berdiri dan melewati Denis begitu saja, Denis pun langsung menyusul dan menyamakan langkahnya dengan Aquila.
"Gak semua orang bisa sendiri la, kita itu makhluk sosial." ucapnya
"Tau apa lo tentang makhluk sosial." Aquila masih memandang lurus ke depan, baginya tak usah menatapnya itu sudah cukup.
"Gw tau La lo emang suka menyendiri, tapi dulu lo gak kayak gini kan?" tebak Denis
Aquila berhenti lalu menatap pria disampingnya "Tau apa lo tentang gw?"
Salah mulu perasaan, dasar cewek
"Gak usah cari tau tentang gw apalagi masa lalu gw, lo gak ada hak buat itu." setelah mengatakan itu, Aquila langsung lari dengan mata yang berlinang. Jelas, Denis masih terpaku ditempat.
KAMU SEDANG MEMBACA
AQUILA
Teen FictionAquila Olivia, nama yang menarik tapi berbanding terbalik dengan kehidupannya. Cewek yang dahulunya ceria lalu berubah menjadi dingin hanya kepada kaum laki-laki saja. Lalu lambat laun, ada seorang cowok yang datang di kehidupannya, mengganggu hari...