CHAPTER 7

1.8K 154 53
                                    

"NGGAK! gue nggak mau! "

Mungkin saat ini tidak dapat dipastikan bahwa jantung Kinara masih berada di tempat. Kinara merasakan degupan kencang di dadanya, hal yang Kinara takutkan terjadi.

Kinara harus mengoptimalkan suara detak jantung nya yang bisa di bilang akan jatuh ke perut bila di biarkan.

"Lo nembak gue? " tanya Kinara cepat, tentu tanpa rasa gugup sedikitpun.

"Ma...maksudnya gini, em gue- "

"Aduh duh, " Kinara menjepit kakinya. Sinyal itu datang,apa yang harus Kinara lakukan?

Benaya menatap Kinara, lalu ia menyunggingkan smirknya, "Kenapa ?" tanya Benaya.

Kinara menggeleng, kakinya masih mantap menyilang sambil berdiri, "gara-gara Lo sih! " omel Kinara.

" I won't want you if you are not sure,"

Cowok itu tidak meletakkan dengkulnya di aspal, di depan Kinara tidak ada bungket mawar merah, dia juga tidak mendapati cincin atau kado besar berisi boneka beruang.

"GUE NYERAHHH!" teriak Kinara, gadis itu menurunkan kedua kakinya.

"Angkat kaki lo, kalo lo gamau durasi hukuman di tambah," suruh Benaya.

"Gue kebelet," ucap Kinara memelas.

"Alasan, cepat angkat kaki lo,"

"Beneran," Kinara bersiap jongkok. Benaya menajamkan pandangannya.

"Gue pipis disini nih? " ucap Kinara sambil melirik sekitar.

Benaya menghela nafas, kemudian ia menurunkan kaki seperti yang Kinara lakukan tadi. Soal hukuman tambahan, itu tidak masalah, yang terpenting masih ada Kinara.

"Sana, " usir Benaya agar Kinara segera ke kamar mandi.

Kinara nyengir, dengan semangat ia berlari, tidak sampai satu menit dia sudah menghilang dari belokan lobby sekolah. Kinara sampai melupakan tasnya yang tertinggal.

"Padahal, gue bawa coklat, " gumam Benaya, ia mengeluarkan coklat koin dari dalam saku bajunya.

Benaya meraih tas Kinara yang tergeletak di aspal, kemudian membawanya ke kelas. Sebelum itu, ia meletakkan cokelat itu di kantong tas Kinara paling depan dan menutup resletingnya.

🌻🌻🌻🌻

Langkahnya terhenti saat ia merasa ada yang memanggil namanya, Kinara membalikkan badan.

"Masha Allah Al makin ganteng aja, gimana olimpiadenya? " tanya Kinara setengah berlari, ia menghampiri Alfaro. Alfaro terlihat bersihan dan semakin ganteng, rambutnya juga habis di cukur.

Alfaro menatap Kinara, "Lolos ra, " ucap Alfaro, ia tak pernah lupa mengacak rambut Kinara.

"Huh kebiasaan deh! " omel Kinara, Kinara melipat kedua tangannya di dada.

Alfaro meraih tangan Kinara, ia menggandengnya. Lelaki itu membawa Kinara ke kantin, sepertinya di saat-saat seperti ini seorang Kinara membutuhkan makanan agar moodnya kembali.

"Tumben nggak ikut belajar? " tanya Alfaro.

Kinara menggedikkan bahunya.

BENAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang