"Masa sih Yah? Coba lihat!" Ida melihat baju tidur Herman yang katanya kena air liur Airin.
"Eh beneran, ini juga bau jigong." Ida sedikit membungkuk membau baju yang di kenakan Herman. Ida dan Herman saling mengedipkan mata. Memberi isyarat.
Bibir Airin mengerucut, cemberut. Wajahnya juga di tekuk. ngambek, meninggalkan kedua orang tuanya. Sontak Ida dan Herman tertawa melihat sikap anaknya yang lagi bete.
"Ayah, sukanya ngerjain, ya sudah aku mandi dulu, nanti coba habis mandi, pasti wangi," ucapnya.
Bergegaslah Airin mandi, sambil mandi dia bernyanyi, suaranya sampai terdengar dari luar. Kelihatan sangat bahagia. Herman menikmati segelas teh hangat yang telah di sediakan istrinya. Di temani Ida menunggu giliran mandi, mereka mengobrol. Sambil mendengarkan suara anaknya yang bernyanyi di kamar mandi.
"Ayo, Anak! gantian Ayah!"ucap Herman.
"Sebentar yah, lagi ganti baju" kata Airin dari dalam kamar mandi.
Airin keluar kamar mandi. Kini gantian Herman mandi. Suara guyuran air dari dalam sampai terdengar. Suara air kran mengucur. Beberapa menit kemudian, terlihat Herman keluar dari kamar mandi.
kini mereka bertiga telah siap di meja makan, untuk sarapan. Nasi goreng beserta telor mata sapi telah terhidang di meja. Tidak ketingggalan kerupuk dan buah melon yang sudah di potong-potong.
Mereka sarapan dengan lahap. Sesekali ngobrol dan bersendau gurau juga. Keluarga itu sekilas nampak harmonis tanpa cacat dan cela. Setelah meninggalkan meja makan, Ida bergegas membereskan piring, dan gelas menuju dapur. Sedang Herman membaca koran di teras. Dan Airin malah asyik mainan ponsel milik ayahnya.
Namanya juga anak-anak suka otak-atik isi ponsel. Penasaran untuk membuka semua isinya. Tiba-tiba dia mendatangi bundanya sambil berlari memegang ponsel ayahnya.
"Bunda lihat! ada yang sms, Ayah."
Sambil menyodorkan ponsel Herman kepada Ida.
"Dari cewek, Bun! Lihat dia kirim sms begini, manggilnya sayang."ucapnya kembali.
Deg... detak jantung Ida berhenti sesaat. Dia kuasai hati, tarik nafas dalam-dalam. Mencoba berbicara tenang pada anaknya.
"Mungkin salah sambung kali nak!" ucapnya menjelaskan Airin.
"La ini banyak telepon juga Bun berkali-kali."
Kembali Airinmenunjukkan notifikasi hanphone panggilan telepon masuk.
Benar yang dikatakan Airin, semua yang terjadi adalah kebenaran. Di depan anaknya Ida berusaha menjawab sebaik mungkin. Dia tak ingin menyeret anaknya lebih dalam masuk di masalah orang tuanya.
"Ayah...ayah ini siapa yang selalu menelpon dan sms?"
menghampiri ayahnya, dengan menunjukkan semua pada sang Ayah.
"Siapa ini, ayah? Kenapa dia panggil ayah dengan kata sayang."
Airin kesal, anak perempuan yang cantik sedang memberondongi ayahnya dengan pertanyaan. Herman kelihatan kaget, namun dia berusaha untuk tidak gugup menghadapi anak dan istrinya. Ida hanya memandangnya dengan senyum tertahan.
"Bukan siapa-siapa, mungkin salah sambung mungkin." Herman mencoba menenangkan suasana agar kebersamaan mereka tidak rusak oleh perdebatan.
Perdebatan itu makin berlanjut. Semua teguh dengan pendirian masing-masing. Herman terus saja berbohong untuk menutupi kebusukannya. Entahlah apakah itu benar ataukah herman berbohong. Yang jelas Ida mulai ragu.
![](https://img.wattpad.com/cover/182991540-288-k727035.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Muara Cinta
RomanceBagaiamana seorang Ida, dengan bijaksana dan elegan bisa mengalahkan Sita sang penggoda. Hingga dia kalah telak