KEGELISAHAN SITASITA
Sudah sebulan berlalu, setelah Mas Herman pulang ke rumahnya dan dia belum juga menghubungiku. Apa yang terjadi? Ataukah ini gara-gara istrinya?
Sudah kucoba untuk melupakanmu Mas, namun aku belum sanggup. Kerinduan ini semakin membelenggu hati dan jiwa. Hatiku resah, tidur tak nyenyak, yang ada hanya suara kerinduan yang menjadi. Rasa ingin tahuku tentang Mas Herman seakan membuat kesal seluruh jiwa.
Kerja juga tak konsentrasi, pikiranku selalu tertuju pada Mas Herman. Terkadang bengong dalam lamunan. Saat aku sedang melamun, tiba-tiba supervisor datang menegur.
"Sita, kamu sedang apa? Melamun saja. Lihat itu ada konsumen yang harus dilayani. Jangan sampai omset penjualan turun. Ayo sana segera dilayani," perintahnya. Tangannya menunjuk ke arah gerombolan konsumen yang sedang memilih kemeja.
" Baik Bu, maaf."
Aku yang kaget, segera beranjak menghampiri para konsumen. Segera melayani mereka. Jam istirahat tiba, dengan tergesa aku menuju kantin karyawan. Pikiranku tertuju pada kabar Mas Herman.
Segera kuambil ponsel dalam tas. Mencari tahu kabar terbaru istri Mas Herman, tidak mungkin wanita itu bisa menang. Sudah berbagai cara aku lakukan. Tidak! Aku pastikan ini tidak terjadi. Terkadang ketakutan itu membuat resah. Aku selalu berusaha untuk menenangkan hati. Mana mungkin usaha untuk mendapatkan Mas Herman sia-sia begitu saja. Bukankah sudah ada bantuan dari Mbah Suryo dengan ilmu peletnya.
Hatiku amat kesal. Aku bolak-balik melihat ponsel, namun nihil tidak ada satu pun pesan dari Mas Herman untukku. Tidak akan kubiarkan kamu lepas Mas. Mana bisa kamu lari dari semua yang telah kita lewati. Aku amat marah saat ini, orang yang aku rindukan tidak segera memberi kabar. Aku kembali memainkan ponsel hanya ingin membuka facebook. Tujuanku satu, untuk melihat apa yang ditulis Ida. Setidaknya dengan membaca apa yang dia tulis, aku bisa tahu kabar Mas Herman.
Mataku terbelalak, hatiku mendidih tatkala aku melihat kalimat yang ditulis Ida di akun facebooknya. Sepertinya dia ingin perang dingin denganku. Kubaca berulang-ulang setiap kata yang tertulis.
Kurang ajar, dia menyindirku. Yang lebih kesal lagi dia mengatakan kalau aku itu selir, termasuk rakyat jelata. Apa maksudnya dengan kata-kata tersebut?
Ida, kamu tak akan bisa menyingkirkan aku di kehidupan Mas Herman. Kalau begini terus aku akan kehilangan cinta Mas Herman untuk selamanya. Bagaimanapun aku harus berusaha mencari cara agar hati Mas Herman hanya untukku seorang. Oke Ida akan aku ikuti permainanmu. Aku merasa tertantang mengawali pertarungan ini. Hanya Mas Herman yang bisa menyejukkan hati. Siang ini aku buka semua timeline facebook Ida, tidak menemukan petunjuk apa-apa di sana.
Akhirnya kututup facebook. Kuletakkan ponsel dalam tas, waktu istirahat juga telah usai. Segera aku melangkah meninggalkan kantin untuk masuk ke konter lagi. Kebetulan hari ini Kamis, berarti nanti malam masih ada satu lagi ritual agar pelet yang aku berikan kepada Mas Herman sempurna. Senyumku mengembang. Selangkah lagi usaha untuk memilikinya akan terwujud.
Waktu cepat berlalu, dan saatnya pulang. Sudah tak sabar rasanya untuk sampai rumah. Angkot juga telah menunggu. Selama berada di dalam angkot pikiran selalu tertuju pada Ida, membuat hati makin panas. Kata-kata yang tertulis itu terus terlintas tak terlupakan, sampai aku hafal semua isinya. Angkot sudah berhenti tepat di depan kontrakan. Jarak kerjaan dengan rumah kontrakan memang dekat.
Aku melangkah masuk rumah, sangat sepi. Hingga kerinduan ini makin menyeruak. Aku hanya berjalan mondar-mandir seperti kurang kerjaan. Gelisah tak menentu. Pikiran kemana-mana.
Sore aku duduk di teras, sambil memandang bunga-bunga di halaman kontrakan. Sebenarnya pikiranku sedang kalut. Banyak masalah yang terjadi, salah satunya keuangan. Bonus juga berkurang karena kerja kurang optimal. Seminggu lagi masa kontrak kerjaku berakhir. Itu artinya menganggur untuk beberapa saat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Muara Cinta
Roman d'amourBagaiamana seorang Ida, dengan bijaksana dan elegan bisa mengalahkan Sita sang penggoda. Hingga dia kalah telak