Aku termenung, pikiran menerawang. Melihat langit-langit kamar. dengan pandangan nanar, di saat situasi seperti ini aku butuh teman curhat. Seseorang yang bisa mengerti. Aku teringat akan Nella. Dialah teman yang bisa di ajak bicara. Segera kuambil ponsel di meja. Mulai Kuketik pesan sambil tiduran.
[Nella tolong aku! Bisakah kamu kesini menemaniku?] Langsung aku kirim ke Nella pesan tersebut.
Banyak teman menjauh hanya gara-gara pribadiku yang kurang baik. Kembali kulirik ponsel, barang kali ada balasan dari Nella. Kenapa juga tidak di balas-balas. Buka tutup ponsel namun belum di jawab juga. Sampai aku ketiduran menunggu balasannya. Tiga puluh menit kemudian Nella membalas pesanku.
[kenapa say,Sakit?]
[Datanglah kesini, aku ingin curhat.]
Setelah beberapa saat berbalas pesan akhirnya
Aku mengakhiri WhatsApp kami. Kuletakkan ponsel. Menunggu kedatangan sahabatku itu. Ingin rasanya segera menumpahkan segalanya.
Mataku makin sembab nangis seharian gara-gara peristiwa semalam. Aku benar-benar jijik pada diriku sendiri. Kenapa bisa tidur dengan orang asing, bahkan namanyapun tidak tahu.
"Halo ... say kamu dimana?"Kudengar Nella memanggil. Dengan langkah gontai aku keluar kamar menuju ruang depan.
"Eh kenapa tuh mata? Kayak habis ditabokin aja!" tanyanya."
Kembali Nella memberondongiku dengan pertanyaan. Aku hanya diam saja. Membalikkan badan menuju kamar. Nella mengikutiku dari belakang menuju kamar. Sampai depan pintu kamar, Nella melihat barang-barang berantakan. Kasur sudah tidak karuan dengan seprai jatuh di lantai. Banyak juga tisue bekas juga berceceran di lantai. Peralatan kosmetik juga berserakan. Sangat kotor sekali, mirip gudang.
"Ya Allah say, ini kamar apa kapal pecah?" tanya Nella padaku."
"Ngapain tadi malam? Berantakan sekali." Sambil membereskan barang yang berserakan.
Aku hanya diam duduk ditepi ranjang tanpa menjawab pertanyaan Nella.
"Say, Apa yang terjadi?" kembali bertanya, sembari duduk di sampingku. Kuawali dengan menceritakan apa yang terjadi tadi malam."
"Aku hancur!!"Air mataku menetes.
Nella memelukku seakan dia mengerti apa yang aku rasakan. Sahabatku itu menguatkan dengan kata-katanya.
"Dari dulu sudah aku ingatkan jangan terlalu cinta hingga kamu terobsesi dengan Mas Herman,"ucapnya.
"Sebenarnya aku tak pernah setuju dengan tindakanmu. Namun sepertinya cinta telah membutakan. Carilah lelaki single, lupakan dia!"
"Kamu tak tahu apa yang aku rasakan, Nel?sampai kini aku tak pernah tahu siapa bapakku sebenarnya, ibuku yang bekerja di dunia malam tidak pernah mencontohkan perbuatan baik padaku."
Aku menghela nafas, menghentikan sebentar bercerita. Dada ini rasanya sesak, mencekik leherku. Nella menyodorkan segelas air putih.
Kuminum beberapa teguk untuk meredakan kering di kerongkonganku.
Bibir ini rasanya kelu tak bisa bicara, jika mengingat masa kelamku saat kanak-kanak hingga kini. Sebenarnya aku rindu akan keluarga yang utuh. Aku rindu akan sosok ayah yang memelukku, menjagak disaat aku ketakutan, tapi semua itu sia-sia.
Gemerlap dunia membuat aku harus menghalalkan segala cara, agar semua kebutuhan glamorku terpenuhi. Ya ... kupilih laki-laki berduit agar mudah mendapatkan uang. Kupilih suami orang karena aku butuh kasih sayang. Suami orang lebih dewasa dan menantang. Aku tahu dari awal ini salah, tapi kenikmatan itu membutakan semua.
![](https://img.wattpad.com/cover/182991540-288-k727035.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Muara Cinta
RomanceBagaiamana seorang Ida, dengan bijaksana dan elegan bisa mengalahkan Sita sang penggoda. Hingga dia kalah telak