MENARA

10.3K 1.1K 22
                                    

Pulau Polo mungkin tak menonjol di peta Nusa Tenggara Timur, bahkan mungkin tak ada. Tak seperti pulau-pulau tanpa penghuni lainnya yang tersebar di semua daratan NTT.

Pulau ini sangat luas dan hanya dihuni oleh binatang-binatang hutan serta banyak buaya.

Masyarakat NTT tak ada yang berani masuk ke dalamnya dan biasanya hanya nelayan yang singgah. Itupun hanya di pesisir pantai putihnya dan tidak masuk ke dalam wilayah hutannya.

Meskipun begitu pulau Polo terlalu tersembunyi, tak seperti pulau Kera yang masih memiliki setidaknya 30 kepala keluarga yang hidup disana.

Cuacanya sejuk tapi agak terik dan mencekam. Tak ada tanda-tanda terjamah pemerintah seperti Pulau Kera yang sempat menjadi perdebatan antara pihak petahana dan warga. Bisa jadi pulau itu milik seseorang.

Jika diamati dari atas pesawat atau helikopter, pulau ini hanya berupa pepohonan lebat dan rimbun dari atas sehingga tak bisa melihat sebuah markas besar di tengah pedalamannya.

"AL-HAQ ACADEMY"

Gerbang baja raksasa terbuka.

Salman dan Adam yang sedang duduk di deretan pertama bus menarik napas sambil tetap fokus menatap ke depan.

Mereka sedang dalam bus dan sudah berganti busana semenjak mendarat semalam di pinggir danau.

Adam dan Salman memakai kemeja putih yang disisip dengan celana hitam panjang plus beberapa tanda di fisik yang sempat ditambah dengan peralatan intel serta tak lupa kaca mata.

Gaya rambut mereka juga sudah berubah. Kali ini mereka benar-benar seperti anak muda usia 20 tahun yang akan mendaftar sebagai santri khusus penghafal Al-Qur'an.

Jangan tanya kenapa mereka bisa masuk semudah itu. Informasi dari Tim Sandha yang masuk menyebutkan hari ini akan ada penerimaan santri yang telah diberi undangan khusus sebelumnya.

Makanya itu mereka tidak tidur sejak pendaratan semalam dan bersiap menyamar dan berkumpul di titik tunggu yang telah ditentukan.

"Masih ada." Batin Adam.

Masih ada gerbang baja lagi. Jalanan juga tampak aspal yang tidak  terlalu luas dan disampingnya adalah padang pasir coklat.

"Rasanya tidak mungkin kalau pasir ini dari wilayah ini. Sepanjang perjalanan tadi, hanya ada tanah hitam."

Salman langsung menganalisa dan mencatat baik-baik, di wilayah mana mereka bisa mendapatkan pasirnya dan apa fungsinya bagi Academy ini?

Gerbang baja raksasa yang ketiga terbuka.

Bus masuk dan perlahan berhenti.

Dua orang penjaga berkaca mata hitam dan berjas hitam lengkap sudah berdiri di hadapan bus mengisyaratkan dengan tangan agar semua calon santri itu turun.

Salman dan Adam mengangkat kedua tangan saat alat pendeteksi di arahkan ke seluruh tubuh mereka bahkan di bawah sepatu kets juga diperiksa.

"Aman!"

Adam tersenyum tipis dan maju selangkah menghadapi dua orang pria lagi yang bertampilan sama.

"Tanda pengenal!" Titah salah seorang penjaga dengan suara dingin.

Dengan santai Adam dan Salman mengeluarkan KTP dan beberapa tanda pengenal yang meyakinkan.

Bukan tanda pengenal asli tentunya. Hanya tanda pengenal buatan yang dikeluarkan dari lembaga resmi milik negara sebelumnya.

Tidak sulit bagi anggota Intelligence mendapatkan hal semacam ini, karena mereka bergerak juga untuk kepentingan negara. Itulah kenapa nantinya mereka bebas melakukan apapun di medan bahkan jika terlibat black operation sekalipun alias operasi hitam yang cenderung 'kotor'.

MISSION (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang