"Hey?," Adam sudah menyenggol-nyenggol Salman dari tadi. "Apa tidak ada kegiatan yang lebih menyebalkan dari ini?"
Salman malah memandangnya dengan datar sebelum lanjut membaca Al-Qur'an. Mereka ini sudah banyak dosa dan ditambah Adam yang malas sekali beramal.
Pria itu berkeluh kesah dari waktu sahur sampai waktu Dhuha ini. Mengeluhkan rasa kantuk yang tak bisa ditahan.
"Tahan penderitaan dan jangan banyak protes!" Ujar Salman setelah menutup Al-Qur'an.
Adam malah memandang ke depan dengan pandangan paling datar yang dimilikinya.
Mereka tengah berada di perpustakaan Aisyah. Duduk di balik meja-meja memanjang sambil menghadap rak-rak yang menjulang sampai atap dengan deretan buku-buku setebal gaban yang tersusun rapi.
Pintu kaca berderit, semua santri langsung memandang kesana begitu masuk seorang perempuan bercadar hijau lumut yang berjalan dengan langkah tegap sebelum berdiri dibalik meja yang ada dihadapan mereka.
"Assalamu'alaikum." Salam gadis itu dengan suara tegas.
Dia tidak memakai hijab penghalang sama sekali antara pria dan wanita. Entah apa tujuannya, tapi pustakawan sesungguhnya adalah seorang pria paruh baya dan istrinya.
"Wait..." batin Adam. "Dia bukannya yang semalam? Iyah, tidak salah lagi."
Mendadak kantuknya langsung hilang.
Para santri langsung menjawab salamnya, minus Adam yang memperhatikan gadis itu dengan seksama.
Manik hitam pekat dan agak sayu, tapi terlihat tajam. Hidungnya tegap, itu perkiraan Adam karena terlihat menonjol dari balik cadar yang dikenakannya.
"Terima kasih untuk bersedia di kelas ini. Kelas referensi adalah kelas yang wajib dihadiri semua santri."
"Suaranya tegas dan terlihat berpengalaman sekali berbicara di depan umun." Batin Salman.
"Well, kita mulai dengan pentingnya kerja sama. Saya ingin menjabarkan lebih lanjut..."
Mendadak Adam tambah gagal fokus. "Dia pasti seumuran atau mungkin dibawahku." Dia mulai menerka.
Sudut matanya melirik Salman yang masih tetap fokus ke depan itu. "Apa dia lajang?"
Salman langsung memutar bola mata malas. "Apa tidak ada hal yang lebih penting untuk dibahas?"
"Hanya saja dia terlihat menarik. Untuk pertama kalinya aku suka dengan yang tertutup." Adam mengangguk-angguk kecil.
Salman sampai geleng-geleng. "Mungkin saja karena selama beberapa hari ini kau tidak melihat gadis-gadis seperti yang di Jakarta."
Adam tertawa pelan. "Mungkin juga."
Adam memang 'nakal' sejak dari Akademi. Bukan hanya itu, dalam misi juga dia akan 'nakal' dan suka berjalan sesuai kemauannya sendiri asal misi selesai.
"Dimana pembacaan teks proklamasi?" Tanya Aisyah ke seisi kelas.
Mendadak Adam semangat mengangkat tangan.
Aisyah langsung menunjuknya dengan spidol. "Ya, kamu!"
"Di jalan pegangsaan timur nomor 56." Jawabnya enteng menahan senyum kemenangan. Aslinya mencari perhatian.
Aisyah malah memandangnya dengan datar. "Bisa kau ulangi dengan lebih lengkap?!"
"Itu sudah paling lengkap." Balas Adam menahan senyum.
Salman sudah mau pingsan saja disebelahnya bahkan Adam masih sempat-sempatnya menggoda perempuan disaat-saat seperti ini.
"Apa peristiwa proklamasi dilakukan di jalan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MISSION (Tamat)
Spiritual#KARYA 3 Bermula dari Israel Magazine yang mengeluarkan sebuah topik yang menggemparkan dengan judul, "THE MONSTER OF ISLAM". Topik yang membuat dunia Zionis ketakutan dan membuat sembilan tokoh iluminati membayar mahal Intelligence Israel sekelas M...