KEN?

10K 1.1K 11
                                    

Aisyah masuk ke dalam aula masih lengkap dengan cadarnya.

Langkahnya tegap dan pandangannya lurus ke depan. Auranya dingin seperti biasa, dua pria berjas hitam dan berkaca mata hitam yang berjaga di pintu langsung sigap membuka pintu besar aula.

Seisi aula yang sedang duduk di balik meja yang lengkap dengan mic meja langsung fokus menatap ke depan.

Mereka semua adalah wanita-wanita berpengaruh dari segala aspek, ada yang hebat di ekonomi, bagian negosiasi di PBB, duta pendamaian, dan lainnya.

Dua tahun yang lalu mereka melakukan konferensi untuk bersatu dalam satu misi mulia bernama DAKWAH.

Mereka disana untuk berjuang bersama. Menyatuhkan ide, pikiran, dana dan lainnya.

Cadar mereka semua sudah dibuka dan menatap Aisyah yang baru tiba, sebelum naik ke podium, salah seorang petugas wanita mendekat dan melepaskan tali cadar Aisyah.

Menyisahkan wajah tirus, berkulit kuning terang, berhidung tegap dengan alis seperti busur panah. Dahinya lebar dengan mata hitam yang tajam tapi agak sayu.

Bibir tipisnya tetap bungkam sampai ketika berdiri diatas podium. Tak ada satu pun pria di dalam aula.

"Semoga Allah Ta'ala merahmati anda sekalian. Segala puji bagi Allah 'azza wa Jalla yang telah mempersaudarakan kita dalam keimanan." Ucapnya menggunakan bahasa Arab fasih setelah menyampaikan salam dan kalimat pembuka.

Sebelumnya dia sempat membuka dengan kalimat pembuka sesuai sunnah dan itu yang selalu dipakai olehnya.

Beberapa wanita di meja yang berada dari belahan bumi selain Arab, langsung memakai earpiece di telinga sebagai alat bantu penerjemahan bahasa.

Aisyah menarik napas sebelum melanjutkan ucapan dengan suara tegas. "Senjata mungkin bisa menyelematkan nyawa seseorang atau nyawa sekelompok orang, tapi dakwah bisa melakukan lebih dari itu. Menyelamatkan orang lain dalam kehidupan dunia dan akhirat yang berarti keabadian. Dan sebaik-baik penyelamat adalah penyelamat yang menghindarkan orang lain dari api neraka."

Para hadirin mengangguk membenarkan perkataannya bahkan ada yang tersenyum tipis.

"Itulah kenapa, kami lebih suka menyebut orang-orang yang terjun secara langsung sebagai pengabdi dalam agama Rabb semesta alam sebagai penyelamat. Bagi kami, kalimat 'ayo ke Masjid' atau 'ayo shalat' atau 'ayo kajian' jauh lebih mulia daripada peluru yang keluar dari senjata."

Manik hitamnya menatap semua hadirin dengan tajam. "Beberapa waktu lalu, kami mengirimkan satu tim yang terdiri dari lima orang untuk pergi ke pedalaman pulau Rote. Menaiki sampan kecil dan melawan arus laut dari perairan Australia. Pakaian mereka seperti jubah dan lainnya, ditaruh dalam plastik agar tak basah. Menempuh perjalanan sekitar dua jam dalam kondisi yang berbahaya untuk mendakwahi dua orang nelayan di Pulau Rote yang belum mengetahui cara shalat."

Mata beberapa orang mulai berair. Seperti ada gemuruh di dada.

Itulah pekerjaan mereka.

Aisyah bahkan mengorbankan banyak hal bahkan mati-matian untuk membiayai agar dakwah ini tetap berjalan walaupun dia tau, kereta dakwah akan tetap berjalan menuju surga. Ada atau tanpa dirinya.

Karena dia tau, dirinya yang membutuhkan dakwah.

"Ketahuilah! Tidak ada satu pun agama di dunia ini yang mendapat celaan lebih besar daripada celaan yang diterima Islam."

Bayangan penduduk-penduduk Palestina yang berlarian menghindari serangan udara, mayat anak-anak Suriah yang berserahkan sampai pembantaian besar-besaran di Rohingya saat Shalat Subuh ataupun kasus-kasus teroris yang membawa-bawa nama Islam serta simbol Islam terngiang di benaknya.

MISSION (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang