PEMBANTAIAN

8.5K 1K 10
                                    

1975

Saksi!

Sebelum dimulainya operasi seroja di Timor-Timur yang akan melibatkan pasukan besar, grup 3 Kopassus atau Sandhi Yudha adalah pihak-pihak yang dikirim terlebih dahulu dalam sebuah misi rahasia.

Mereka adalah...

"Saya berikan pilihan untuk membunuh kedua orang tuamu, sebelum kami yang melakukannya." Kata pria itu dingin dari balik meja.

Pandangannya menatap gadis berbaju loreng khas anggota Kopassus yang masih bersikap siap di hadapannya.

Manik hitam gadis itu memandang ke depan dengan pandangan nyalang dan berusaha menahan sesuatu di kelopak matanya.

Rambutnya sepundak dengan kepala yang dihiasi baret merah lengkap dengan brevet komando. Pada name tagnya tertera, "Clarissa D."

Pria itu menatap jam tangannya yang menunjukkan hampir pukul satu malam. "Putuskan malam ini!" Ucapnya penuh penekanan.

Perlahan gadis berbaret merah itu menarik napasnya dalam-dalam. "Siap!" Suaranya dingin bercampur tegas. "Saya yang akan melakukannya." Dadanya bergemuruh mengucapkannya.

"Hiks..."

Air matanya bercucuran menuruni pipi dan berakhir di ujung dagu. Tangannya bergetar memegang senjata laras panjang di tangannya yang telah siaga.

Di depannya telah duduk kedua orang tuanya yang memandangnya dengan pandangan tegas.

Ibunya adalah salah satu dari pasukan yang tergabung dalam pasukan perdamaian yang dikirim ke Lebanon sedangkan Ayahnya adalah anggota terbaik dari grup 3 Kopassus.

"Apapun yang kau pilih, tempuh dan jangan gentar selama itu kebenaran." Kata pria paruh baya itu dengan pandangan datar.

Mata gadis berbaret merah itu semakin ditutup oleh embun.

Rahangnya mengeras berusaha menahan kuat-kuat tangisannya yang tak ingin berhenti.

Wanita paruh baya dihadapannya tak gentar memandangnya. "Clarissa, kau telah menentukan siapa yang akan kau bela. Konflik berkepanjangan yang membuat trauma di masa kecilmu telah membentuk sesuatu dalam dirimu. Ibu tau, kau tidak suka ada pihak yang menentang keputusan negara, tapi satu hal yang harus kau tau, di situasi genting kau harus memutuskan siapa yang harus kau lindungi, dan siapa yang harus kau tinggalkan."

"Ibu? Aku ingin melindungi..."

TUSSSSSSSS

Bunyi rentetan peluru dan darah meleleh membasahi dinding-dinding rumah.

Saat itu juga terdengar seseorang yang menjatuhkan senjata dari genggamannya dan menahan isakannya kuat-kuat.

"KAU ADALAH SAKSI UTAMA DARI PEMBANTAIAN!"

"KAU ADALAH SAKSI UTAMA DARI PEMBANTAIAN!"

"KAU ADALAH SAKSI UTAMA DARI PEMBANTAIAN!"

"KAU ADALAH SAKSI UTAMA DARI PEMBANTAIAN!"

"Hahhhhhhhh..."

Aisyah bangun dengan keringat bercucuran.

Dia berusaha mengatur deru napasnya yang memburu sebelum bangkit dan duduk di tepi ranjang.

Bunyi jarum jam semakin terdengar jelas di ruangan sunyi itu. Baru pukul dua pagi tapi dia sudah kembali terjaga.

Kedua tangannya terangkat menutupi wajahnya dan menahan sesuatu dalam dirinya yang akan pecah.

Dengan kasar tangannya meraih gelas kaca di atas nakas dan melempar kuat ke samping menghancurkan etalase berisi dua baret merah di dalamnya.

Sayup-sayup perkataan seseorang dalam mimpi itu terus bermunculan di kepalanya.

"KAU ADALAH SAKSI UTAMA DARI PEMBANTAIAN!"
"KAU ADALAH SAKSI UTAMA DARI PEMBANTAIAN!"
"KAU ADALAH SAKSI UTAMA DARI PEMBANTAIAN!"
"KAU ADALAH SAKSI UTAMA DARI PEMBANTAIAN!"

"AAAAAAAA..." Teriaknya frustasi. "AKU HANYA MENGIKUTI PERINTAH ATASAN!"

Tangisannya pecah saat itu juga.

👊👊👊

MISSION (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang