BERTEMU

8.9K 1K 4
                                    

Sepanjang perjalanan ke Aston Marina, Arind tetap berekspresi sendu. Dia sedih sekali karena Salman pergi tanpa pamit dan hanya meninggalkan note diatas meja makan.

Entah kenapa hatinya sakit sekali. Matanya beralih menatap Ali yang sudah tertidur diatas pangkuannya.

"Mamah tau kalau tentara harus selalu siap kapanpun saat mereka dibutuhkan, tapi entah kenapa hati Mamah terlalu sakit. Mamah menyesal karena tidak sempat bangun dan mengantar Papahmu malam itu." Bisik hatinya seolah berbicara pada putranya.

"Nyonya?" Panggil Kanaya dari tempat duduk depan.

Arind berusaha tersenyum. "Iyah Kanaya?"

"Nyonya akan mengisi seminar selama satu jam di Aston Marina dan sebenarnya ada undangan dari Yale University. Apa Nyonya..."

"Batalkan semua Kanaya." Potong Arind cepat.

Kanaya terdiam sesaat. "Nyonya maksud saya..."

Arind menggeleng. "Suami saya sedang tidak di rumah, Kanaya. Saya juga waktu itu cuma minta ijin untuk mengisi di Aston Marina. Tidak ada selain itu. Terlebih Papahnya Ali juga tidak pernah mengijinkan jika saya melakukan safar tanpa mahrom."

Ekspresinya makin sendu saja.

Memang benar, menikmati masa jomblo itu perlu. Bila perlu belajar sebanyak-banyaknya, hafal Al-Qur'an, hafal hadits, ikut dalam kegiatan-kegiatan yang membangun, cari pengalaman lebih serta bangun bisnis itu penting. Karena akan ada hari yang sangat sibuk setelah menikah, pikirnya.

Kanaya mulai paham. "Baiklah kalau begitu, Nona. Jadi apa kita bisa melakukan sesuatu untuk ini?"

Mendadak Arind terngiang yayasan TSOD alias The Strength of Da'wah.

Salah satu yayasan yang mencetak banyak pendakwah berkompeten yang dikirim ke seluruh dunia.

Yayasan itu juga membiayai acara-acara besar yang berkaitan dengan kegiatan keagamaan seperti Tabligh Akbar yang diselenggarakan oleh pihak lain.

Tak jarang banyak yang memasukan proposal ke dalam yayasan itu untuk meminta bantuan dana untuk dakwah mereka.

Setau Arind pemilik yayasan itu bernama Hannah. Mereka tidak pernah bertemu, tapi beberapa kali Hannah mengirimkan hadiah dan surat berisi apresiasi kepadanya agar tetap semangat menyebarkan Islam.

Menurut issue yang beredar Hannah adalah salah satu perempuan yang sedikit bersinggungan dengan pihak militer khususnya Korps Baret Merah.

Entah apa masalahnya yang pasti Arind tidak tau apapun soal Hannah kecuali kebaikan.

"Kanaya?"

Kanaya menoleh ke kursi belakang. "Iyah Nyonya?"

"Hubungi yayasan TSOD untuk mengirim pendakwah mereka untuk mengisi undangan-undangan itu."

Kanaya terdiam sejenak lagi. Hal yang sangat jarang dilakukan Arind, pikir Kanaya. Tapi akhirnya dia menyetujui juga.

"Baik, Nyonya."

Arind merenung sejenak sambil menatap Ali lagi.

"Hannah? Bisakah kita bertemu suatu saat nanti?"

👊👊👊

Maaf pendek dulu 😁

MISSION (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang