Chapter 2 Part 1

42 5 2
                                    

Chisato dan kelompoknya saat ini sedang beristirahat ditengah-tengah hutan yang letaknya tak begitu jauh dari kota Hunfar, walau mereka sudah berjalan selama beberapa jam untuk tiba diposisi mereka saat ini. Perjalanan mereka lumayan terjal medan yang dilalui. Karena lawan yang mereka lawan kali ini menurut Erin besar, bertaring, dan berbahaya.

"Oh iya, mumpung kita lagi istirahat, sekalian juga keluarkan makanan yang dikasih tadi dari restoran tempat kita makan tadi." Cindy pun mulai bersemangat untuk membuka menu inventorinya.

"Benar juga. Mumpung kita belom merasakan kehadiran dia." Erin juga membuka menu inventori dan mengeluarkan perbekalan untuk siang hari ini.

Diana dan Chisato pun menjadi yang terakhir mengeluarkan box makan siang mereka. Perbedaan ukuran makan siang tetap membuat Diana menggelengkan kepalanya. Dia masih tak percaya dengan jumlah tumpukan makana yang Chisato bawa.

"Sedikit sekali kamu makannya. Apa sanggup bertahan sampai malam nanti?" Tanya Diana

"Walau menurutmu sedikit, tapi aku tak biasa makan banyak. Salah-salah, malah kebelet menanti." balas Chisato sambil mengatakan kebelet pelan.

"Ah... Jadi keinget waktu Cindy makan bareng buat pertama kali ya." Diana pun mengingat kejadian dahulu.

Mukanya Cindy pun langsung memerah seperti tomat. Dia tak bisa menahan rasa malunya dan memukul lengan Diana dengan kekuatan yang menurut Diana... pelan.

"Mooo... Jangan bikin malu dong!"

"Ahahahahaha... Ya kan, porsi makanmu aja lebih sedikit dibanding Chisato dulu."

"Aku dulu memang ga bisa makan banyak!"

Chisato pun tertawa melihat kelakuan Cindy dan Diana. Namun, Erin masih menatap Chisato dengan tatapan yang bisa dibilang menganalisa.

"... apakah dia sebelumnya memiliki sesuatu yang sangat berharga sehingga saat dia sudah berada disini, dia tak bisa mengingat masa lalunya?"

Sesaat kemudian, mereka pun sudah selesai makan siang mereka dan mereka pun melanjutkan kembali perjalanan mereka.

"Seragammu terlihat mewah ya. Tak bosan aku melihatnya," Diana masih kagum dengan seragam yang digunakan Chisato.

"Ahahaha... dulu masih banyak yang lebih bagus dari ini. Sayang aku hanya bisa menggunakan seragam ini."

"Maa, SMA disana mah enak ya, desain per sekolah bisa berbeda-beda..." Cindy pun menarik nafas.

"Loh?" Chisato memiringkan kepalanya mendengar ucapan Cindy yang berada disebelah kirinya.

"SMAku dulu... hanya menggunakan rok abu-abu dan kemeja putih. Semua sekolah baik itu negeri dan swasta wajib menggunakannya."

"Tapi... aku merasa simpel seperti itu juga tak apa-apa..." Chisato kembali sweatdrop mendengar ucapan Cindy.

"Rumput tetangga memang selalu terlihat lebih hijau ya..."

Lalu, Erin pun memberikan tanda berhenti kepada temannya yang berada dibelakang.

"Ada apa Erin?" Cindy langsung menghampiri Erin yang melihat posisi peta di head-up display.

"...Mereka kesulitan menghadapi boss. Bersiaplah dalam posisi bertarung!"

Diana dan Cindy langsung bersiap-siap mengeluarkan kuda-kuda untuk bertarung. Sementara itu, Chisato hanya mengeluarkan belatinya. Dia tak memiliki kemampuan kuda-kuda untuk bertarung jarak dekat.

Kemudian, muncullah beberapa orang yang lari tunggang langgang membawa perlengkapan mereka yang panik dikejar seekor monster.

"Awas, dia ngamuk!"

Petualangan Setelah Tergantung di HutanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang