Chapter 2 part 3

18 3 0
                                    

Chisato masih berada dalam memperbaiki ingatan masa lalunya sejak dia mendengar nama Ghina. Goncangan hebat menghampiri Chisato dan badannya pun mulai mengeluarkan angin dengan intensitas yang cukup berbahaya. Erin pun berusaha mendekat ke Chisato sebelum akhirnya Cindy duluan yang memeluk dia.

"Chisato, jika dia berada disini, kemungkinan dia juga mengalami kejadian yang sama sepertimu dan memiliki penyesalan dalam kehidupan kamu sebelumnya." bisik Cindy sambil berharap Chisato tidak berserk.

Lalu, hembusan angin kencang itu perlahan namun pasti mulai pelan dan menghilang. Erin dan yang lain pun menarik nafas. Takut kalau mereka dihempaskan begitu saja dari angin yang dikeluarkan dari Chisato.

"Ya ampun, Chisato... kamu memang perlu latihan mengendalikan kemampuan magismu ya. Telat sedikit, kita terbang lah dari sini." Kata Erin sambil menarik nafas.

Mulutnya Chisato pun mengangga kaget mendengar yang dikatakan oleh Erin. Baginya, dia memang tak tahu bagaimana caranya mengendalikan kekuatan yang berada didalam dirinya.

"Anu, apakah aku menyinggung sesuatu?" Ghina pun mulai panik melihat ekspresi Chisato yang menunjukkan rasa ketakutan dan kesal akan sesuatu.

Namun, Chisato pun akhirnya kembali ke ekspresi yang biasanya. Ceria bagaikan tanpa beban.

"Hm... ga kenapa-napa kok. Hanya saja aku mengingat sedikit potongan masa lalu." Jawabnya setelah menggelengkan kepalanya sesaat.

Ghina pun berpikir sesaat mendengar jawaban Chisato.

"Potongan masa lalu? Jangan bilang kalau dia baru saja mendapatkan apa yang menyebabkan ia bisa masuk kesini? Kalau begini, ini bisa berbahaya. Baik buat dia maupun partynya." Gumam Ghina khawatir.

Fred pun melangkah mendekat ke Ghina dan dia membisikkan sesuatu.

"Jadi, mereka berdua itu bukan penduduk asli sini?"

"Dugaan sementara, mereka berasal dari dunia lain. Namun, itu hal yang wajar. Sampai ingatan mereka seutuhnya kembali." Bisik Ghina balik.

"Ah... tapi tenang saja. Mereka berdua kan bersama Erin. Pasti tak kenapa-napa." bisik Fred kembali.

"Asal kenangan yang hilang itu munculnya bukan saat mereka sedang di titik terendah, mereka baik-baik saja."

Ghina pun menarik nafasnya. Ya, baginya mengkhawatirkan Chisato dan Cindy yang sejujurnya belum akrab olehnya merupakan sesuatu hal yang berlebihan.

"Oh iya, Erin. Sekarang sudah mulai sore loh. Apa masih keburu untuk kembali ke kota?" Tanya Diana yang melihat ke langit.

Mereka bertujuh selain Diana pun juga melihat ke langit untuk memastikan apa yang dikatakan Diana itu benar apa tidak. Setelah menyadari warna langit berubah menjadi kuning kemerahan, mereka pun mulai panik.

"Bagaimana ini, kalau kita bermalam disini kita tak tahu monster apa yang muncul malam ini!!"

"Uwaaahhh... gue ketinggalan belanja sayuran murah!!"

"Lari sekarang juga ga keburu mencapai kota!!"

Namun, Erin dan Chisato entah mengapa tak terlihat panik sama sekali. Walau waktu sudah sore menjelang malam, Erin pun meminta tolong ke Chisato untuk mengecek peta di hpnya.

Posisi mereka saat ini berada di hutan yang dekat sekali dengan bus stop menuju kota Hunfar. Erin pun menyiapkan nafasnya untuk mengatakan sesuatu.

"Hoi!! Kita pulangnya naik bus saja, mumpung dekat dengan bus stop menuju ke kota!!" Sahut Erin sambil mengatakan ke Fred dan yang lainnya yang sedang panik.

"Eh? Memangnya jam segini masih ada bus?" Carlos pun tak percaya apa yang ia dengar dari pernyataan Erin.

"Masih lah. Kalau kita lari sekarang menuju ke bus stopnya. Ayo lari!!" Sahut Erin sambil melangkahkan kakinya bersiap-siap untuk berlari.

Begitu Erin berlari menuju bus stop, Chisato dan yang lainnya pun langsung mengikuti langkah Erin. Mereka berlari sekencang mungkin dengan harapan mereka bisa menangkap bus menuju ke Hunfar.

Setibanya di bus stop, Erin yang sampai terlebih dahulu pun mengecek jadwal kedatangan bis berikutnya. Lalu, dia pun memunculkan menu informasi hari ini melalui peralatan digitalnya yang menyerupai HUD.

"Tinggal 6 menit lagi ya..." Gumam Erin.

Chisato dan yang lainnya pun akhirnya sampai di bus stop. Mereka pun menarik nafas karena stamina mereka tak seperti Erin yang berlari lebih dahulu dari mereka.

"Fred, Carlos. Sudah berapa lama kalian tak pernah latihan lagi? Lari seperti ini saja kalian sudah ngos-ngosan." Kata Erin.

"Haa... diam kau. Kami sebelumnya sudah berlari menghindar dari Aprodzek ya..." Fred pun berkata setelah menangkap nafasnya.

"Ah iya... lupa." Erin pun baru ingat apa yang terjadi dengan mereka sebelumnya.

Selagi menunggu bus datang, mereka yang membawa perlengkapan perang pun menyimpan peralatan mereka. Kecuali Chisato.

"Anu, Chisato, belati kamu ga kamu simpan? Kalau sampai ketahuan sipil nanti bisa muncul masalah loh." Kata Diana yang menyadari Chisato masih memegang belatinya.

"Ah iya..." Chisato pun langsung merapelkan sesuatu yang membuat belatinya masuk kedalam item boxnya.

"Makasih ya, Diana." Chisato pun tersenyum ke Diana.

Kemudian, bis mereka pun tiba. Chisato yang melihatnya hanya bisa kagum melihat desain bisnya. Sementara Cindy merasakan aura nostalgia dari desain bodinya.

"Kalau masih di Indonesia, mungkin ini sudah diremajakan ya..." Gumamnya.

Pintu bis pun membuka secara otomatis dan mengundang siapapun yang di bus stop itu untuk naik. Mereka pun masuk kedalam bis dan memasukkan satu koin silver untuk membayar ongkos kepada supirnya. Chisato pun juga melakukan hal yang sama. Setelah mereka semua membayar dan mendapatkan tempat duduk, pintu bis tersebut pun menutup secara otomatis.

Bis tersebut berjalan kembali untuk menuju ke kota Hunfar. Chisato dan Cindy pun menyenderkan badan mereka ke sandaran kursi tempat mereka duduk.

"Haa, capai sekali..." Kata Chisato sambil merenggangkan badannya.

"Padahal kamu penyihir tapi bisa capai..." goda Cindy.

"Moo... kan baru hari pertama hunting bareng. Langsung dihajar mereka pula." Kata Chisato sambil menggembungkan pipinya.

"Maa, wajar sih. Kalau hari pertama mah pasti capai." Jawab Cindy.

Namun, sesaat kemudian Chisato pun sudah memejamkan matanya dan terlelap. Cindy pun tak percaya apa yang dia lihat mengenai Chisato.

"Terima kasih atas kerja kerasnya ya... besok mungkin bakal menarik sepertinya." Gumam Cindy sebelum memejamkan matanya.

Bus tersebut tetap melaju dalam kecepatan sedang membelah jalan raya menuju kota.

Petualangan Setelah Tergantung di HutanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang