IV

39 7 30
                                    

"Min seojin!" Seorang pria memukul meja makan didepan ku.
"Eh bebek bebek." Latah ku.
"Ahahaha latahan dasar.", pria itu duduk didepan ku.
"Makan es krim mulu, udah gendut juga, liat tu pipinya samape tumpah.", pliss ngaca deh.

"Ada apa pak?" Dia hanya diam, masih fokus kelayar handphone yang ada di genggaman nya.
"Pak?"
"Pak,?"
"Pak Seokjin!" Tekan ku.
"Ha? apa-apa, ada apa?" Tanyanya bingung sambil mencari-cari apa yang ia cari.
"Bapak kesini ngapain?" Tanya ku merendahkan intonasi bicara bermaksud sopan.
"Kamu ngusir saya?", plis udah sopan loh ini.
"Eee, bukan pak, kan aneh aja tiba-tiba bapa nyamperin saya kesini." Jelas ku sambil mengaduk es krim yang hampir mencair.
"Siapa juga yang nyamperin kamu, saya kesini mau beli es juga, emang kamu doang yang boleh makan es krim." Kok bapak nyolot sih.
"Eeee,,,,"

"Eh Seojin!" Aku yang merasa nama ku dipanggil menengok, masih dengan sendok es yang ada dimulut.
"Iya?"
"Kamu tau kasus ini gak?" Pak Seokjin menyodorkan handphone nya ke depan muka ku.
"Pak jangan deket-deket, saya rabun deket pak, jauhin dikit," aku menjauhkan handphone nya dari wajah ku.
"Yeuu, jauh-jauh nanti kangen lagi.", Ih apaan sih?
Dia menjauhkan handphone nya.
"Pantes kamu duduk dibelakang mulu." Katanya sambil menyendok icecream cake yang ada didepanya.
"Owhh, ini, waktu itu viral kan, sampe jadi trending nomer 5 dinever.", Ujar ku sambil mensroll handphone pak Seokjin.
"Ha, iya, gara-gara tuh kasus, lagu saya gagal tenar. Emang kamu ga ikutan ini?" Tanya nya sambil menunjuk layar handphone nya.
"Bapa debut pak?" Tanya ku penasaran, hebat banget, udah tua debut, ga takut encok, agensi mana yang debutin? kereeen.
"Eh, bukan, saya cuman ikut produserin lagu doang, sama temen saya, saya ikutan aja." Ihh dasar ngaku-ngaku.
"Ikut ga kamu?" Tanyanya menyendokan icecream cake ke mulut nya.
"Ikut kemana?" Wah kayanya bakal traktir ni.
"Ikut kemana, ikut kemana, ikut ini ni, kasus ini," ya ellah php ih si bapak.
"Owwwhhh, enggak lah, amit-amit  saya ikut gituan ya, hiww" ucapku sambil mengusap lemak perut.
"Kamu hamil, Seojin??" Tanya pak Seokjin dengan mata melotot.
"Heh sembarang, hamil anak siapa saya?"
"Siapa tau, anak murid saya kan keren-keren semua, liat noh, mereka bikin kasus sampe jadi trending topik dinever." Keren jendul bapak keren. Aku hanya diam.

"Eh, udah perisiapan ujian praktek belom?" Tanya pak seokjin sambil menaruh handphone nya ke saku baju nya.

"Seojin aku mau itu," eh,

"Seojin itu yang itu," dia menunjuk ke arah poster es krim berwarna ungu taro.

"SEOJINNNNN" rengek nya.

"IH APAAN SIH!" Hentak ku membuat pak Seokjin tersedak wafer yang iya makan.

"Eh, kok marah, saya cuman nanya kok, kamu ga mau ikut ujian praktek? Nilai nya tinggi loh," ucapnya sambil ngelus dada.
"Ehh, bu,,bu,,, bukan gitu pak, ehh,saya pamit ya pak," aku berlari dengan menyeret tangan Jimin. Ku bawa ke tempat yang lumayan sepi.

"Kok kamu kesini si? Kan aku bilang jangan keluar kemana-mana?" Mukaku merah karna masih ga enak sama pak Seokjin, pasti dia ngerasa aku membentak nya.
"Heheheh, aku mengikuti mu dari awal kau keluar kamar," jawab nya dengan cengir polos.
"Haduhhh, yaudah lah, mau apa?"
"Yang tadi," dia menunjuk ke arah pak Seokjin, bukan, dia nunjuk ke arah kedai es krim.

"Wei! Matahari mau berganti bulan, kok belom pulang?" Sungguh putis dosen yang satu ini.
"Eee,,, ehehe iya belom pak, tadi in -" omongan ku diputus nya.
"Tadi kamu ngomong sama siapa?" Tanya nya sambil mencari apa yang dia cari.
Aduhh mati aku, "eee,, ssama, sama, sama pohon pak, pohon nya ganteng banget pak, makanya saya ajak ngobrol, siapa tau bakal jadian."
"Ha? Terserah kamu deh, ayo saya anter pulang, apartemn mu yang didepan supermarket itu kan?" Baik banget ni om-om, takut ah, nanti ada maunya lagi.
"Ehh ga usah pak, saya pulang sendiri aja, deket kok," bantah ku.
"Ehh, udah mau malam loh, mau pulang sendri? diculik kalong wewe loh entar." Ih apaan banget sih, emang bocah.
"Hiiih, saya bukan bocah kali pak."
"Udah lah ga usah bantah, ayo!" Dia menarik tangan ku. Ih apaan si narik-narik sokap banget.
"Eh jangan pak, saya juga masih mau ke kedai es krim itu dulu, saya mau ke-"
"Kemana? Kemana? Saya anterin," eh kok jadi creepy gini si.
"Eeinggak, saya mau ke kedai es krim dulu pak hehehe," aku melepas genggaman tangan pak Seokjin.
"Yaudah cepet saya tungguin.", Mati aku.

Jimin : Music BoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang