VIII

13 3 0
                                    

Waktu terus berjalan, berjalan begitu cepat, orang-orang bilang dunia sudah tua. Begitu juga dengan ku, aku ikut menua bersama dunia.

"Saengilchukka Min seojin-sii!!!" Dia orang pertamanya, sampai aku tersadar, jika, dia bukan lah orang. Tapi apa pun bentuk nya Jimin tetaplah Jimin.

"Ingin makan apa lagi?" Tanya ku ke angsa pendek itu.
"Kan kamu yang harus nya berpesta, kok aku yang makan banyak ya?" Tanyanya sembari membaringkan badan nya dilantai apartemen kecil ini.
"Hahahaha, gapapa biar gendut, kan lucu, pendek gembul-gembul gemana gitu." Ujar ku sambil menggelitiki perut Jimin.
"Seojin-ssi!" Dia memanggilku pelan sambil membelai rambut ku yang acak-acakan.
"Iya?" Saut ku.
"Mau tidak ikut dengan ku?" Tanya nya aneh.
"Ikut kemana, jangan bilang mau gombal?" Prasangka ku kepedean.
"Ahahaha, enggak kok, aku bukan si dosen mu itu."
"Ih ga usah bahas bahas si gila itu." Ujar ku melepas tangan Jimin dari rambut ku.
"Permisi, paket," mana ada paket jam 1 pagi.
"Aku tau siapa kau." Aku membuka pintu itu.
"SAENGILCHUKKAAAAAAAAAA MIN SEOJINNNN!!!!!!!!!"
"Eh? Rame banget," tanya ku kaget, bukan karna surprise nya, tapi, banyak sekali yang datang, 3 orang manusia sekligus, ada apa ini? Dan si pak pak pak pak Seokjin jin itu?
"Eheheheheh" dia tertawa saat aku melirik nya sinis.
"Emm masuk lah, tidak ada makanan karna aku tidak tau kalian akan datang." Aku mempersilahkan mereka bertiga masuk.
"Siapa bilang tidak ada makanan," Pak Seokjin mengeluarkan kotak transparan berisi kue mawar berwarna pink.
"Woahhh kalian membawa barang yang sama? Ekhm Seojin-Ssi! Apa layar nya sudah kau pasang?" Ledek noona Haera.
"Ha?" Tanya Yuna sunbae, entah tidak mengerti atau pura pura tidak mengerti.
"Taraa ini untuk mu," noona Haera memberikan kotak putih dengan pita warna sepadan.
"Bukak sekarang dong, buka sekarang!" Sorak Yuna sunbae semangat.
"Argh, aku lapar," kode pak Seokjin menurun kan kepalanya.
"Yasudah nanti saja dibuka nya, sekarang BUKA DULU KUE NYA!!! Yang mana yaa...?" Aku meletakan jari telunjuk didagu selayak nya orang yang bingung memilih.
"INI DULU!" Teriak pak Seokjin dan Yuna sunbae bersama.
"Ahh dua dua nya deh, sebentar aku ambil pisau." Aku bangun dari duduk ku hendak mengambil pisau, "ehh ini ada pisau nya kok." Ujar Yuna sunbae mengambil pisau yang ada didalam kotak kue nya.

Setelah setengah potong kue milik pak seokjin dan setengah kue milik Yuna sunbae habis, dan beberapa kaleng soda berserakan noona Haera menyuruh ku membuka kotak putih yang ia berikan.

Setelah setengah potong kue milik pak seokjin dan setengah kue milik Yuna sunbae habis, dan beberapa kaleng soda berserakan noona Haera menyuruh ku membuka kotak putih yang ia berikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Woahhh snowball, huhuhuhu, indah nyaa," aku terus memuji hadiah pemberian noona Haera.
"Kau suka?" Pertanyaan yang tak patut ditanyakan, entah mengaoa aku sangat menyukai benda benda seperti ini.
"Aku melihat ada kotak musik tua yang ada didalam kamar mu," ujar noona Haera Jimin yang sedaritadi duduk dipojok meja Tv pun melirik.
"Tadinya aku ingin membelikan barang yang sama, karna kurasa itu sudah rusak, tapi tidak ada barang model seperti itu di tokon yausudah, sebagai gantinya aku belikan snowball ini, oh ya kenapa kau terus menyimpan kotak musik itu? Aku kasiahan meliaht angsa nya, kepala nya hilang." Ujarnya, aku dan Jimin terus bertatapan.
"Hei! Min seojin!" Panggil noona Haera.
"Hah? Apa?" Saut ku
"Melamun!" Tegas nya.
"Hehehehe." Pekik ku.

Jimin : Music BoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang