Chapter 3

11.8K 521 9
                                    

Perhaps Love | Chapter 3

Playlist: Zayn - Pillowtalk

=-=

Pesta ulang tahun Lizzy sama seperti kebanyakan pesta ulang tahun anak kecil lainnya, penuh dengan balon, cup cake dan jangan lupakan beberapa badut yang senantiasa menghibur anak-anak.

Namun bukan Riza namanya jika tidak melebihkan sesuatu hal, mama tiri Kyra ini menyiapkan wahana permainan yang hampir memenuhi lantai satu rumah ini.

Kyra sudah layaknya berada di sebuah taman rekreasi daripada rumah sekarang, apalagi kini dia sangat bosan sekali karena hanya bisa menyandar di tembok sembari menatap para anak-anak yang berlarian tanpa melakukan hal apapun.

Kyra sudah layaknya berada di sebuah taman rekreasi daripada rumah sekarang, apalagi kini dia sangat bosan sekali karena hanya bisa menyandar di tembok sembari menatap para anak-anak yang berlarian tanpa melakukan hal apapun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Oh ayolah, dia punya pekerjaan selain menatap banyak bocah yang mungkin memiliki peringai lebih menyebalkan dari Lizzy.

Suara dentuman keras sedikit menghentakkan Kyra, dia memang sudah menyiapkan mental sebelumnya karena pesta kembang api akan dimulai namun tetap saja jika mendengar suara keras seperti tadi semua orang termasuk dirinya pasti akan terkejut.

Kyra menatap kearah luar, kini langit malam tanpa bintang terhiasi dengan berpuluh kembang api. Sungguh berlebihan dan Kyra benci hal itu, bahkan saat tahun baru saja Kyra memilih untuk berada di kamar, menghidupkan musik jazz dengan keras untuk meredam suara dentuman keras tersebut. Untung saja keluarganya akan berpergian ke luar kota ketika tahun baru tiba.

"Merasa bosan?"

Kyra menoleh kearah samping, mendapati sosok pria tengah menyandarkan tubuh didekatnya, cukup dekat hingga Kyra terpaksa harus menjauhkan tubuhnya beberapa centi dari pria itu.

"Aku sedikit tidak cocok dengan anak-anak," ungkap Kyra jujur, dia tersenyum tipis pada pria asing ini, "Kamu salah satu orang tua dari teman Lizzy?"

Pria itu menggeleng pelan, "Aku hanya menemani keponakanku kemari."

Kyra menatap bingung ketika melihat pria itu kini menaikkan tangan hendak bersalaman dengannya.

"Namaku Aksa, jika kamu ingin tau."

"Kyra," balasnya kemudian membalas jabat tangan Aksa, "Senang menemukan teman sepertimu."

"Sepertinya tidak nona Abiyatama, aku tidak akan menjadi temanmu," bisik Aksa membuat Kyra semakin menjauhkan diri dari pria itu, namun siapa sangka jika Aksa menyadari perubahan sikap dari gadis yang satu ini dan makin mendekatkan diri.

"Benar juga, kita baru bertemu hari ini." Kyra berusaha sesantai mungkin, tangannya tergerak mengambil segelas minuman yang disajikan pelayan yang berlalu lalang menawarkan, "Aku tidak menyangka jika kamu suka memilih teman."

"I am."

Kyra terdiam bingung ingin mengucapkan apa, pria ini sedikit menutup diri sepertinya.

"Tidak apa jika kamu tidak ingin menjadi temanku," ucap Kyra setelah meneguk habis minumannya, sedikit aneh karena rasa terbakar sangat terasa di tenggorokan Kyra selepas menaruh gelas tersebut di sebuah meja.

"Kamu tidak ingin berusaha?"

Dahi Kyra mengerut, "Berusaha untuk apa?"

"Mendekatiku mungkin."

Kyra terkekeh, dia berjalan mendekat kearah Aksa kemudian kembali ke posisi awal, menyandar pada tembok, "Apakah kamu seorang penggoda?" tanyanya sembari mengerlingkan mata.

"Apakah aku terlihat seperti seorang penggoda?"

"Ya, sangat terlihat jelas." Kyra mengedipkan matanya beberapa kali tepat dikala kepalanya mulai merasakan pusing, "Kamu terihat sedang menggodaku."

"Setiap wanita memiliki pandangan yang berbeda dalam mengartikan godaan pria, beberapa wanita bahkan terlalu cepat menganggap bahwa mereka sedang digoda walaupun nyatanya tidak."

Kyra memejamkan matanya perlahan, ada yang aneh pada tubuhnya. Bukan hanya kepala saja yang pusing namun kini seluruh tubuhnya mulai terasa panas.

Tubuh Kyra hampir merosot jatuh ke lantai jika Aksa tidak meraih pinggangnya, dengan gerakan refleks tangan Kyra mengalung pada leher Aksa.

"Aku tidak menyangka obatnya bisa bekerja secepat ini."

"Obat apa yang kamu maksud?"

Oh tidak, bahkan Kyra masih sempatnya bertanya ketika hawa panas di tubuhnya berganti dengan gairah. Sebuah gejolak nafsu ingin menyentuh setiap lekuk tubuh pria dihadapannya muncul seketika.

Ada apa dengan dirinya? Kyra belum pernah merasakan sensasi sehebat ini ketika tangannya menyentuh permukaan rahang Aksa dengan lembut, menghantarkan wajahnya untuk lebih mendekat pada leher Aksa yang terbuka.

"Kita harus berpindah tempat, sweet. Tidak baik jika anak-anak melihat kita seperti ini."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Perhaps LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang