Chapter 10

9.8K 460 2
                                    

Hell no!

Siapa sangka disaat Kyra bangun dari tidur, menyambut pagi yang terasa dingin ini, hal pertama yang dia tatap setelah keluar dari kamar adalah kesibukan orang-orang yang tengah menghias rumah ini layaknya seperti tempat diadakan sebuah pesta pernikahan. Oh ayolah, bahkan dirinya muak ketika Elizabeth berteriak kegirangan kesana-kemari seolah menyambut hal yang Kyra anggap tidak biasa ini.

Benar juga, pertunangannya dengan Aksa diadakan besok dan sudah semestinya kediaman ini dihias sebagus mungkin. Tidak lucu bukan disaat pertunangan berlangsung dan banyak yang menyaksikan malah tempat pengadaannya terasa biasa saja.

Kyra mengeratkan jubah tidur yang menutupi gaun tidurnya yang berbahan katun berwarna putih ini. Debaran di jantungnya mulai terasa tatkala membayangkan berlangsungnya acara besok. Bagaimana Kyra menghadapinya? Ah, sensasi ini sama persis seperti disaat ayahnya menikah lagi dengan sosok yang tidak dia kenali.

Menghentikan pertunangan ini pun percuma karena nyatanya Aksa terlihat sangat antusias untuk melanjutkan.

Seseorang memeluknya dari belakang membuat Kyra lantas tersentak karena terkejut, namun beberapa saat kemudian rasa terkejut itu berganti dengan rasa muak ketika orang tersebut bersuara.

"Senang melihat wajah bangun tidurmu lagi, sweet."

Aksa Abimanyu, pria yang telah sah menjadi salah satu orang di list manusia yang patut Kyra jauhi keberadaannya. Pria brengsek yang sialannya akan menjadi tunangannya besok sejak pertemuan pertama terus saja berada di dekat Kyra bagaikan parasit yang mengganggu.

"Kamu kelihatan gak senang dengan dekorasinya, apa perlu diubah?"

Kyra menggeleng, dengan perlahan dia melepaskan tangan Aksa yang merangkul pinggangnya kemudian berbalik badan menatap pria itu. "Tidak perlu diubah karena mau sebagus apapun dekorasinya, pendirianku masih saja sama. Aku masih tetap menolak pertunangan ini dilangsungkan."

"Kamu harus sadar jika pendapatmu tidak berlaku untuk sekarang dan juga nanti." Aksa mencium dahi Kyra lembut, seolah dengan ciuman bisa melunakkan wanita ini agar sedikit lebih jinak. Ayolah, memang sangat sulit untuk menggapai Kyra, bahkan setelah ciuman yang diberikan Aksa barusan Kyra malah mundur sedikit ke belakang sembari menatap aneh kearah Aksa.

"Berhenti menciumku tanpa izin."

Aksa terkekeh. "Ayolah, yang tadi itu hanya ciuman di dahi, kita bahkan belum berlanjut ke ciuman---"

"Pervert!"

"Hanya padamu."

Benar-benar, belum bertunangan saja Kyra sudah sepusing ini menghadapi Aksa apalagi setelah bertunangan kemudian berlanjut ke pernikahan. Tidak, pertunangan memang tidak bisa dielakkan olehnya namun perkara pernikahan lain lagi, jika mereka belum sepenuhnya saling mencintai maka Kyra akan berusaha untuk menggagalkan.

Teriakan kecil sontak membuat Kyra terpaksa mengalihkan tatapan pada Lizzy yang secara tiba-tiba memeluk tubuh Aksa. Tanpa disangka mama tirinya dan juga papanya datang menghampiri mereka. Ayolah, Kyra tidak tahan melihat raut bahagia dari mereka berdua saat menatap Lizzy yang kini digendong oleh Aksa.

"Papa tidak menyangka kamu langsung kemari," papanya menghampiri Aksa lalu beralih menggendong Lizzy yang terlihat kegirangan.

"Maaf gak kabarin papa."

Papa?

What the--.

Pendengaran Kyra yang terganggu atau memang Aksa yang salah berucap.

"Oh iya, Aksa punya sesuatu untuk mama."

Oh tidak, rasanya Kyra ingin sekali  memukul kepala Aksa agar pikiran pria itu tidak ngawur. Bukan hanya papa tapi Aksa berani memanggil Riza mama? Dia saja bahkan tidak sering memanggil nenek sihir itu dengan panggilan mama.

Perhaps LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang