Perhaps Love | Chapter 5
Playlist: Hailee Steinfeld, BloodPop - Capital Letters
=-=
Dengan cepat Kyra menarik tangan Aksa membawa pria itu menuju kearah tempat yang sedikit jauh dari jarak orang tua mereka duduk. Sungguh, Kyra sudah tidak peduli dengan tatapan kebingungan yang ditampakkan oleh orang tua mereka ataupun tata krama yang harus dia tampakkan.
Suatu kenyataan menghantam Kyra langsung ditempat.
Kyra dan Aksa dijodohkan dan acara pertunangan mereka akan berlangsung seminggu lagi, Bayangkan begitu kalutnya Kyra mendengar hal itu, pria yang ingin dia jauhi tiba-tiba melompat masuk dalam kehidupan Kyra dan mengikatnya dalam bentuk tali pertunangan.
Hell?!
"Kenapa kamu gak menolak?" tanya Kyra selepas mereka sampai di dekat pintu toilet.
Aksa hanya tersenyum dengan punggung yang bersandar di tembok, pria itu menikmati raut wajah marah Kyra bagaikan tengah menikmati aksi lawakan badut hingga mengharuskan Aksa menahan tawa.
"Haruskah aku menanyakan hal yang sama?"
Kyra terdiam, dia punya alasan tidak melawan dan hanya memutuskan bernegoisasi dengan Aksa disini. Papanya sejak tadi mengawasi Kyra dan Kyra tentu saja sangat mengetahui jika melawan pertunangan ini maka dia akan siap dengan hukuman yang didapatkannya.
Kyra menghela nafas kemudian kembali menatap kearah Aksa.
"Aku minta kamu menolaknya."
"Jika aku menginkannya, apa yang akan kamu lakukan?" Aksa menarik pinggang Kyra agar mendekat kearah tubuh pria itu, sungguh sadari tadi Kyra terlihat menjaga jarak dari Aksa membuat pria itu sedikit geram.
"Jangan menyentuhku!" Kyra berusaha memberontak sembari tatapannya berkeliling melihat siapa saja yang melihat mereka dengan cemas.
Kalau digrebek bisa berabe urusannya, batin Kyra.
"Please Aksa, lepaskan!"
"Aku setuju dengan pertunangan kita dan kamu tidak punya kuasa untuk melawan, bukankah ini adalah kombinasi yang cukup menarik," bisik Aksa tepat di telinga Kyra membuat wanita itu secara langsung bergedik dan tanpa sadar mencengkram kerah kemeja Aksa.
"Aku sangat merindukanmu, Kyra." wajah Aksa berpindah dari telinga menuju leher Kyra, menyesap perlahan hingga terlihat bercak kemerahan yang kentara.
"Aksa please"
"Please what?" tanpa menghentikan ciumannya tangan Aksa mengelus punggung Kyra menghantarkan gelenyar aneh dalam tubuh gadis itu.
"Ini di tempat umum."
"Aku tau."
"Kita dilihat oleh anak kecil."
"Biarkan saja."
"Aku serius."
"Biarkan."
"Aksa!"
Kyra mendorong tubuh pria itu tepat ketika seorang anak kecil mendekat kearah mereka. Melihat hal itu Aksa hanya tersenyum tanpa ada sedikitpun malu, berbanding dengan Kyra yang kini wajahnya memerah bak kepiting rebus.
"Kak Kyra kenapa?"
Oh tidak Lizzy, bibir Kyra kini bahkan bergetar karena tidak tau ingin mengucapkan apa.
"Lizzy lihat kak Kyra digigit, banyak merah-merah disana." tangan mungil Lizzy mengarah menuju leher Kyra.
Sontak saja Kyra langsung masuk ke toilet, memeriksa bekas kemerahan yang dimaksud Lizzy dan benar saja, dalam waktu singkat Aksa sukses membuat bercak kemerahan yang cukup banyak di sekitaran leher dan bahu Kyra, lebih sialannya lagi pakaian yang dikenakan Kyra sangat terbuka dibagian bahu sehingga cukup jelas bercak ini dilihat banyak orang, tidak terkecuali keluarga Abimanyu dan juga keluarganya.
Apa yang harus dilakukannya dengan bercak sialan ini, Kyra tidak punya banyak ide untuk menutupi hasil karya Aksa yang menghiasi bagian tubuhnya.
Pulang?
Itu ide yang sangat bagus, namun uang yang dimiliki Kyra berada dalam tas yang tertinggal di meja makan. Tidak mungkin juga Kyra membayar supir yang mengantarnya dengan menggunakan dedaunan.
Kyra bukanlah suzzana walaupun pada nyatanya dia ingin sekali menghantui Aksa hingga pria itu kabur dari hidupnya.
Suara derit pintu membuat Kyra menoleh hingga mendapati sosok Aksa masuk, pakaian pria itu terlihat sudah rapi dan tidak acak-acakan seperti sebelumnya. Terlebih lagi Aksa kini menyampirkan sebuah jas ke bahu Kyra, membuat bekas kemerahan yang ada disana sedikit tertutupi.
"Untung saja aku punya persediaan jas di mobil."
"Ini semua karena perbuatanmu."
"Ayo pulang, aku akan mengantarmu."
Kyra mengerutkan dahi,"Bagaimana dengan orang tua kita?"
"Mereka sudah terlebih dahulu pulang."
"Aku bisa pulang sendiri, dimana tasku sekarang?"
"Tas kamu sudah dibawa oleh mama Riza."
Mama Riza katanya? sungguh konyol sekali, bahkan Kyra sendiri tidak pernah memanggil Riza dengan sebutan mama.
"Kamu sepertinya sudah akrab dengan si mak lampir." Kyra melangkah keluar dari toilet dengan Aksa yang mengikutinya dari belakang.
"Apakah mak lampir yang kamu maksud itu mama Riza?"
Kyra menoleh menatap Aksa yang tanpa dia duga sudah berada disampingnya, dengan diiringi kekehan geli Kyra berucap, "Dia bukan orang tuamu."
"Tapi dia adalah orang tuamu."
"Sepertinya kamu melewatkan fakta jika aku tidak lagi memiliki mama."
"Tidak, aku tidak melewatkan fakta bahwa mama Karin sudah meninggal."
Langkah kaki Kyra terhenti, "Kalau begitu berhenti memanggilnya dengan panggilan mama. Karena sejak dulu dia tidak pantas menyandang panggilan itu, bahkan dia tidak pantas untuk berada di posisi yang sama seperti mama." Kyra tidak bisa menghentikan bibirnya yang bergetar saat berucap.
"Pesankan aku taksi, aku ingin pulang sendiri," telak, Kyra menyerahkan jas Aksa ketika mereka sudah berada diluar restaurant.
Dia sudah tidak tahan lagi ingin menangis dan untuk sekarang Kyra tidak mau Aksa melihat sisi kerapuhannya yang satu ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perhaps Love
RomanceKyra Abiyatama, seorang cinderella pemberontak bertemu dengan Aksa Abimanyu untuk pertama kali di pesta ulang tahun Lizzy, adik tiri Kyra. Rencana pertunangan langsung dirancang oleh orang tuanya tanpa dia ketahui sebelumnya. Namun ada yang aneh dar...