.
.
."Ren, this is your room. Kalo butuh bantuan just ketok my room, oke? Yang ada di ujung," Ucap Mark sambil senyum manis. Jarinya menunjuk ke arah kamar di ujung koridor lantai 2.
Rena ngangguk-ngangguk aja. Bingung sama ucapan Mark yang multilingual dan masih risih sama Haechan yang dari tadi narik-narik rambutnya.
"Ya udah, mandi dulu sana. Abis itu keluar buat persiapan makan malam," sahut Jeno senyum-senyum sampe matanya tinggal segaris.
Hehe, ganteng.
Rena ngangguk (lagi) sambil senyum, "iya mas," jawabnya.
Waktu Rena mau masuk ke kamar, dia kejengkang ke belakang karena Haechan gak sengaja narik rambutnya kenceng.
Rena njerit. Kepalanya kejedot sama lantai. Dia meringis. Masih mengaduh kecil sambil ngusapin kepalanya.
"Lah kok bisa jatuh sih? Kan gue nariknya pelan," heran Haechan.
Chan, lama-lama gue jedotin nih pala lo :)
Rena mulai nangis. Membuat ketujuh kakaknya itu langsung mendekat sambil nenangin Rena.
"Aduh mampus, bunda pasti ke sini," gerutu Chenle.
"ih, elo sih mas," sinis Jisung sambil ngedorong Haechan yang cengengesan.
"Ya maap," kata Haechan sambil ngegaruk tengkuk.
Jaemin malah dengan begonya teriak, "BUNDAAAA!! ECHAN BIKIN RENA NANGISS!!"
Renjun ninju lengan Haechan, "mampoz pake z," katanya sambil ketawa.
Gak lama setelah itu Irene dateng, dengan apron masih nempel di badannya. "Aduh, ya ampun... kalian apain Rena?" Tanyanya terus ngebantu Rena berdiri.
Jaemin dan Renjun dengan wajah tanpa dosa langsung nunjuk Haechan. "Si Echan bun," kata mereka mengadu.
Si Haechan gelagapan ketika Irene langsung ngasih tatapan mengintimidasi.
Dibilangin Mak Irene itu galak, kok ngeyel.
Rena yang masih sesenggukan menggeleng, "enggak bunda, tadi Rena cuma gak sengaja kesandung terus jatuh," ucap Rena.
"Beneran bukan karena Haechan?" Tanya Irene nggak percaya, terus dijawab anggukan oleh Rena.
Irene menghela napas, "ya sudah, bunda lanjut masak ya?"
Setelah bunda pergi, si Haechan langsung menghela napas lega. Yang lain cuma natap Haechan sinis.
"Ya elah Rena, biarin kek si Haechan dimarahin," kesal si Chenle. Haechan langsung ngumpat kasar dan nabok kepala Chenle.
Lalu berlanjut dengan mereka berdua tubir gak jelas.
Renjun ngehela napas, geleng-geleng. Terus ngedorong Rena buat masuk ke kamar.
"Kak Renjun, kamar mandinya dimana?" Tanya Rena. Si Renjun nunjuk pintu di pojok kamar, lalu beranjak keluar dari kamar sambil nutup pintu kamar.
•°•°•
Rena keluar dari kamarnya, bertepatan dengan Jaemin yang juga keluar dari kamar yang berseberangan dengan kamar Rena.
Rena ketawa waktu liat papan kecil yang menggantung di pintu kamar Jaemin.
Gimana gak ketawa kalo tulisannya kayak gini:
'Kamar Mantannya Park Shin Hye'
Jaemin yang ada di depannya mengernyit bingung, "lo ngetawain apa?" Tanya Jaemin bingung.
Rena masih ketawa, jarinya nunjuk ke arah papan kecil di pintu kamar Jaemin. "HAHAHAHAHA, apaan dah mantan park shin hyeㅡ BWAHAHAHAHA"
Jaemin cemberut, lalu menoyor kepala Rena. "Ck, udah belom ketawanya? Yok ah ke bawah, mau makan malem." decak cowok itu merangkul Rena lalu turun ke bawah.
"Ren, sini!" Haechan yang duduk di salah satu kursi di sekitar meja makan pun melambaikan tangan pada Rena.
Hm, pencitraan :)
Jaemin yang masih ngerangkul Rena hanya menatap Haechan sinis, "halah, sono lo. Ini adek gue," kata cowok itu lalu mendorong Rena menuju kursi di sebelah kursinya.
Jaemin memang ingin sekali punya adik perempuan. Saat Irene mengandung Chenle, Jaemin jadi rajin berdoa dan berharap adiknya nanti perempuan. Tapi malah Chenle yang lahir.
Suho cuma ngehela napas lalu kembali menyesap kopinya.
"Ekhm," Irene berdeham, memulai percakapan. "bunda sama ayah mau ngomong."
Renjun sama Jeno diem ngedengerin, Mark sibuk nyuri-nyuri semangka potong bagiannya Haechan, sementara Jaemin sama Haechan masih ribut soal adik perempuan.
Gak tau deh faedahnya apa,
Rena diem, nggak mau ikut campur karena ya doi masih baru di keluarga ini cuy, masa iya mau langsung nimbrung sok akrab?
"Kenapa bun?" Tanya Renjun. Wajahnya masih seger karena habis ke masjid bareng Suho sama Jeno. Yang lain nggak ikut soalnya masih mabar.
Irene noleh ke Renjun, "ngurusin aset-aset milik perusahaan kakek di Singapura. Makanya kalian harus jaga diri, jangan suka kelayapan." ujar Irene.
Suho manggut-manggut, "iya, nanti ayah nyuruh bibi biar ngurusin kalian," lanjutnya.
"Lama gak yah?" Tanya Jeno yang dari tadi diam menyimak.
Suho menggeleng, "nggak terlalu sih, paling cuma tiga bulan, hehe.." jawabnya cengengesan.
"YA ITU JUGA LAMA AYAHKU SEYENK! AWAS AJA KALO NANTI PULANG-PULANG BUNDA MBELENDUNG LAGI PERUTNYA" Ini Haechan yang ngomong.
Rena diam, ngehabisin makanannya yang ditambahin lauk pauk banyak banget sama Jaemin.
"Mas, udahan dong, gue kenyang," bisik Rena ke Jaemin. Mereka ngobrolnya bisik-bisik karena Suho masih ngomong sama anak-anaknya.
Jaemin nyengir, lalu ngegeser piringnya yang udah kosong. "Sini bagi makannya," katanya sambil narik kursi mendekat ke arah Rena.
Mereka berdua makan bareng sambil nontonin ayah mereka lagi memimpin obrolan.
"Ayah sama bunda usahain biar bisa pulang cepet, kalian jaga rumah ya," ujar Irene tersenyum.
Mark mengangguk, "ayah sama bunda berangkat kapan?" Tanya Mark.
"Besok," jawab Suho singkat.
"E BUSET AYAH," si Jisung langsung melotot.
Haechan memelas, "uang jajan echan gimana???" Tanyanya.
Irene menyentil kening Haechan, "ck, ditransfer." jawab Irene. Haechan bernapas lega.
"Yaudah di lanjut makannya," ucap Suho mengakhiri obrolan.
•°•°•
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Kakak || NCT Dream
Fanfiction[SUDAH TERBIT] Gimana sih rasanya jadi adik di kehidupan mereka?