Kisah Oleh Nova Noor Aisyah - Part 1

74 9 0
                                    

Agustus

Sebuah pertemuan tak terduga yang pada akhirnya tidak diharapkan, tapi disyukuri dengan segenap hati.

Agustus, bulan yang awalnya penuh dengan harapku yang baru. Memulai hidup baru, itu yang aku inginkan di awal bulan ini. Aku ingin lepas dari aku yang sebelumnya. Aku yang bodoh, aku yang kadang manja, aku yang lemah menghadapi dunia, aku yang tidak aku inginkan. Aku ingin bulan ini menjadi awal yang baru untuk segala hal. Menjadikan aku yang baru dan lebih baik. Sebuah resolusi di awal bulan. Begitulah.

Kaki ini mantap menginjak dunia yang baru. Paru-paruku siap terisi udara kota yang asing. Telingaku siap mendengar long-longan anjing lebih keras. Aku siap untuk memperkuat diriku.

Agustus, bulan yang awalnya penuh dengan ambisi hidup, yang di dalamnya tidak ada cinta. Karena cinta sudah mati bagiku. Dia terkurung dalam diriku yang paling dalam. Dia tertidur dalam diriku dan aku tidak berniat membangunkannya sama sekali.

Bulan ini, bulanku untuk memenuhi semua ambisiku.

Itu semua sebelum aku bertemu dengan kamu. Kamu yang telah membuatku terbang setinggi-tingginya. Kamu juga yang telah membuatku jatuh serendah-rendahnya. Patah. Remuk. Hancur. Hampir tak bersisa, hanya debu harap dan remahan hati yang keras kepala.

Bertemu denganmu adalah hal yang tidak pernah ku harapkan sebelumnya. Menjadi dekat denganmu adalah hal yang tak pernah ku kira sebelumnya. Dan, jatuh cinta padamu adalah hal yang tidak bisa aku antisipasi.

Cinta yang selama ini tertidur bangun meronta minta dilepaskan dari dalam diriku. Pada awalnya, aku menolak. Aku memaksa dia untuk kembali tidur. Mengurungnya. Namun, kamu berhasil membuat dia memberontak padaku. Membuatnya terjaga sepenuhnya dan berhasil kabur dari tawananku. Dia bebas. Bebas untuk mencoba menggapaimu. Dan aku, aku tidak mampu lagi untuk menahannya.

Aku diam di pintu penjara ini, melihat dia yang terbang mengejarmu. Aku menatapnya penuh doa. Penuh harap. Semoga dia tidak terluka dan hancur seperti sebelumnya.

Selagi melihatnya terbang mengejarmu, aku mulai memperbaiki penjara ini untuknya nanti. Rantai yang rusak ku perbaiki secara perlahan. Besi yang patah ku tempa ulang untuk menyatukannya lagi. Butuh waktu lama untuk memperbaiki penjara ini. Aku harap, waktuku cukup untuk mempersiapkan semuanya sebelum dia kembali lagi nanti.

Wahai cinta, terbanglah bersama hatiku. Terbanglah setinggi mungkin. Di sini, aku bersama logika sedang mempersiapkan segalanya. Semoga kau dan hati mampu membawa kabar baik. Jangan sampai terluka parah lagi.

Aku baru setengah jalan memperbaiki rantai untuk mengikat cinta ketika dia kembali membawa kabar baik.

"Dia membuka hatinya untukku," katanya sumringah. Aku tersenyum simpul dan menatapnya.

"Kau yakin? Em. . . apa kau tidak ingin kembali ke sini?" tanyaku.

Dia menggeleng dengan keras, "tidak! Aku tidak ingin kembali ke dalam sana. Dan, untuk apa aku kembali ke sana ketika dia membuka lebar pintu hatinya untukku? Aku hanya perlu masuk dan menyapa cintanya."

Aku tersenyum lagi, "hatinya bukan tempat yang aman untukmu. Kembali lah ke sini. Aku berjanji tidak akan merantaimu. Jadi, aku mohon kembali lah," kali ini aku memintanya dengan sungguh-sungguh. Demi kebaikannya. Demi kebaikanku.

Dia menggeleng sebelum kembali terbang mengejar kamu yang katanya telah membukakan gerbang hatimu untuk cinta dan hatiku.

Semoga kamu tidak terluka, hanya itu yang mampu terucap dalam harapku. Aku kembali membenarkan rantai ini.

Aku yang terlalu fokus untuk memperbaiki rantai dan penjara ini hampir lupa mendatangi cinta dan hatiku yang sedang mencoba memasukimu. Hampir lupa memperingati agar berhati-hati dan membujuk cinta dan hatiku untuk pulang.

CERPEN MY STORY WORLD 2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang