🍁3🍁-obsidian

4.9K 500 35
                                    

Cklek

"Aku pulang." Salam Taehyung pada rumah kecilnya. Ia berjalan gontai dalam rumahnya yang jauh dari kata mewah. Hidupnya serba kekurangan.

Mengingat sosok ayahnya yang mengalami gangguan mental dan pergi tanpa jejak terlepas sekolah pindahannya. Ayahnya nyaris saja menjual harga dirinya yang mana saat itu ia tengah berusia 14 tahun. Apa saja dilakukan demi menutupi kehidupan keluarga mereka yang serba kekurangan. Masih menjadi keberuntungan Taehyung semata, ibunya menentang perlakuan kasar sang suami terhadap putranya. Tidak jarang sepulang sekolah Taehyung mendapati kedua orang tuanya itu bertengkar hebat, berbagai perlakuan kasar dilakukan oleh ayahnya terhadap ibunya. Hingga pada saat itu Taehyung dihadapkan dengan perubahan besar pada kebiasaan ayahnya, pulang larut malam dalam kondisi mabuk, Taehyung tidak habis pikir entah uang darimana ayahnya mampu membeli minum-minuman itu.

Hanya isak tangis yang dapat Taehyung berikan, sungguh ia tidak mengharapkan kekayaan dalam kecukupan. Ia hanya berharap keluarga kecilnya mampu bertahan bahagia, berharap kedua orang tuanya tersenyum bangga melihatnya sukses dalam pendidikan dan pekerjaan. Sungguh Taehyung hanya menginginkan hal sederhana sebagaimana kehidupan normal.

Pada nyatanya takdir sedang tidak ingin berpihak padanya, Taehyung mendapati sosok ayahnya yang tidak pulang hampir berminggu-minggu, hingga Taehyung memang telah kehilangan sosok ayahnya itu dalam ketiadaan kabar yang diterimanya.

Tidak lama setelahnya, Taehyung kembali mendapati pukulan dimana ibunya sakit keras, sebagai anak tunggal Taehyung berkewajiban untuk merawat ibunya seorang diri. Dengan bekal harta seadanya, Taehyung membawa ibunya menuju rumah sakit sementara ia mulai membagi waktunya antara sekolah dengan mencari pekerjaan. Tuhan memberkatinya, Taehyung resmi diterima bekerja menjadi tukang cuci di sebuah restoran yang cukup ternama di kotanya. Hanya dengan bekal dari penghasilannya, ia mampu membiayai pengobatan ibunya.

Taehyung pun semakin giat dalam belajar, ia mencoba mengikuti beberapa ajang olimpiade dalam rangka membahagiakan ibunya, orang tua satu-satunya yang pada saat itu penyakitnya semakin buas menggerogotinya. Setelah nama Taehyung cukup dikenal pada majalah sekolah atas prestasinya, lelaki berparas malaikat itu pun berniat untuk pindah sekolah menuju daerah yang lebih dekat dengan tempat tinggalnya. Ia mengambil jalur prestasi atas kepindahannya dan menjadi keberuntungannya ia diterima. Taehyung sangat senang. Menjadi sebuah pertanyaan baginya mengapa ia tidak bersekolah di tempat itu sejak awal pendaftaran siswa baru?

Taehyung mengingat akan pesan ibunya, sekolah itu memang terkenal juara dalam melahirkan lulusan generasi jenius. Namun, pergaulan dalam sekolah itu seakan menghancurkan siapa saja yang dirasa tidak mampu dalam bersaing secara sosial di dalamnya. Kini Taehyung mengerti, jelas begitu mengerti. Apa yang ia rasakan saat ini terbukti benar atas ucapan ibunya.

Cklek

Taehyung menjatuhkan tubuhnya diatas ranjang sederhana miliknya. Membenamkan paras indahnya pada bantal. Membiarkan beberapa tetes air mata menggelincir indah pada kedua pipinya.

"Hiks." Isak lelaki 17 tahun itu lirih. Mengingat kejadian dimana kematian ibunya telak mengiris sisa-sisa kebahagiaan dalam hidupnya.

Setelah sepersekian saat pemuda itu menangis, kurva bulu mata cantiknya mengayun sendu. Terasa berat hingga mimpi indah menjemputnya hingga pagi.

~o0o~

Priit

Drap drap drap

"Giliranmu, Jennie!"

Priit

Drap drap drap

Sidewalk Cracks (NamTae) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang