🍁13🍁-miranda

3.3K 337 48
                                    

Termakan 1 minggu menjelang perpisahan. Menjalani perkuliahan dengan normal, satu poin perubahan terlepas lantunan meminta izin sosok Kim Namjoon beberapa minggu lalu, Taehyung jadi sering melewatkan sarapannya. Bahkan tubuhnya saat ini dapat dibilang lebih kurus dari biasanya. Satu alasan kuat dimana Taehyung jauh dari kata sering untuk memasukkan makanan ke dalam perutnya, ia tidak jarang merasakan mual. Banyak dari teman-temannya yang mengatainya sedang menjalani diet, tentu tidak. Hal seperti itu tidak masuk dalam kosakata kamus kehidupan sesosok Kim Taehyung.

~o0o~

Tok tok tok

"Taehyung kau di dalam?"

Mendapati tidak sedikitpun respon dari dalam, maka Namjoon mencoba membuka gagang pintu.

Cklek

"Tidak terkunci?" Gumamnya sebelum memasuki rumah sederhana sang kekasih.

Tap tap tap

"Sayang? Kau dimana?"

Tidak satupun sosok yang dicarinya tertangkap mata, maka Namjoon kembali menyuarakan panggilannya dengan volume yang lebih keras sebelum satu suara berasal dari kamar mandi, merampas atensi sepenuhnya.

"H—hoek,"

Maka kerutan bersama terangkatnya busur alis itu dibuat bertanya, sebagaimana suara muntahan dari kamar mandi yang terkunci jelas terdengar untuk sepasang indra pendengarannya.

Cklek

Begitu pintu kamar mandi terbuka, Namjoon dibuat sedikit menahan nafas. Pasalnya ia takut apabila Taehyung akan mengamuk perihal kehadirannya disini.

"A-apa yang kau lakukan disini hyung?"

"Tentu saja mendatangi kekasihku."

Taehyung diam. Sepasang obsidian beningnya teralihkan dengan objek lain. Begitu Namjoon mengambil langkah mendekat, maka satu langkah diambilnya mundur. Begitu seterusnya, hingga dapat Taehyung rasakan dingin permukaan dinding menempel di punggung sempitnya.

"A-apa yang kau lakukan hyung?"

Begitu pertanyaan itu dilantunkan, maka denyut jantung sang pria teriris begitu menyakitkan. Taehyung bertingkah seakan keduanya tidak saling mengenal.

"Kau bertanya seperti itu seolah-olah aku adalah pria asing bagimu." Namjoon berujar lirih bersama wajahnya mengiba.

Sementara Taehyung kembali diam untuk sejenak, lalu langkah kakinya tergerak melewati pria jangkung di hadapannya, dengan tujuan mengunci dirinya dalam kamar. Namun pergerakan langkahnya terhambat kala dirasa pergelangan tangannya ditarik, berakhir dengan tubuh kecilnya jatuh dalam pelukan yang selama satu minggu dirindukannya.

"Lepaskan, jangan menyentuhku!" Taehyung berontak dengan Namjoon yang terpaksa melepaskan pelukannya.

Namjoon kembali merasakan beban di kedua bahu lebarnya, kala dilihat kekasih manisnya ini mulai menangis.

"Tae, aku pun demikian. Kau pikir, aku meninggalkanmu karena keinginanku sendiri? Kumohon mengertilah."

Bodoh. Namjoon merutuki kebodohannya. Pada seharusnya disini tidak ada pihak yang disalahkan. Namjoon sedang menjalani dua pilihan tersulitnya, maka pilihan terbaik baginya adalah dengan meninggalkan untuk sejenak saja. Sungguh jika saja Taehyung bukanlah kekasihnya, maka Namjoon akan menuntut pengertian secara besar-besaran perihal masa sulitnya.

Sidewalk Cracks (NamTae) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang