🍁15🍁-kopi

3K 316 109
                                    

Dentum musik mengiringi suasana, dengan sesosok pria sebagai salah satu yang berada di dalamnya, street club dengan nama yang cukup bergengsi di LA.

Terlihat sosoknya yang menatap kosong cahaya layar ponsel, dengan pahatan jemari tegasnya yang mulai mengetikkan sekalimat pesan.

Taehyung,

Setelahnya jemari itu berhenti bergerak, menatap kosong dengan ribuan suara yang meraung dalam dada. Bagaimana bisa ia mengharap kehadiran laki-laki itu di tengah kelalaiannya?

Mengikuti aturan sang ayah sebagaimana lelaki baik-baik. Sadar sepenuhnya atas luka yang mungkin akan sampai untuk sosok manisnya di Korea. Layaknya beberapa pesan yang hanya mampu dibaca, panggilan seluler yang hanya mampu didamba untuk saling bertegur sapa. Maka Namjoon sepenuhnya menyalahkan sebagaimana dirinya bertindak. Sungguh rencana konyolnya untuk kembali bertemu dengan kekasih manisnya di ujung cerita—tidak lagi dibahas sebagaimana ucapan sang ayah,

"Tidak hanya ayah, kau juga membutuhkan keturunan yang murni berasal dari rahim istrimu kelak."

Maka Namjoon hanya mampu menangis frustasi di tiap malamnya. Jika itu memang yang diinginkan,—soal masa depannya sebagaimana manusia normal yang memiliki keturunan—, Taehyung memang tidak bisa memberikannya secara kodrat.

Lalu selanjutnya hanya inilah saatnya, dimana Namjoon harus menemui pemuda tersebut untuk menyampaikan hati yang terpaksa melukai.

'Apa aku pergi saja meninggalkannya tanpa kabar?'

'Atau aku mengucapkan selamat tinggal melalui media ponsel? Atau haruskah aku ke Korea hanya untuk meminta izin darinya pergi meninggalkan?'

'Astaga, dramatis sekali.'

Ribuan suara hatinya memberontak, sungguh Namjoon dibuat tidak mengerti layaknya orang gila. Ia masihlah mencintai Taehyung. Dengan sangat. Namun keadaan sungguh menyeretnya sebegitu paksa. Membuatnya mau tidak mau tunduk dalam aturan sebagaimana laki-laki pengecut.

'Haruskah aku melawan ayah? Haruskah aku lari dari sini?'

Namjoon tidak memiliki siapapun dari keluarganya selain sosok ayah,-dengan pikirannya yang matang untuk anak laki-lakinya segera menikah dan memiliki keturunan.

"Aarghh!! Mengapa semua orang tua hanya mampu berpikir tentang—"

"Sstt..sweetheart, it's shameful, stop squeaking like that."

Namjoon menoleh, melihat bagaimana wanita bersurai dark blonde itu menatapnya haus.

Cup

"Freya!" Namjoon bersungut tidak suka kala perempuan itu mendaratkan ciuman singkat pada bibirnya.

"Make out on the dance floor?"

Begitu sosok perempuan itu berbisik, maka Namjoon terdiam. Terlihat mimik wajahnya menimbang-nimbang. Bagaimanapun perempuan inilah yang akan menjadi istrinya tidak lama lagi. Keberatan, tentu saja iya. Namun penampilan cantik juga bentuk tubuh rupawan wanita ini menjadi satu poin terakhir yang mampu memanjakan indra penglihatannya selain Taehyung,—sosok laki-laki impiannya yang jauh dari jangkauan saat ini.

Grep

Tap tap tap

"C'mon.."

Tanpa menunggu anggukan setuju darinya, perempuan 23 tahun itu menyeret pergelangan tangan. Maka setelah dua pasang kaki itu sampai, tidak menunggu lama keduanya menyatukan bibir. Saling memagut lembut namun menuntut. Namjoon berpikir, biarkan ia menikmati dosanya malam ini saja. Sebagaimana sepasang lengan kekarnya melingkar sempurna pada pinggang. Lalu selanjutnya, telapak tangan besar itu turun perlahan, berhenti sejenak untuk memberikan remasan sensual diatas dua bongkah kenyal yang terbalut ujung kain mini dress.

Sidewalk Cracks (NamTae) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang