4. Jealousy

662 71 8
                                    

-👼🌞

Adimas dan Charessa sedang duduk berhadapan di cafe dekat fakultas mereka. Sebenarnya Adimas sudah berniat membawa Charessa ke Mcd, tapi Charessa menolak dan memilih untuk minum kopi di cafe saja.

Tidak hanya mereka berdua, orang lain yang setingkat dengan mereka pun ramai di cafe tersebut, baik yang berpacaran sama seperti Adimessa, atau hanya sekedar berkumpul untuk mengobrol saja.

Dan sebuah percakapan menarik perhatian Adimas, dan tentunya Charessa.

"Mereka berdua masih pacaran?"

"Yang bener aja lo? Itu cewenya biasa aja"

"Setuju, malah cantikan lo Nad daripada Chaca Chaca itu"

"Adimas pasti nyesel tuh nolak lo, haha"

"Pasti, mah. Dia jadi ga laku sejak nolak gue, makanya mau sama cewe miskin kaya Charessa"

"Hahahaha iya, makanya godain orang kaya macem Adimas, dasar jalang"

Walau ketiga wanita itu berbisik bisik, percakapan itu masih terdengar jelas di telinga kedua insan tersebut, dan berhasil membuat Adimas mengepalkan tangannya kesal.

BRAK

Adimas berhasil membuat keributan di cafe tersebut dengan menggebrak meja ketiga wanita tadi.

"Coba ulang, apa aja yang tadi kalian omongin, kalau bisa kerasin" ucap Adimas dingin.

Ketiga wanita tadi diam, mereka kaget dengan perilaku Adimas yang bisa dibilang tiba tiba itu.

"JAWAB!!" Adimas membentak mereka bertiga dan kembali menggebrak meja itu.

Ketiga wanita itu masih terdiam, dalam posisi sama seperti tadi yaitu menunduk.

"Kalo gabisa menghargai orang lain, jangan buka mulut kalian!"

Adimas mendekat kearah wanita yang disebut Nad Nad tadi itu.

"dan lo! gue lebih milih charessa daripada lo karena charessa lebih beretika daripada lo!" Adimas menekan kata 'beretika' dalam kalimatnya tadi, dan menatap tajam Nad itu.

"gue gabisa ngebayangin seberapa kecewanya orang tua gue kalo gue punya pacar ga beretika macam lo" lanjut Adimas.

Adimas menjauh dari ketiga wanita itu, dan kembali ke mejanya—ke Charessa. Namun ia malah menarik tangan Charessa.

"ayo, kita keluar"

Charessa hanya mengikuti saja, karena jika melawan suasanyanya akan semakin buruk.

Adimas mengajak Charessa masuk ke mobilnya, dan benar ingin mengajak Charessa pulang.
Charessa langsung menahan tangan Adimas ketika ia memasang seatbelt.

"tenangin diri kamu dulu, aku gamau nanti kamu nyetir ugal ugalan" ucap Charessa tenang.

Adimas langsung menatap balik kearah Charessa. Charessa menanggapinya dengan senyum. Tangannya masih setia menggenggam tangan Adimas.

Adimas menghela nafasnya berat, lalu kembali menatap ke depan.

"maafin aku, kamu ga seharusnya disangkut pautin sama masa lalu aku"

Masa lalu? Charessa bahkan tak mengerti masa lalu mana yang dimaksud Adimas, ia tak pernah cerita apapun.

Charessa kembali tersenyum, walau sebenarnya ia benar benar tersinggung dengan ejekan ketiga wanita tadi.

"aku aja gapapa diejek gitu, kok kamu marah?" Charessa tertawa kikuk, padahal ini bukan waktu yang tepat untuk bercanda.

Adimas memainkan jari jari kecil Charessa di tangannya. Entahlah, itu terlihat imut untuk Adimas.

"kamu terlalu murah senyum, jangan bikin aku tambah merasa bersalah" suara Adimas bergetar.

Charessa terkejut, raut wajahnya berubah.

"kamu nangis? kok nangis siihh" tangan Charessa tergerak untuk menangkup wajah Adimas agar menghadap kearahnya, tapi Adimas meraih kedua tangan itu dan digenggamnya lagi.

"kamu itu lemah! aku tau kamu sakit hati denger ucapan mereka, harusnya aku jagain kamu dari orang orang macam mereka" Adimas sibuk mengusapi air matanya.

Charessa tersenyum melihat Adimas. Ah apakah cinta Adimas padanya sebesar itu?

"uuu bayiknya aku ngomell, sini peluk dulu" Charessa melebarkan kedua tangannya, yang tentu diterima oleh Adimas.

Tangisan Adimas semakin menjadi jadi, Charessa membiarkan Adimas menangis di ceruk lehernya. Charessa menepuk nepuk punggung Adimas sambil sesekali mengecup kepala Adimas.

"aduhh Adimas manjanya keluar, udah dong nangisnya" Charessa mengelus elus punggung Adimas.

Sedingin atau se-manly apapun Adimas, ia tetaplah bayi yang mudah menangis di hadapan Charessa.

Adimas melepas pelukannya lalu mengusap air matanya. Charessa merogoh tasnya dan memberikan Adimas selembar tisu.

"udah tenang?" Adimas mengangguk polos, membuat Charessa gemas.

"mending kamu ajarin aku nyetir, yuk?" celetuk Charessa. Adimas menaikkan alisnya sebelah dan memundurkan kursinya.

"yakin?" Charessa mengangguk semangat.

"yaudah, sini duduk di pangkuan aku"

-fairysun diary-
cringe ya? btw selamat kita punya nama Adimessa~

fairysun diary • chaewon sunwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang